•2•

3.4K 269 2
                                    

Di sebuah kamar bernuansa putih gading, remaja 17 tahun itu terlihat bersiap dengan setelan casual nya. Malam ini Arta mau nongkrong bersama Zio dan Sisi, di sebuah cafe yang terletak di pusat kota.

Ia memakai hoodie berwarna abu-abu, kontras dengan jeans putihnya.

"Sip lha.. Udah ganteng kebanggaan bunda, betina pada suka nih model begini."

Setelah mengaca dan dirasa sempurna (menurutnya) Arta turun menuju ruang tengah, hendak pamit kepada bunda sama ayahnya.

"Selamat malem semua."

"Night baby boy.."

"Malam sayang"

"Too baby"

"Yes pig."

"Elisaaa... Hm~" peringat sang kepala keluarga. Geralio Simon Tyotera.

"Hehehe sorry ayah cintakuuu"

Ayah menggeleng dengan kelakuan putrinya. Elisa Tiffa Tyotera.

Bibir Arta membentuk kata 'mampus'. Elisa mengacungkan jari tengahnya diam-diam.

"Baby, tumben rapih?" tanya bunda penasaran. Renatta Gladies Tyotera.

"Ish! Bunda jangan panggil Arta baby! Arta bukan bayi lagi" kakinya menghentak kecil, bibirnya mengerucut beberapa centi.

"Walaupun udah gede, kamu tetep bayi kesayangan keluarganya Tyotera. Pangeran kecil bunda~"

Godanya sembari tersenyum lembut.

Jujur Arta sedikit malu, tapi tak dapat dipungkiri bahwa perasaannya menghangat. Keluarganya memang sangat menyayanginya, terutama Bunda, Ayah, dan kakak-kakaknya. Arta selalu merasa beryukur terlahir di keluarga penuh kasih sayang dan perhatian.

Arta duduk dan mendusel di ketiak bunda. Bermaksud membujuk bunda agar mengizinkannya main keluar.

Ayah dan kedua kakaknya ikut mengusap kepalanya sayang. Arta kaget tiba-tiba si kakak sulung mencium pipi. Marvin Vanue Tyotera.

"Bang Marv ih! Jangan cium-cium Arta, abang bau, jelek juga!"

"Pipimu tumpah minta dicium bibir abang~"

"Ayah.. Abangnya itu" rengek Arta.

"Marv benar boy, Kamu sangat imut ayah saja gemes mmuah"

Si tua malah ikut cium.

Arta semakin mendusel ke bunda, merasa takut pada tampang pedo milik ayah dan Marvin.

"Bunda.. " panggil Arta.

"Iya sayang, kenapa?"

Arta terlihat gugup, jujur dia takut dan bingung bagaimana jika tak diizinkan? Arta bukan anak kecil lagi. Dirinya bebas menentukan jalan hidupnya bukan...?

"Eung.. Arta mau kerpok di rumah temen boleh gak bun?"

Berbohong..

"Harus malam?" bukan bunda yang jawab, tapi ayah. Ia mengintimidasi anaknya.

Keluarga Tyotera sangat posessive terhadap dirinya, ia begitu dijaga ketat seperti berlian. Karena Arta permata berharga Tyotera.

Namun terkadang Arta suka kesal dengan sifat posessive mereka, Arta merasa sedikit dikekang. Tidak boleh main lama-lama, tidak boleh ikut olahraga berat, tidak boleh terlalu pusing memikirkan pelajaran, tidak boleh nongkrong malam, dan masih banyak lagi.

Arta merasa sesak, ia ingin bebas..

"I-iya yah, mnn malem.. Soalnya kan-

"Tidak."

"Ayahhh please~"

"No baby, bahaya. Masuk kamar dan ganti bajumu" ujar Marvin dingin.

Bunda dan Elisa pun menyetujui kedua lelaki itu. Mereka tak akan membiarkan Arta barang sedikitpun keluar tanpa pengawasan.

Bunda mematikan TV, sudah pukul 9 malam waktunya tidur. Mereka bergantian mencium kening bungsu Tyotera. Lalu masuk kamar masing-masing.

"Jangan nakal anak manis" goda Elisa, ia mengusak gemas surai hitam Arta.

"Sini baby, abang gendong sampai kamar."

"Nggak abang, Arta bisa sendiri."

Dia merasa lesu, karena tak diizinkan keluar.

"Tidak ada penolakan."

Terpaksa Arta mengiyakan. Ia takut abangnya marah. Marvin gendong Arta ala koala hug. Tubuh Arta sangat ringan dan kecil, berbeda dengan dirinya yang berpostur tinggi dan berotot.

Setelah sampai, Marvin menurunkan Arta di kasur. Lalu mencium seluruh wajah adiknya. Arta hendak protes tapi gak jadi karena Marvin memelototinya. Huh!

"Apa gue kabur aja ya? Biasanya jam segini ni satpam masih pada jaga, harus tengah malem... ntar aja deh kalo emak bapak dah pada teler gua kabur.. Asek! Udah ganteng pinter lagi lo Ta hahaha"




Cup

Marvin mencium sudut bibirnya.

"Walaupun kami melarang, abang tahu apa yang ada di dalam otak kecilmu. Jangan coba-coba kabur honey.. Ayah tak akan menyukainya."

Cup

Ia mengecup sudut satunya.

"Sleep well baby boy.." Marvin keluar lalu menutup pintu.

Artaraya membisu.

Sepertinya tujuannya malam ini gagal.

Dan ya, tentu saja memberikan sedikit waktu lagi untuk Arta berada di dunia nyatanya.


•To be continued.

Dikira tuh gada yg baca :')
Kalau suka vote dan komen ya, biar smngt gitu.

Makasi udah sempetin baca, typo tandai aja

GABYARTAWhere stories live. Discover now