Baca part sebelumnya ya kalau lupa...
***
Sejak tau bahwa bayi dalam kandungan Shani berjenis kelamin perempuan Aran seolah kehilangan kesabaran untuk tidak berbelanja kebutuhan calon putri pertamanya, dan baiknya Tuhan hari ini tidak mengizinkan Aran untuk berbelanja sendirian lagi, dengan perasaan bahagia yang tak terkira Aran masuk ke toko bayi bersama dengan ibu dari buah hatinya.
Setiap langkah kakinya melewati rak yang tersusun dari berbagai macam jenis pakaian bayi meninggalkan jejak kebahagiaan yang tak terkira di hati pria 28 tahun itu.
Rasanya seperti mimpi, Aran seolah masih belum percaya bahwa Shani akan Sudi memilihkan pakaian bayi untuk bayi mereka.
"Yang ini apa yang ini?" Shani menunjukkan dua baju sama dengan pilihan warna yang berbeda pada Aran, "Tadi udah ambil banyak warna pink, kalau sekarang putih gimana?"
"Apa itu gak terlalu kebesaran buat bayi?"
"Yang new born kan udah banyak tadi, apa iya mau pake baju kecil terus." Shani mendelik kesal pada Aran sebelum kembali memandang pegawai toko yang sejak tadi setia menemaninya mencari baju, "Aku ambil semua deh mba!"
"Baik Kak." pegawai itu tersenyum senang kemudian melirik Aran yang tampak pasrah, pasangan itu terlihat lucu.
"Shan, kita udah hampir satu jam disini, apa kamu ga pengen istirahat dulu?"
"Kalau kamu capek duduk aja sana, jangan gangguin aku," Shani menghiraukan Aran yang mungkin saja sedang mengkhawatirkannya, baju pesta dengan sayap kupu-kupu di belakang jauh lebih menarik ketimbang keberadaan Aran sekarang, "Mba, kalau gaun ini bisa di pake pas umur berapa ya?"
"Dua sampai tiga tahun bisa Kak, bisa di pake nanti pas adiknya mau berulang tahun."
"Cantik ya." Shani termenung sejenak, entah kenapa tiba-tiba saja ia membayangkan akan secantik apa bayi dalam kandungannya jika mengenakan gaun berwarna putih ini, apalagi jika paras cantiknya menurun pada bayi ini, tapi apa mungkin ia bisa menyaksikan anak ini tumbuh dan berkembang?
"Kamu mau beli itu?"
Suara Aran berhasil menyadarkan Shani, tapi kemudian Shani menggeleng dan meletakan kembali gaun itu ke tempatnya, "Engga yakin bakalan ke pake."
Aran tersenyum tipis seraya memandangi punggung Shani yang kembali berjalan meninggalkannya, jika pada akhirnya ia kalah dan Shani masih belum menerimanya sampai bayi itu lahir apa gunanya semua pakaian yang mereka beli hari ini?
Mereka keluar dari toko bayi dengan kardus besar berisi seluruh belanjaan mereka yang di bantu bawakan pegawai toko sampai kerumah, ternyata Shani tidak hanya membeli pakaian saja, Shani juga mengambil beberapa selimut, jaket, kaos kaki bahkan sepatu, Aran yang melihat itu terheran heran, tapi apa peduli Shani, ia begitu sangat menikmati berbelanja hari ini, jika tau akan seseru ini mungkin ia bisa melakukannya lebih awal lagi.
"Gimana, udah seneng belum hari ini?" tangan Shani mengusap perutnya sendiri setelah mendudukkan diri di kursi empuk dekat toko bayi tadi sementara Aran sudah ia usir untuk membelikannya minuman manis karena tiba-tiba saja ia ingin minum minuman yang creamy-creamy, "Mama, emm maksudnya aku, aku gak tau nanti kamu bakalan mirip papa kamu atau siapa tapi sepertinya kamu bakalan cantik." Shani memejamkan matanya saat merasa sedikit tendangan di dalam perutnya, bayi ini berada di dalam perutnya tapi kenapa rasanya aneh menyebut dirinya sebagai mama?
"Makasih ya Papa buat mainannya," seorang anak perempuan memeluk erat kaki papanya seusai keluar dari toko mainan, senyum bahagia terpancar sempurna dari anak itu ketika tubuhnya terangkat kedalam pelukan Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY SHOULD LOVE [END]
Fanfiction"Bersamamu adalah kesalahan yang tidak pernah aku inginkan." "Apapun itu, kamu tanggung jawab aku mulai sekarang."