Part 17 : Antara Musibah dan Rezeki

3 3 0
                                    

Disaster or fortune?
.

Setelah merasakan hiruk pikuk pembelajaran di sekolah. Ona sedang berada di motor yang berjalan dikemudikan oleh abangnya --- Raka.

"Dek, nanti latihan motor lagi mau?." Ucap Raka bertanya kali aja adeknya ini mau berlatih lagi mengendarai motor.

Ona memang pernah sesekali latihan mengemudikan motor. Tapi tidak pernah diizinkan latihan sendiri. Abangnya pun hanya kadang-kadang sedang tidak mager ataupun malah sibuk.

"Tumben? Nggak males? Nggak sibuk?." Cerca Ona sambil memutar bola matanya dengan malas. Ekspresi wajahnya terlihat jelas di spion motor matic hitam abangnya.

Raka tersenyum lebar mendengar tuturan adiknya. "Kaga sibuk abang. Lagi semangat."

Ona menganggukan kepalanya tanda setuju, "Boleh lah, udah lama juga motor kesayangannya Ona gak pernah di ajak healing." Tuturnya sambil menatap jalanan yang cukup lenggang.

"Kamu gak lupa caranya megang stang 'kan dek?." Canda Raka sambil terkekeh geli. Dia jadi teringat pas jaman baru banget belajar motor. Adiknya itu bener-bener lemes saat memegang stang motor, mungkin karena gerogi.

Ona menghembuskan nafasnya, "Gatau juga bang. Mungkin hampir iya." Jawabnya dengan serius. Terakhir latihan entah kapan. Dan hari ini niatnya akan mulai lagi memutar gas-nya.

Lima belas menit waktu dihabiskan untuk menempuh perjalanan dari sekolah sampai rumahnya. Terlihat rumah minimalis dengan cat didominasi oleh warna abu muda itu.

Raka memakirkan motornya dihalaman rumah. Terlihat bunda Lita sedang berkutat dengan tanaman-tanaman hiasnya. Rumah keluarga mereka terkesan sangat adem ayem.  

Ada pohon jeruk, mangga, jambu air dihalaman yang tertutup pagar hitam jika dipandang dari luar. Pohon rambutan sangat mendominasi karena pohonnya yang tumbuh menjulang tingginya.

Beraneka jenis daun-daun dan bunga-bunga bunda Lita rawat sangat menyejukkan mata dan hati.

Kaki terbalut sepatu pantofel hitam khas anak SMA itu berjalan diatas rumput Jepang. "Assalamu'alaikum bunda!." Serunya dengan semangat menyalami tangan sang ibu.

"Waalaikumussalam," bunda Lita menjawab sekenanya. "Langsung bersih-bersih sana." Perintah bundanya.

Ona seketika langsung hormat, "Siap kapten!." Kakinya berlari-lari kecil memasuki rumah yang telah ia huni kurang lebih tujuh belas tahun.

Raka hanya duduk di teras sambil memandangi bunda yang sedang sibuk dengan tanamannya.

•••

Entah berapa jam Ona berdiam diri dirumah. Gadis itu memang anak yang sangat betah di rumah.

Keuntungannya? Tidak kepanasan, itu poin penting bagi seorang gadis. Entah karena biar tidak gerah, atau tidak hitam? Sebagai gadis pasti penginnya yang kayak gitu. Ona tidak mau munafik, hehe.

Kedua, nyaman damai kecuali kalo tidak ada yang usil, kalo ada hilanglah rasa damai tersebut. Terkadang Raka saking gabutnya malah menyerobot mengganggu sang adik. Itu membuat bibir yang semula adem tenang malah mencebik maju beberapa centi kedepan.

Ona keluar dari tempat pertapaannya. Dengan celana training hitam garis merah serta kaos oblong panjang maroonnya itu menuruni anak tangga dengan pelan.

LOVING AMBULANCEWhere stories live. Discover now