•15•

1.6K 134 3
                                    

"Mau?"

"Tidak"

"Yaudah, gue abisin."

Arta menikmati dua ice cream sekaligus. Tidak memperdulikan pria di sebelah yang menatapnya intens. Saat ini mereka duduk di atas meja yang memang selalu ditata disana bersama barang lainnya. Bibir pink itu tak berhenti menyecap setiap inci lelehan ice cream miliknya.

"Nyam nyam~ enak banget! Slurrpp~"

Apa enak?

Bulatan coklatnya menelisik si pria kecil, tangannya reflek mengusap noda manis yang ada di ujung bibir Gaby. Menjilat jarinya dan merasakan sensasi dari rasa ice cream lychee tersebut.

"Manis, asam, segar aku suka rasa susunya."

Si empu membelalak.

Apa-apaan itu! Ia bergidik geli, dengan perlakuan aneh cowok di sebelahnya.

Jorok sekali!

"ih! Jorok lo anjir.. udah gue tawarin tadi tapi gak mau."

"Aku tidak suka ice cream"

"Tapi lo nyobain bekas di bibir gue!"

"Itu pengecualian."

Gaby mendengus, manusia tolol mana yang mau memakan sisa remahan di bibir orang lain? Jika kepada pasangan mungkin lumrah saja. Tapi bahkan mereka siapa! Baru saja kenal. Kenapa tokoh-tokohnya gak ada yang bener, pada prik semua!

Wajah yang sayangnya tampan itu tidak terlihat memiliki emosi apapun. Hanya datar dengan tatapan tajamnya. Huh! Menyebalkan.

Kalau bukan karena misi, dan kembali pada dunianya. Arta tidak ingin melakukan hal ini.

Hah.. dia rindu dirinya yang dulu, bahkan hatinya tidak berhenti mengutuk novel sial ini, andai saja dulu Arta menolak permintaan sahabatnya, mungkin saat ini dia tengah membolos, main dan mengerjakan hal nakal lainnnya, meskipun setelahnya akan dihukum oleh dua pria kesayangannya.

"Tuan! Persen kebahagiaan target meningkat 50%!! Sangat pesat><."

Gaby mengabaikan notifikasi dari sistem, melirik Xelo Gleir Agantara. Yang masih memperhatikan dirinya.

"Bisa biasa aja gak natapnya? Udah kayak mau makan gue aja lo"

Xelo terkekeh kecil.

Grepp..

Gaby tersentak kecil, tubuhnya diangkat untuk duduk di pangkuan Xelo dengan posisi berhadapan. Tangan besar itu memeluk erat pinggang ramping si kecil.

Gaby bergidik geli ketika xelo menghirup lehernya. Bahkan dua stick ice cream digenggamannya jatuh begitu saja, dan memegang erat bahu tegap milik xelo.

"Kamu sangat menggemaskan"

"Ugh! Geliii jangan digigit"

Bisa Gaby rasakan gigitan kecil di lehernya. Beberapa kali bibir tebal itu mengecup bagian cuping dan leher.

"Kamu wangi, seperti bayi"

"Gue bukan bayi!"

Ia melipat tangan di dada, membuang muka dengan pipi membulat lucu, bibir mengerucut dan alis menukik seolah sedang marah.

Entah kenapa dia tidak risih oleh kelakuan kakak kelasnya. Iya, Xelo kelas XII IPA 2. Satu tingkat lebih atas dari pemilik tubuh yang ia tempati.

Sebenarnya Xelo bukan ingin bunuh diri, melainkan hanya sedang berdiam diri sambil melihat pemandangan di bawahnya. Tiba-tiba sosok kecil menariknya, dan menuduh ingin bunuh diri.

Gaby merasa malu, salahkan sistem yang tidak memberitahunya dahulu, sebagai permintaan maaf dia membeli dua ice cream. Siapa tau Xelo memaafkan nya kan? Ternyata tidak suka.

"Kenapa kamu kesini, Gabyarta?"

"E-eh.. Lo kenal gue?"

Xelo tersenyum kecil, "Satu-satunya murid kelas XI IPS 3 yang dibully oleh geng Azzure. Si culun yang polos dan bodoh, siapa yang tidak tau?"

"LO NGATAIN GUE?!"

"Kecilkan suaramu bocah"

"BACOT! SANA AH GUE MAU TURUN!"

Agaknya Gaby menyesal melakukan ini.

Arta berontak dalam pelukan Xelo. Beberapa kali kakinya menendang udara tangannya sibuk memukul bahu Xelo yang terasa seperti tepukan bantal guling.

Bukan letoy ya! Gaby tuh kecil, beda sekali proporsi tubuh mereka, Xelo tinggi dan berotot hampir seperti Marvin.

Bang Marv...  

Xelo menyembunyikan wajahnya di tengkuk putih dan wangi Gaby. Anak itu berhenti berontak karena rasanya percuma, tidak ada efek apapun.

"Biarkan seperti ini" lirihnya redam.

Hatinya terenyuh, entah kenapa mendengar kalimat lirih itu Gaby reflek mengusap surai legam Xelo lembut.

"Gue kenapa.."  



•To be continued.

Hai,

Typo tandai aja ya.

GABYARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang