Another silence

3.3K 315 93
                                    

Setelah mendapati Jeno kembali memeluknya lagi, Renjun bahagia. Tapi juga penuh akan ketakutan, kalau Jeno suatu hari akan kembali pergi seperti kemarin. Meninggalkannya, menyuruhnya menunggu kepulangan yang justru mengerikan untuk ia lihat, dan tak menyenangkan untuk ia tunggu kesadaran yang belum jelas.

Selama Jeno terlelap dalam waktu yang cukup lama kemarin, ada yang Renjun sadari tentang Jeno, tentang ia, dan tentang mereka juga semesta. Bahwa, Jeno tak akan bisa lepas dari tanggung jawabnya begitu mudah. Jeno memiliki peran penting di Linden. Jeno akan kembali di hadapkan banyak situasi tak terduga yang ada di kerajaan.

Dan Renjun, tak suka berada dalam situasi yang membuatnya berurusan lagi dengan hal semacam itu. Keputusan Renjun untuk melepas gelar pangerannya begitu besar, tapi begitu ia melihat Jeno. Ia sadar, keinginannya untuk bersama dominan itu juga tak kalah besarnya. Yang artinya, Renjun harus mau tetap hidup dalam situasi yang justru tak Renjun sukai. Dimana orang-orang yang ia cintai terancam meninggalkannya, karena segala peraturan dan kewajiban dari kerajaan.

Ternyata benar kata Yangyang, bahwa Renjun hanya akan tetap berada dalam keadaan seperti ini walaupun ia akan melepas gelar pangerannya di Harlen sekalipun.

Karena tak mungkin ia harus menyeret Jeno agar ikut-ikutan meninggalkan kewajibannya hanya untuk mengikuti ketakutan Renjun. Hanya untuk menjauhi trauma Renjun. Jeno tak memiliki alasan apapun untuk meninggalkan gelarnya, bertolak belakang dengan Renjun yang berkeinginan membuang gelarnya mengingat sebenci apa ia pada hal itu. Mengingatkannya pada bagaimana jahat dan tak berperasaannya konflik yang terjadi di kerajaan.

"Jeno, kemana?" Suara Renjun terdengar saat Jeno baru selesai memakai pakaiannya dibantu pelayan, ia bisa melihat lewat cermin Renjun yang berjalan menghampirinya.

"Hari ini, aku hanya akan pergi ke ruang utama untuk mendengar berita yang masuk. Raja memintaku datang." Jeno berbalik untuk menatap wajah Renjun.

Submisif itu meraih tangan Jeno dan menggenggamnya, ia mulai berpikiran buruk setiap mendengar soal berita yang masuk soal Linden. Ia takut, istana akan kembali melibatkan Jeno dalam urusannya.

Iya, itu tak bisa dihindari. Karena bagaimana pun Jeno adalah pangeran Linden, jelas ia akan terlibat. Dan justru itu yang membuat Renjun ketakutan, peluang Jeno lebih sering meninggalkannya, membuatnya khawatir begitu banyak.

"Ayo, aku antar sampai ruang temu. Sepertinya akan ada Haechan disana." Jeno hendak membawa kekasihnya untuk menunggunya selagi ia bertemu raja.

Ruang temu yang Jeno maksud adalah ruangan dimana ia biasa berkumpul dengan kawan-kawannya juga disana. Ia bisa membiarkan Renjun disana, berbaur dengan kawannya agar tak bosan menunggu Jeno.

Jeno menyadari tingkah Renjun yang satu ini, anak itu jadi senang sekali mengekorinya semenjak ia bangun. Sebenarnya itu cukup lucu bagi Jeno, tingkah Renjun seperti anak kucing yang senang mengekori orang. Renjun sering sekali menanyakan kemana Jeno akan berkunjung, atau dari mana Jeno bepergian tanpanya. Bukan tentang kecemburuan yang Jeno tangkap, Renjun terlihat lebih ketakutan. Jeno mengerti, kalau Renjun mengkhawatirkan keadaannya. Submisif itu mungkin takut ia tiba-tiba pulang dengan keadaan dingin lagi seperti tempo hari.

"Kak Mark bilang, kemarin ada surat dari raja Harlen yang menanyakan kepulanganmu." Ujar Jeno saat keduanya berjalan menuju ruang temu.

"Renjun tidak akan ke Harlen kan? Pulangmu itu aku." Jeno tersenyum setelah mengatakannya. Berbeda dengan Renjun yang hanya menjawabnya dengan senyum tipis.

Ia sedang takut tempat pulangnya diambil oleh semesta darinya.

"Selamat pagi, Renjun." Sapa Soobin ramah, begitu ia berpapasan dengan Renjun Jeno di ambang pintu menuju ruangan.

Another Day ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang