Chapter 38 - Make An Offer

36.6K 4.5K 887
                                    

"Aku tidak mengerti, bagaimana itu terjadi?" tanya Starley. Damien tidak menjawab pertanyaan Starley, dia hanya meneguk minumannya. Starley bersabar menunggu Damien menjawab pertanyaannya.

"Ceritanya panjang," jawab Damien akhirnya bersuara.

"Kita memiliki waktu sampai pagi," seru Starley langsung.

Damien menoleh menatap Starley. "Aku memiliki kerjaan yang belum selesai," katanya.

Starley memincingkan matanya, apa Damien baru saja memberikan alasan kepadanya? Sepertinya Damien memang belum percaya padanya.

"Bagaimana kau menyelesaikan kerjaanmu dalam keadaan mabuk seperti ini?" tanya Starley sambil menghela napas.

Damien terkekeh rendah. "Aku belum semabuk itu sampai tidak bisa menyelesaikan pekerjaanku."

"Tapi terlalu mabuk untuk menyelesaikan ceritamu?" sindir Starley.

"Kau sepertinya begitu penasaran dengan kisahku, Miss Bell," jawab Damien sambil memperhatikan Starley. Starley hanya menatap Damien sejenak, sebelum berkata.

"Lupakan saja kalau begitu. Kau pun terlihat tidak ingin menceritakannya," seru Starley dengan berat hati. Karena mungkin saja hanya ini lah satu-satunya kesempatan dia untuk mengetahui masa kecil Damien.

Starley menunggu respon dari Damien, tapi Damien tidak menjawab apa-apa. Benar, Damien tidak mungkin menceritakan semua itu, karena Starley bukanlah siapa-siapanya Damien. Apa yang Starley harapkan?

"Kalau begitu aku kembali ke kamarku," seru Starley. Ketika Starley sudah membalikkan tubuhnya dan akan keluar dari perpustakaan itu, Damien tiba-tiba bersuara.

"Kau ingin mendengar kisahku?"

Ucapan yang keluar dari mulut Damien cukup membuat Starley kaget. Starley menoleh ke belakang dan menatap Damien.

"Bukannya kau tidak ingin bercerita?" tanya Starley.
"Sekarang mungkin mau," jawab Damien. Alis Starley terangkat mendengar jawaban Damien.

"Apa kau mencoba menggodaku, Mr. Mavros?" tanya Starley.

"Oh kalau niatku ingin menggodamu, aku sudah menciummu sejak tadi, Miss Bell," jawab Damien dengan nada rendah.

Starley menahan napasnya. Damien yang mabuk memang sedikit berbahaya.

"Kau tahu maksudku bukan itu," seru Starley mengalihkan. Damien hanya menyeringai nakal.

"Kemarilah, kau terlalu jauh," ucap Damien.

Starley biasanya tidak langsung menuruti perintah Damien. Mungkin untuk saat ini adalah pengecualian. Starley langsung berjalan mendekati Damien.

Ketika Starley mau duduk di sofa yang berada di depan Damien. Damien sudah berkata, "di sini." Sambil menunjuk tempat kosong di sebelah lelaki itu.

Starley sedang tidak ingin berdebat, dia akhirnya duduk di sebelah Damien. Tapi masih ada jarak antara duduk mereka.

Damien tidak menoleh ke arah Starley setelah Starley duduk di sebelahnya. Damien menatap perapian, ia meletakkan gelas wine yang kosong ke meja sebelah sofa, lalu ia mulai bercerita.

"Dulu, ketika masih kecil. Dominic selalu menjadi anak teladan dan kebanggaan orang tua. Well, dia harus seperti itu, karena dia putra pertama."

Starley mencoba menebak-nebak ke mana arah cerita ini.

"Sedangkan, aku dan Dante sebagai putra kedua dan ketiga, lebih bebas. Dan karena itu, aku dan Dante begitu liar dan nakal," jelas Damien. Lalu Damien terkekeh pelan, seolah dia teringat betapa nakalnya dia ketika masih kecil.

Damien's PossessionWhere stories live. Discover now