•8•

2.3K 196 2
                                    

"Shh... Brengsek, kepala gue sakit banget!"

Remaja mungil itu terbangun terus memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.

Semalam Gaby memberikan ingatannya tentang kematian sang ibu. Jujur Arta tidak tahu chapter tersebut, karena tidak dijelaskan didalam novelnya.

Arta kembali berfikir keras, apa ia membaca novelnya ada yang terlewat? Rasanya tidak, tetapi kenapa ia seperti tak pernah membaca part tersebut? Aneh. Atau mungkin alurnya sedikit berubah?

Oh tidak... Bisa kacau kalau begitu.

Ia tidak mau selamanya berada di dunia novel sialan ini.

"Sisi kan bilang dia mau nertibitin itu novel? Apa alurnya ada yang di ubah... Ugh! Sialan, kenapa gue gak nolak aja sih waktu itu! Nyesel gue bacanya hikss bundaaaa Arta pengen pulang!"

Penyesalan selalu datang di akhir. Ia tidak mau berakhir tragis seperti ending novel ini.

Dimana Gaby mati terbunuh oleh keluarganya sendiri.

"Eh tapi.. Kalau gue mati disini. Apa bisa gue balik lagi ke dunia nyata gue?" monolognya, sejujurnya Arta tidak mau berakhir tragis jika begitu. Tetapi kalau memang itu salah satu jalannya untuk kembali ke dunia nyatanya apa bisa dipikirkan kembali?

"Arghhh! Pusing banget gue anjing. Bangsat babikkk! Takdir sialan. Hiks"

Jiwa Arta menangis, ia tidak menyangka akan mengalami hal bodoh ini dalam hidupnya.

"Tuan.. ◞ ‸ ◟" 

Didekat pintu, hologram kelinci itu menatap tuannya sedih.

"Apa bangsat! mau ngasih ingatan sialan itu kayak si gaby?!" sentaknya, sungguh ia sudah sangat muak.

"T-tuan jangan sedih, ini sudah takdir tuan. Nikmati saja dan jika tugasnya sudah selesai semuanya akan berakhir kok tuan. ༎ຶ ͜   ༎ຶ"  

"Bacot lu tonggos! Sono pergi gosah ganggu, bisa gila gue lama-lama". Gaby frustasi.

"Aku kesini ingin memberi tahu tuan, kalau misi tuan kemarin sudah berhasil. Yeayyy (≧∇≦)/" 

"Nah sekarang tuang siap² dengan hadiahnya."  

Tiba-tiba cahaya biru mengelilingi tubuh Gaby. Dengan sekejap badannya langsung terasa segar dan layar monitor besar muncul.

Disana tertera poinnya tambah 10.0000 serta notifikasi mendapat uang sebesar 1M.

Gaby melongo di tempat. "Ini serius? Gue gak mimpi kan—AKH! anjing, kenapa lo lempar buku ke pala gue bangsat!"

"Tuan aneh! Itu memang benar tuan. sekarang coba tuan lihat lemari, disana uangnya disimpan ٩( ᐛ )و" 

"Dasar kelinci babi!"

Gaby berjalan ke lemari, seketika rahangnya terjatuh melihat setumpuk uang yang memenuhi setengah lemarinya.

"I-ini..." seketika Gaby senang bukan main

Ia berlari ke arah bubu, dan langsung menubruk kelinci gendut itu.

"HUAAAA MAKASIH BUBU! YEAYY AKHIRNYA GUA BERHASIL JALANIN MISINYA AHAHAHA"

"Apa tuanku waras?" pikir bubu.

"Eh tapi.. Kalau misinya berhasil, berarti bang edgar bakal jadi pion pertama gue dong ya ngadepin para manusia biadap itu? Hmm... Menarik"

Entah apa yang ada di otak udangnya, Gaby senyum-senyum sendiri.

"Tuan kenapa menyeramkan, dari tadi senyum terus." 

"Yeuu serah gue dong, sibuk banget idup lo"

Gaby kembali merebahkan diri ke kasur.

"Sekarang apa lagi yang harus gue lakuin? Eh tapi gue mau nanya.. Kok gue kayaknya gak pernah baca part ini ya? Atau kelewat?" tanyanya pada bubu.

Bubu sendiri sudah dibuat gugup, gaby menatap curiga. Kenapa kelinci tonggos itu diam saja. Apa benar yang dikatakannya tadi?

"Jawab woi! Malah bengong"

"E-eeh.. Iya tuan, alurnya memang agak sedikit berubah. Awalnya juga saya kaget, tetapi yang di ubah tidak banyak kok. Hanya ada sedikit tambahan chapter, dan sequel dari novel ini." jelas bubu.

"Itu berarti, gue lagi ada di bagian perbaikan sama ntar tambahan chapternya?"

Bubu mengangguk pasti, membuat gaby lemas seketika. Kenapa sahabatnya sangat menjengkelkan sih!

"Gue gak tau lagi kedepannya bakal gimana, tapi pokoknya gue bakal ambil atensi semua peran antagonis buat tunduk sama gue gimanapun caranya." monolog gaby.

Ia tidak mau terus-terusan harus disiksa oleh daddy, serta abangnya. Sudah cukup ia menderita selama belasan tahun. Walaupun ia bukan anak kandung, tetapi tidak bisakah mereka memberikan sedikit nurani kepada bocah ini.

Tok tok tok!

"Tuan muda ini saya, Geral".

Gaby mendengar nama itu tak asing, Dan ia ingat bahwa geral merupakan bodyguard satu-satunya yang bisa dikata sedikit menjaganya dari amukan para iblis itu.

Cklek..

"Paman."

Geral speechless, ia melihat gaby dari atas sampai bawah. Anak itu semakin menggemaskan, dan aroma apa ini? Seperti aroma bayi dan apel. Sangat menyegarkan juga menenangkan.

"Ekhem... Maaf tuan muda, anda ditunggu oleh tuan besar di ruang tengah." geral menetralkan ekspresinya.

"Sialan kenapa aku harus gugup begini! T-tapi kenapa dia semakin manis, aku ingin menculiknya!" 

Gaby mengerjap polos. Untuk apa si keparat itu menunggunya disana?

"Eumm... Iya paman, gue bakal kesana."

"Baik, kalau begitu saya permisi dulu."

"Hm."

"Tetapi sifatnya semakin aneh... Dulu anda berpapasan dengan tuan besar saja sudah ketakutan, tetapi kenapa sekarang anda berbeda..." 

"Cih! Ngapain si ni om-om natep gue kek dapet mangsa! Mana tajem banget lagi matanya." 

"Ngapain lo liatin gue kek gitu?! Pergi gak!"

"Ahh iya maaf tuan. Sekali lagi saya permisi."

"Daritadi kek pergi, malah ngejogrog liatin gue. Pesona seorang Artaraya gada tandingannya emang."


•To be continued.

Masih edisi geral-gaby awkwk

Kalian sadar gak si? Di chapter sblmnya nama geral itu daddynya gaby, karena aku pas bikin part baru gak baca dr awal. Sekarang udh ku ganti. Sorry

Kalo suka jgn lupa Vomment, no silent readers.

Typo tandain aja

Lanjut gak? Kl g gpp, bakal ku take down.

GABYARTAWhere stories live. Discover now