someday

513 72 6
                                    


Setelah aku memberimu hatiku yang tak bisa meraihmu
Aku hanya melihatmu semakin menjauh
Sekarang aku menahan perasaanku, aku tak bisa melepaskannya




...





Mata mereka tak sengaja bertemu ketika Naruto melangkah perlahan mendorong pintu atap gedung.
Sedikit terkejut, ia tak habis pikir dengan apa yang sedang dilihatnya.
Hinata membolos dengan sepuntung rokok di tangannya dan pemantik api berbentuk lucu.

Tidak menyangka akan ketahuan, dengan gugup kemudian menyembunyikan ke belakang tubuhnya.

Terdengar langkah lain pula menaiki tangga menuju atap.
Mata gadis itu membola.

Gawat.

Dengan secepat kilat diinjaknya rokok yang telah separuh habis di lantai dengan raut pias.

Ibiki-sensei langsung memusatkan perhatian pada Naruto yang sedang merokok santai menghadapnya.
Entah sejak kapan ia mengeluarkan dan menyalakan rokok yang sedari tadi tiada nampak di tangannya.

"Aku mencium bau nikotin dari sini. Rupanya kau. Segera ke ruang konseling sebelum aku berubah pikiran, Namikaze Naruto. Kelakuanmu sangat bertolak belakang dengan ketua yayasan. Pantas saja beliau mangkat  lebih cepat dari usianya."

Gigi Naruto bergemeletuk. Sambil mengeratkan kepalan tangannya, ia berjalan menahan amarah mengikuti ibiki-sensei.

Pemicu amarahnya bukan tentang hukuman apa yang akan menunggunya. Toh ia sudah terbiasa dengan hal itu. Tapi karena membahas ayahnya, Naruto bisa menjadi sangat emosional.


.


.

Gadis itu mendesah lega. Menyadari bahwa tindakan Naruto telah menyelamatkan reputasi sekaligus kebodohannya hari ini.

Akan menjadi kehebohan satu akademi, jika si anak teladan tahun kedua berbuat hal yang tidak pantas. Terlebih seperti membolos sambil merokok yang jelas melanggar aturan.

Tanpa rencana. Hinata telah melabuhkan hati pada penyelamatnya hari ini. Pada Namikaze Naruto si berandal sekolah nomor wahit.

Siapa yang tidak kenal Namikaze Naruto?
Pemuda blonde blasteran Jepang-Rusia. Turunan dari sang ayah yang merupakan ketua yayasan sekaligus pengusaha berlian yang sukses. Namun sayangnya telah wafat di usia yang masih terbilang muda.

Naruto kecil tumbuh bergelimang harta dan tanpa kekurangan apapun. Bahkan ia termasuk anak yang cerdas.
Semua yang diinginkan dalam sekejap didapatkan.
Tetapi Tuhan maha adil. Kekurangan kasih sayang membuatnya jadi kesepian dan sering berbuat onar. Bergonta ganti pacar pun seakan hobinya.

Kasih sayang seorang ibu tidak pernah ia dapatkan. Sang ibu memilih pergi berselingkuh dengan teman ayahnya, dan meninggalkan Naruto tanpa rasa iba.

...

Riuh rendah suasana kelas bergema ketika bel istirahat berbunyi.

Tampak wajah dengan berbagai ekspresi melangkah bahagia menuju kantin.

Salah satunya Hinata. Gadis itu menyusuri setiap baris meja kantin. Mencari sepasang bundar biru kecintaannya bernaung.

NaruHina Universe : Their  Love StoryWhere stories live. Discover now