02. NCT Dream

52 9 0
                                    

Kangjoon-Oppa -seperti yang pernah dia bilang sebelumnya- dia bekerja di bawah perintah Mama, tapi biar begitupun, dia berada di pihakku. Makanya, walaupun Mama berusaha untuk membuatnya mengawasiku, dia memilih untuk mengatakannya padaku.

Ada alasan kenapa dia begitu. Mungkin, karena kami teman sejak kecil. Kami terbiasa untuk saling percaya demi menyelesaikan masalah yang tidak di ketahui orang lain. Alasan lainnya, yah mungkin karena .. Kangjoon terlalu serius menjadi pendamping pribadiku. Intinya, aku percaya bahwa dia tidak akan mengkhianatiku.

Makanya hari ini, dia menjelaskan apa saja yang di perintahkan padanya untuk mengawasiku. Di antaranya adalah, mencegahku bertemu dengan orang-orang, terutama orang-orang dengan nama asing atau tidak biasa.

"Sangat aneh," gumamku.

Kangjoon-Oppa mengangguk setuju.

Maksudku, apa hubungannya melarangku bertemu dengan orang asing? Aku sama sekali nggak menemukan dimana letak kesalahannya.

Setelah hari itu, aku dan Kangjoon bertukar informasi. Aku mengatakan segalanya pada Oppa. Tentang keraguanku pada setiap cerita kecelakaanku di bulan Desember, tentang perlakuan Mama yang sangat berlebihan dan tidak biasa dan tentang perasaan asing yang sedang ku alami. Kami sepakat bahwa ada sesuatu yang Mama coba sembunyikan, tapi kami masih belum tau itu apa.

"Soal kecelakaanmu .." Aku menoleh pada Kangjoon yang kini membuka berkas. "Itu benar, Sera,"

Kangjoon menyerahkan lembar-lembar data, yang memang telah dia cari dalam beberapa hari ini. Ada catatan kecelakaan dari kepolisian, ada foto CCTV yang menunjukkan aku yang memang di tabrak dan tergeletak di jalan, juga ada catatan rumah sakit yang menunjukkan tanggal kapan aku di rawat.

"Aku juga bingung kenapa kamu bisa meragukan kecelakaanmu sendiri," kata Kangjoon.

"Karena aku nggak ingat apapun," kataku.

"Tidak ada catatan yang menyebutkan kamu amnesia. Dokter bilang kamu hanya kaget paska trauma. Mungkin karena kejadian ini sama persis sama kejadian saat Tuan Besar (Papa Sera) meninggal," jelas Kangjoon. "Katanya ingatan kamu pasti akan kembali seiring waktu berlalu,"

"Akan lebih masuk akal kalau aku amnesia," gumamku kecil sambil membaca semua data itu.

"Apapun itu aku nggak suka kalau kamu sakit," kata Kangjoon setengah kesal.

"Maaf," kataku pelan.

"Lagipula, kenapa kamu harus amnesia?" tanya Kangjoon lagi.

"Supaya Mama punya alasan untuk menutupi sesuatu. Kalau aku amnesia, cerita kecelakaan adalah hal yang mudah untuk di buat," jelasku. "Masalahnya, kenapa aku harus kecelakaan?"

Kangjoon-Oppa menyipitkan matanya, tampak nggak suka mendengarku yang dengan mudahnya mengatakan kecelakaan. "Apapun itu, kurasa Presdir tidak akan membuatmu kecelakaan. Sengaja ataupun tidak," tegasnya.

"Lalu kalau aku tidak kecelakaan, lalu aku ini apa?"

Kangjoon-Oppa terdiam. Dia tampak mematung sebentar, ikut berpikir. Tapi dia tampak menyerah dan menoleh lagi padaku. "Buktinya, kamu kecelakaan. Keraguan ini selesai. Titik. Bisakah kita tidak membicarakan soal ini lagi, ini lumayan menyakiti hatiku, mengingat kalau saja aku masih di sampingmu saat itu-"

"Maaf. Maafkan aku, Oppa," kataku sekali lagi. Aku benar-benar mengatakannya.

Kesedihan itu memang tampak di matanya, dan aku sangat menyesal.

"Kalau firasatmu benar, maka kita tinggal ke pertanyaan selanjutnya," kata Oppa. "Kenapa Presdir menjadi overprotektif?"

Aku cemberut. Sedikit. Kalau kecelakaanku bisa dengan mudah di buktikan, maka alasan Mama yang menjagaku secara berlebihan akan mudah di temukan.

Finding James | Na Jaemin [✓]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon