1. The tea

10.5K 701 51
                                    


"Kau ikut pertandingan panahan itu, Jaemin?" Jeno menatap Jaemin yang duduk di seberang meja.

Pemuda yang ditanya oleh Jeno itu mengangguk. "Bukankah kau juga akan hadir nanti?" Ia bertanya memastikan, karena dilihat dari cara berbicara Jeno anak itu seolah tak akan ikut.

"Tidak, aku tidak akan–

"Jelas kau akan hadir, untuk membuka acara itu. Pangeran Jeno. " Kawan Jeno yang lain bersuara, ia sengaja menekankan gelar Jeno juga, untuk mengingatkan. Soobin melihat Jeno mengerutkan dahinya.

"Ada kakakku. Kenapa aku? Putra mahkota yang harusnya ada di acara pembukaan itu, bukan aku."

"Bukankah putra mahkota tengah ada di luar Linden? Sementara acaranya akan diadakan dua minggu lagi, sangat tak mungkin kakakmu hadir disaat ia baru keluar tiga hari yang lalu." Ujar Hyunjin.

Jeno ingat, kakaknya bahkan sekarang mungkin belum sampai di tempat tujuannya. Tidak mungkin kembali dalam waktu dekat juga.

Mereka berempat duduk, di salah satu ruangan besar yang ada di istana. Dulu, ini merupakan tempat dimana pangeran Jeno dan kawan-kawannya untuk bermain saat masih kecil. Dan sekarang, disaat umur mereka sudah mulai dewasa, ini tetap jadi ruangan milik Jeno dan teman-temannya. 

Saat tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar, diikuti pemberitahuan. "Pangeran, maaf mengganggu. Tapi ada tamu yang ingin bertemu dengan anda."

Jeno sedikit mengerutkan dahinya, sangat jarang ada orang yang ingin bertemu dengannya. Mengingat ia tak memiliki kedudukan sepenting kakaknya. Jeno belum menjawab apapun, bahkan tak memerintahkan pelayan tadi membuka pintu sama sekali.

"Biar aku lihat." Jaemin berdiri dan berjalan menuju pintu, ia membuka pintu itu dan celingukan mencari tamu yang dimaksud pelayan.

Matanya menangkap sosok mungil yang berdiri tak jauh dari pelayan yang sedikit membungkuk begitu melihatnya.

Sementara pemuda yang Jaemin maksud, langsung mendongakkan kepalanya yang tadi menunduk. Ia langsung menampilkan senyumannya, seolah acara menunduknya tadi memang tengah mempersiapkan diri untuk menunjukkan senyum ini.

Dan, Jaemin terpana disana. Senyuman itu, cantik sekali. Pipi milik pemuda mungil itu membuat Jaemin gemas ingin mencubitnya. Matanya berbinar sekejap, karena sepertinya pemuda itu memang tak mempersiapkan senyum itu untuknya. Senyuman itu hilang, ganti wajah bertanya.

"Bukan Jeno ya?" Lirihnya.

Jaemin mengerang mendengar lembutnya suara itu. "Kau mencari Jeno?" Tanya Jaemin basa-basi, ia kan tau dari tadi juga kalau tamu ini ingin bertemu pangeran.

Pemuda mungil itu mengangguk, Jaemin mulai bertanya-tanya siapa anak manis dengan senyum menawan ini.

"Ayo masuk, Jeno ada di dalam." Langkah ini, seharusnya tak Jaemin lakukan.

Karena ia bahkan tak tau bagaimana respon Jeno nantinya begitu melihat orang  yang datang bersamanya adalah pemuda mungil dengan mata penuh taburan bintang ini.

"Aku Jaemin, boleh aku tau namamu?" Jaemin tak tahan untuk tak mengajak berkenalan tamu Jeno ini.

Belum sempat menjawab pertanyaan Jaemin, pemuda itu malah menghentikan langkahnya begitu memasuki ruangan ini lebih dalam.

Jaemin bisa melihat kalau Soobin yang berdiri dua langkah di depannya ini menatap pemuda mungil di sampingnya ini dengan raut kaget. Lalu Soobin melirik ke belakangnya, dimana Jeno dan Hyunjin masih sibuk berbicara soal busur panah yang dibawa Hyunjin tadi.

Lalu kembali menatap pemuda mungil itu, sebelum beralih pada Jaemin dan malah melotot padanya. Jaemin yang tak mengerti, mengerutkan dahinya.

Soobin mengerang dalam hati, ia sangat yakin kalau Jeno tak akan menyukai ini.

Another Day ✔Where stories live. Discover now