6. Precious

3.8K 421 20
                                    

Kita masih di masa lalu ya?

"Setelah pelajaran hari ini selesai, mau pergi berkuda denganku?" Tanya Jeno sambil mengambil tempat duduk di dekat Renjun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Setelah pelajaran hari ini selesai, mau pergi berkuda denganku?" Tanya Jeno sambil mengambil tempat duduk di dekat Renjun.

Mendengar itu, Renjun mengangguk cepat-cepat."Di lapang belakang lagi?" Ia selalu senang saat menghabiskan banyak waktu dengan Jeno. Setiap perhatian dari Jeno membuatnya nyaman.

Mengenai kelas hari ini, mereka memang mendapat pelajaran yang sama hari ini. Satu ruangan yang sama, itu sebabnya Jeno bisa duduk dekat dengan pangeran Renjun.

Disetiap minggunya, ada dua hari dimana hanya ada anggota kerajaan saja yang berangkat ke sekolah. Untuk mendapat kelas tambahan, karena memang anggota kerajaan memiliki lebih banyak pelajaran yang harus diikuti. Mengingat mereka memang dituntut untuk mengetahui lebih banyak hal, dari bangsawan lainnya.

Jika sebelumnya, Jeno hanya bisa diam-diam memperhatikan Renjun yang berada satu ruangan dengannya. Kini ia terang-terangan mengambil tempat duduk paling dekat dengan Renjun.

Rasanya semua kebiasaan Jeno saat menjadi pengagum Renjun sebelumnya berubah drastis setelah akrab dengan pangeran dari Harlen tersebut. Ia jadi lebih banyak menunjukkan ketertarikannya pada Renjun.

"Hari ini, tidak di lapang belakang lagi. Kita keluar dari sini." Jeno menjawab pertanyaan Renjun.

Mendengarnya, mata Renjun langsung berkilat senang. Namun, sedetik kemudian ia merengut. "Pasti tidak boleh, penjaga asrama akan memberi nilai minus jika kita keluar dari lingkungan asrama dan sekolah."

"Aku yang minta izin." Ujar Jeno.

"Tapi kan alasannya harus jelas." Kata Renjun.

"Bukankah jelas, aku ingin mengajakmu melihat hal bagus diluar sana." Jeno mengucapkannya dengan nada geli, Renjun yang sadar langsung berdecak.

"Ck, Jeno yang benar saja." Maksud Renjun bukan itu, tapi Jeno malah menyahutinya dengan seenaknya.

"Iya." Jeno terkekeh melihat raut kesal Renjun.

"Tapi aku sudah mendapat izinnya untukmu, jadi bagaimana? Kau akan menolak? " Tanya Jeno sambil menatap Renjun yang kini langsung menunjukkan senyum lebarnya.

"Tentu saja tidak."

Biasanya Renjun memang tau kalau Jeno satu ruangan dengannya tapi ia tak pernah berani menyapa, sekalipun banyak yang mengatakan kalau ia sosok yg mudah akrab dengan orang. Tapi Jeno adalah pengecualian menurutnya. Rasanya ia ragu untuk mendekati Jeno, mengingat tampang Jeno yg memiliki mata yang kerap menyorot tajam pada orang-orang. Renjun pikir ia tak usah macam-macam saja pada Jeno, tak usah melewati batas tak kasat mata yang Jeno buat untuk orang-orang. Juga sepertinya Jeno itu orang yang galak, Renjun tak suka orang galak yang suka membentak.

Another Day ✔Where stories live. Discover now