Part 35 : Melawan Hukum Percintaan

1 1 0
                                    

- g r a n d i s -

"Eeeh! Na! Na!" Ona membalikkan badannya saat ada seseorang memanggilnya.

Alia memegangi pundaknya bermaksud menghentikan. "Aku ikut dong!"

"Hah? Tuh si Nunu ada, tumben?" Heran Ona sambil melihat Ibnu berjalan mendekat.

"Ngapain?" Kata itu muncul dari seorang remaja laki-laki yang menjadi Kakak kelas mereka.

"Bentar dulu Nu," Tahan Alia. "Aku mau main ya Na!"

"Males ah, pulang sono cariin emak tuh," Usir Ona dengan tidak berdosanya.

Alia menekuk wajahnya sebal, "Jahat kali ih," Ona hanya terkikik sambil berjalan kearah parkiran motornya. Ia memakai helmnya tapi Alia kembali menghampiri.

"Yaudah aku minta username Arsyid aja." Ucapnya membuat Ona mengernyit.

"Hah? Buat apa?"

"Buat jaga-jaga, aku mau ikut nyetalking juga."

"Nggak-nggak, nanti kamu aneh-aneh lagi,"

"Bercanda Na, mau aku follow lah"

"Yaudah sini," Ona mengambil handphone bercasing boneka milik Alia. Jari jemarinya bergerak diatas keyboard mengetikkan sesuatu. "Udah, awas jangan macem-macem." Lanjutnya sambil menatap serius Alia.

"Siap, laksanakan!" Ujar Ona sambil hormat kepada Ona.

"Daah! duluan Al, Nu." Pamitnya menjalankan motornya keluar dari parkiran.

Sepanjang jalan Ona melewati berbagai macam godaan makanan. Andai bukan jadi kebiasaannya pulang langsung kerumah mungkin dia akan berkali-kali berhenti untuk membeli camilan, sayangnya dia bukan sultan, ha-ha.

Ona memberhentikan laju motornya dengan cara menarik rem tepat didepan rumah. Ia langsung turun dan memasuki rumah yang sepi, seperti biasa siang-siang seperti rumah sangat sunyi, hanya ada Bunda pun beliau sedang di pekarangan belakang mengurusi berbagai macam tanamannya.

Abangnya, Raka mungkin sedang kuliah ataupun menjalani pekerjaannya sebagai seorang barista di suatu kedai.

Ayahnya, Lukman sudah di pastikan beliau sedang nukang di tempat mebel miliknya. Sengaja ia bangun di tempat Eyang yang lokasinya lebih luas. Ona hanya sesekali kerumah Eyangnya, bisa dihitung dalam satu bulannya, Ona lebih suka berdiam diri dikamar.

"Bundaaa!" Teriaknya sambil berlari kecil menuju pekarangan belakang rumah yang di penuhi tumbuhan, mulai dari sayur, buah, dan tanaman hias lainnya lengkap disana. Terkadang Bunda tidak perlu beli untuk memasak, bahkan jika kelebihan panen beliau akan membagikan kepada tetangga dan menjulanya ke tukang sayur.

"Dalem... Sudah pulang Dek?" Bundanya membalikkan badan dan mencopot sarung tangan yang pakainya.

"Sampun, he-he," Jawabnya sambil mencium tangan bundanya. "Duh adem ya Bun, tiap hari Bunda mesra-mesraan sama tanaman begini," Cerocosnya sambil duduk dikursi yang tersedia di samping pintu. Modelnya seperti teras rumah.

"Iya dong," Balasnya, "Ganti dulu sana, nanti bajunya kotor." Suruhnya.

"Siap!" Ona pamit untuk masuk kedalam kamarnya sambil menenteng tas di tangan kanannya.

LOVING AMBULANCEWhere stories live. Discover now