"Sayang, ambilin handuk aku dong." Gito mendesah pelan begitu sudah mendudukan diri di sebelah Chika. Di sampingnya Keynal juga melakukan hal yang sama, mereka terlihat kelelahan sehabis berenang di laut lepas.
Chika meraih handuk dan membantu sang suami menggeringkan tubuhnya, sesekali matanya menatap Cleo memastikan putranya itu aman bersama Zee.
"Shani mana Sayang, kok gak kelihatan?" tanya Keynal saat tak menangkap keberadaan putrinya, terakhir melihat Shani sedang duduk seorang diri bawah pohon, "Aran juga gak ada ya."
"Mereka pamit untuk jalan-jalan, kan kamu sendiri tau anak kamu itu gak bisa diam." Veranda tersenyum seraya terus mengusap tubuh bagian atas suaminya menggunakan handuk, "Makin item deh kamu."
"Shani, dia jalan-jalan sama Aran?" Gito menatap sang Mama dangan sorot mata sedikit ragu, ini akan jadi momen yang sangat langkah setelah bertahun tahun mereka bersikap seperti tom and Jerry.
"Iya Git, gak tau tuh. Shani tiba-tiba iyain ajakan Aran, Mama aja bingung tadi."
"Tapi baguslah kalau begitu, jujur Papa pusing lihat Shani marah-marah terus."
Chika yang mendengar itu hanya bisa menghela napas tanpa ada niatan untuk bergabung pada obrolan mereka. Chika tau Shani tidak mungkin secepat itu bisa berdamai dengan Aran, dan tadi tiba-tiba bersikap baik, Chika jadi khawatir Shani sedang mempersiapkan sesuatu yang akan menyulitkan Aran nantinya.
"Sayang, kamu kenapa?" usapan lembut tangan Gito membuat Chika menoleh, Chika tersenyum dan menggeleng. "Gapapa kok, aku ke Cleo dulu ya, dia udah terlalu lama main airnya." Chika beranjak dari tempatnya setelah mendapat anggukan dari Gito.
Gito menatap kepergian Chika dengan senyuman, hatinya benar-benar bahagia bisa menikahi perempuan yang ia cintai.
"Kayaknya kamu butuh space berdua sama Chika, apa mau Papa sewakan pulau buat honeymoon kalian?" Keynal menatap Gito. "Sepertinya umur Cleo udah pas kalau mau punya adik."
"Gak perlu lah Pah, kelihatannya juga Chika lebih nyaman bareng-bareng sama kalian." Gito tersenyum, sampai tak lama senyuman sedikit luntur menatap Chika yang sedang menggendong Cleo. Chika masih belum terbuka, bahkan Chika beberapa kali menolak berhubungan badan, Gito masih berpikir positif karena mungkin saja Chika belum siap.
"Jaga Chika dangan baik Git, kalau ada maslaah selesaikan segera, jadikan pernikahan mu dengan mantan istrimu itu pelajaran, jangan sampai kamu gagal untuk kedua kalinya."
"Iya Mah, Gito akan jaga Chika dangan baik, Gito sangat mencintai Chika." ucap Gito masih tak mengalihkan pandangannya dari Chika, istrinya itu sangat cantik bahkan ketika di bawah terik panas matahari. Sepertinya ia telah menjadi pria yang sangat beruntung karena berhasil memiliki gadis secantik dan sebaik Chika. Tapi, apakah benar ia seberuntung itu?
Senyuman manis Shani masih terbentang bahkan ketika ia sudah turun dari permainan terakhir yang ia dan Aran naiki. Setelah sekian lama ia kembali bermain air dengan sangat puas, kencangnya bananabot yang di tarik oleh kapal berhasil menciptakan tawanya yang begitu lepas. Shani tidak memikirkan apapun lagi selain kesenangan hari ini, bisa di katakan Aran menempati janjinya untuk membuatnya bahagia hari ini.
"Sudah puas, mau main lagi?"
Shani mengalihkan pandangan pada Aran yang baru menghampirinya setalah membayar sewa, baju pria itu basah, pun dangan rambutnya yang kini tersisir asal ke belakang. Shani menggelengkan kepalanya menolak menyebut pria itu tampan meskipun sebenarnya hatinya berkata demikian. Aran terlihat cukup menawan dengan rambut yang di ke belakangkan memperlihatkan jelas dahinya yang putih.
"Aku lapar aku mau makan." Shani berjalan meninggalkan Aran. Pandangannya mengedar melihat beberapa wisatawan yang berlalu lalang di sekitar, pantai ini sangat indah jadi tidak heran banyak pengunjung yang berdatangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY SHOULD LOVE [END]
Fanfiction"Bersamamu adalah kesalahan yang tidak pernah aku inginkan." "Apapun itu, kamu tanggung jawab aku mulai sekarang."