03. Jam dinding

46 9 0
                                    

"Lily?"







"LILY!"










Lagi.

Aku bermimpi buruk lagi.

Tapi tetap, aku nggak bisa mengingat mimpinya.

Aku terbangun dengan peluh yang membasahi dahi, terseok-seok demi mengambil air putih di atas nakas. Setelah minum beberapa teguk dan mengatur napasku kembali, aku menjadi tenang.

Aku duduk bersandar pada dinding, kelelahan dengan semua ini. Ada apa denganku, adalah pertanyaan paling dasar yang ingin ku tanyakan kepada diri sendiri. Kenapa setiap kali, setiap hari, selalu mimpi buruk yang sama?

Tik ..

Suara perubahan jam dinding membuatku mau tidak mau menoleh pada jam dinding di atas kepala, menatapnya dengan curiga.

Sejak kapan, aku punya jam dinding itu?

Aku nggak ingat.












Hari ini adalah hari dimana teman kampusku datang ke rumah. Bagaimana cara Oppa membuat mereka datang? Sangat mudah.

Oppa menyebarkan rumor tentang aku yang sudah pulang dari rumah sakit, ntah bagaimana caranya. Kabar itu menyebar dan membuat berita baru di kampusku. Tentu saja, setelah itu, dengan sendirinya orang-orang akan datang menjenguk tanpa harus di undang. Lalu, bagaimana dengan Mama? Seiring dengan banyaknya permintaan untuk menjengukku, maka Mama dengan sendiri luluh dan membiarkan mereka masuk.

Aku sangat senang bertemu dengan teman-temanku lagi. Bertukar kabar, bertukar berita. Aku jadi merasakan suasana kampus lagi walaupun sedang berada di rumah, membuatku menjadi lebih hidup.

"Aku kira, kamu cuti karena ingin berlibur," kata salah satu temanku. "Maafkan aku,"

Aku tersenyum, lalu menggeleng.

"Tapi memang ada beberapa orang yang bilang kamu cuti untuk berlibur. Orang bodoh mana yang menyebarkan hoax seperti itu," sambut temanku yang lain.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula, kita bisa anggap seperti itu. Aku sedang libur," jawabku tenang.

"Ey nggak boleh gitu. Karena liburan artinya harus bahagia, hahaha,"

Aku tersenyum kecil. Baiklah, kurasa dia benar. Jadi, aku nggak bisa membantah kalimat barusan.

"Ngomong-ngomong, aku ingin bertanya sesuatu," kataku kemudian. "Aku .. aku masih kesulitan dalam mengingat. Tapi .. tapi apakah kita punya teman .. orang asing?"

Teman-teman menatapku penasaran. Mereka saling menatap satu sama lain.

"Maksudmu, Peter?"

"Ey, Peter itu bukan orang asing. Dia hanya sok menggunakan nama Peter biar dekat sama Spiderman,"

"Atau Steve Lee?"

"Maksudmu nama inggris-nya Yugun Lee? Jangan bercanda!"

"Seingatku kita punya beberapa teman dari Hongkong, apakah itu termasuk orang asing?"

"Di kampus ada Jason, Reynold, Matthew .."

"Memangnya ada apa dengan orang asing?"

" .. Kevin, George, Bernard, Janes .."

Aku mengerutkan kening.

"Kenapa kamu hanya menyebutkan nama laki-laki?"

"Aku baru saja menyebutkan nama perempuan,"

"Lalu—"

"Ah, teman-teman,," aku memotong pembicaraan seru mereka. Diantara nama-nama yang sedang mereka bicarakan, ada satu yang terdengar sangat familiar.

Finding James | Na Jaemin [✓]Kde žijí příběhy. Začni objevovat