Remembering : Uzumaki Boruto

364 61 71
                                    









🌻❄️⚡










UZUMAKI Boruto melangkah perlahan ke depan kelas. Mengeratkan lilitan syal merah di lehernya, menelan segala kegugupan ketika harus berhadapan dengan seluruh penghuni kelas. Demi membaca serangkaian tulisan cakar ayam milik nya mengenai diri orang tua sang anak.

Kedua pendar birunya menatap lurus pada manik Nenek berambut berma di belakang sana.

"Kau pasti bisa Boruto. Semangat!"
Gerak bibir itu ditafsirkan sebagai untaian penyemangat.

Di samping nenek Kushina, berdiri pula nenek Hikari dengan senyuman, bersama sang bibi yang katanya bagai pinang dibelah dua dengan wajah sang ibu.

Bibi Hanabi mengarahkan layar ponselnya pada Boruto. Dia bilang, Boruto hari ini harus tampil maksimal. Demi mendapatkan unggahan yang spektakuler di kanal YouTube nya nanti.
Maklum saja, bibi Hanabi merupakan seorang Youtuber cantik dan famous di dunia Maya. Mantan pacar nya saja hampir selusin.

"Awas saja kalau penampilan mu buruk!"

Oh, apakah Ibu nya juga seorang yang gemar mengancam seperti bibi Hanabi?
Tidak. Pasti ibunya orang yang lembut dan sangat menyayanginya.

Lain hal dengan Kakek Minato, beliau hanya memberikan dua jempol sebagai tanda penyemangat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lain hal dengan Kakek Minato, beliau hanya memberikan dua jempol sebagai tanda penyemangat.
Paman Neji seperti biasa, berdiri diam layaknya manekin diantara kelima anggota keluarganya tersayang.

Sekali lagi ia menghela napas. Kali ini cukup keras guna mengenyahkan gemetar dan mengatur frekuensi suara.

"Namaku adalah Uzumaki Boruto. Anak tunggal dari pasangan penuh cinta, Uzumaki Naruto dan Uzumaki Hinata...."









_________________

REMEMBERING
_________________










Ingatanku tidak pernah pudar. Walau sejatinya usiaku lah yang terus menua setiap tahunnya.

Saat itu adalah musim dingin yang indah dan penuh butiran salju.
Rumah kami begitu hangat dengan adanya perapian menyala. Pula hidangan khas malam Natal di atas meja makan. Sesekali aku akan menambahkan kayu bakar pada perapian atau mendorong sisa kayu yang belum sepenuhnya terbakar api.
Pohon natal begitu juga mistletoe yang tergantung sudah menghuni kediaman kami sejak kemarin. Memberi euforia malam Natal seperti yang seharusnya.

Waktu belum beranjak terlalu malam. Di luar pun masih banyak orang lalu lalang dengan kesibukan mereka. Jalanan memang tidak pernah mati dari ingar bingar dalam suasana Natal sekali pun.

Aku melirik dengan kesal dan tidak sabaran. Suamiku pun menjadi sasaran omelan akibat menunggu terlalu lama. Untung saja, tidak kujadikan sebagai samsak tinju. Bisa bahaya untuk wajah tampannya nanti.
Anak itu benar-benar menguji kesabaranku. Bahkan di malam Natal yang seharusnya kami habiskan bersama, malah tak nampak sedikit pun batang hidung nya.

NaruHina Universe : Their  Love StoryWhere stories live. Discover now