09. Suddenly

23 7 1
                                    

"Heh!"

Aku mengerjapkan mata, spontan tersenyum saat melihat siapa yang barusan datang. "Aku kaget tau," kataku kalem sambil menghela napas.

"Kelihatan nggak tuh?" kata Kangjoon-Oppa, dia tertawa kecil lalu duduk di meja kerjaku. Di sana, dia menyiapkan beberapa berkas, sesekali membacanya, lalu memasukkan ke dalam tas kerja.

Aku sendiri sedang berdiri di samping jendela, melihat pohon-pohon yang mulai botak karena daun yang berguguran. Musim dingin telah tiba. Dari tempatku ini, aku bisa melihat wajah serius Kangjoon yang sedang sibuk sendiri, sesekali mondar mandir untuk melengkapi dokumen yang harus ku bawa hari ini.

Oh iya, hari ini adalah jadwal pemeriksaan rutin untuk kesehatanku, terutama tulang kaki. Tapi yah, kami nggak hanya akan pergi ke rumah sakit, ada banyak hal yang harus di lakukan.

Aku tau Kangjoon telah selesai berkemas saat meja kerjaku akhirnya rapi dan dia mulai menutup resleting tas kerjanya.

"Katanya, seminggu lagi akan turun salju,"

"Benarkah?"

"Iya,"

Kangjoon-Oppa menghampiri, menanggalkan coat di bahuku dan ikut melihat keluar jendela.

"Apa kamu nggak apa-apa dengan cuaca dingin? Bagaimana kalau kita menetap di tempat yang hangat untuk sementara? Ke Singapore misalnya?"

Aku tertawa kecil lalu menggeleng. Ide yang aneh, lagipula aku nggak pernah takut dengan rasa dingin. Kekhawatiran Oppa selalu berlebihan.

Kemudian, kami diam lagi, menatap pemandangan yang sama di luar sana.

Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian itu, dan semuanya kini kembali seperti semula. Aku banyak bicara dengan Mama dalam minggu terakhir, dan semua baik-baik saja. Sepertinya, selama aku tidak membahas James, Mama akan merasa tenang. Itu saja sudah cukup untukku.

Memang, rasanya tidak adil saat aku tidak tau apa-apa. Tapi, nama James mungkin tak hanya menyakitiku, dia juga bisa menyakiti Mama. Dan ku rasa .. itu tidak perlu. Maksudku .. menjadi tahu segalanya juga bukan sesuatu yang bagus. Terkadang, kenyataan itu memang menyakitkan.

Kangjoon-Oppa juga kembali seperti biasanya. Dia memang menyatakan cinta tapi ..

Tapi ..

Yah, tidak ada yang berubah.

Aku juga tidak yakin bagaimana cara menghadapinya. Lagipula, perlakuannya padaku juga tidak berubah. Dia tidak menuntut apa-apa, dan Mama menyerahkan segala keputusannya padaku. Jadi ..

Aku ..

Aku tidak tau.

Selama ini aku nggak pernah menganggap Kangjoon-Oppa lebih dari sekedar teman baik.

Tapi saat di sini, melihatnya berada di sampingku dan punggungnya yang tampak kelelahan, aku merasa bimbang. Sepertinya, aku tidak boleh membiarkannya terombang-ambing dalam ketidakpastian.

"Ngomong-ngomong, ini lagu apa, kok aku baru dengar?" tanya Kangjoon-Oppa tiba-tiba. Yang di maksud adalah sebuah lagu yang sedari tadi mengudara di kamar.

"Oh! Ini lagu Jaemin yang baru rilis kemarin. Judulnya Hair in the Air?"

"Hm? Dia punya single sendiri?"

Aku tertawa kecil. "Bukan, ini lagu OST Animasi. Itu loh, Animasi Trolls,"

Kangjoon Oppa ber-oh kecil, dia mengangguk, memaklumi pengetahuanku soal Jaemin. Biar begini, aku ini masih fans nya Na Jaemin NCT Dream. Dan karena kami berusaha mengesampingkan soal James, maka kami juga sepakat untuk melupakan kecurigaan kami pada komunitas ilegal ini, Komunitas Humanistik.

Finding James | Na Jaemin [✓]Where stories live. Discover now