🔥1💦Usil

6K 262 31
                                    

●|MY BRO|●

"Anjir! Ini ban motor gue kenapa kempes semua? Mang! Mang Ferdi!"

Teriakan melengking dari garasi depan sukses menyebabkan pria paruh baya yang mengenakan sarung kotak-kotak itu berlari tunggang langgang menuju anak sang majikan.

"Aduh, ada apa toh, Den? Kenapa teriak-teriak?" tanya si Mamang dengan napas terengahnya.

"Ini kenapa ban motor saya kempes semua? Saya, kan, udah suruh Mamang ngecek tadi!"

Raut Mang Ferdi langsung berubah kaget mendengar keluhan anak majikannya. "Eh, lah dalah! Tadi udah saya cek semuanya toh, Den. Beres, nggak ada masalah. Kok ini tiba-tiba kempes sih?"

"Malah nanya lagi. Mana sa---" Remaja berseragam putih abu-abu berbalut jaket denim itu mendadak menghentikan kalimatnya, tak lama kedua matanya membulatkan sempurna. "Sialan. Ini pasti ulah si tiren! Anjing banget tuh anak!" desisnya.

"Saya isi gas dulu deh, Den. Bentar."

"Nggak usah. Percuma! Ini udah jam tujuh. Berangkat sekolah juga bakalan telat. Males kena hukuman. Mang Ferdi lanjut kerja aja," ujarnya seraya menurunkan ransel di punggungnya.

"Tapi Den, Bapak bisa ngamuk loh, kalau tahu Den Alga nggak sekolah."

"Bodo amat. Saya bolos juga gara-gara anaknya. Dahlah, Mang. Saya lagi mager, mau tidur. Bye!"

Algara Sean Mahadri, remaja enam belas tahun itu kepalang kesal dengan tingkah usil saudaranya---si tiren. Belum ada seminggu mereka tinggal serumah, tetapi kesialan hampir tiap jam mendatangi hidup Alga. Seperti pagi ini contohnya, Alga harus membolos sekolah karena ban motornya kempes dan itu pasti perbuatan saudaranya.

Alga sebenarnya senang-senang saja bisa mendapat jatah libur cuma-cuma, dengan begitu ia dapat menghabiskan waktu bermain game sepuasnya. Namun, yang jadi masalah adalah hard file makalah kelompok presentasi ada di tangan Alga. Sebenarnya Alga tak peduli, terbukti dengan anak itu yang kini sibuk bermain gadget di kasur sambil mengunyah permen karetnya.

"Wihh mantabs! Mati lo! Mati!" seru Alga heboh sendiri dengan permainan gadget-nya. "Bego! Minggir kampret! Anj---ngapain sih ini anak nelpon gue terus! Ganggu aja!" dumel Alga ketika mendapati nomor yang sama mendialnya berulang kali hingga menyebabkan ia game over.

"Apa?!"

"Lo di mana, bajing!"

Alga spontan menjauhkan ponsel dari telinganya ketika suara menggelegar terdengar dari seberang.

"Njir! Nggak usah ngegas, bangsat! Gue nggak budek!" balasnya tak kalah sewot.

"Lo di mana? Bentar lagi kelompok kita mau presentasi dan lo belum nongol juga di sekolah!"

Alga meraih tisu lalu menggunakannya untuk membuang permen karet. "Gue di rumah. Napa?"

"Anjir! Lo bolos? Bego banget. Makalah kelompok ada di elo kan?! Gece ke sekolah sekarang!"

"Apa sih? Nggak jelas! Males gue, ntar ujung-ujungnya juga bakalan disuruh pulang."

"Wah enteng bener congor lo. Lo tu ya bener-bener! Udah nggak ikut ngerjain, cuma ngeprint dan bawa makalah ke sekolah doang kagak sanggup? Sadar diri lo!"

Harga diri Alga berasa direndahkan oleh teman sekelasnya ini.

"Heh! Babu! Emang lo ikut ngerjain?"

"Y-ya nggak, tapi kan seenggaknya gue bantu presentasi, meski cuma diem aja. Daripada lo?!"

"Gitu aja, bangga! Dah lah, gue males. Kalau mau lo print lagi makalahnya, gue kirim via WA."

"Njir!! Nggak ada printer di sini, Bro! Ada pemadaman listrik, bego! Ntar ini presentasinya dari hasil makalah, bukan PPT."

Alga mendesah. Dia benar-benar malas. "Ya udah sih. Baca di HP aja, apa susahnya."

"Ga, lo nggak kasian sama Anin?"

Seketika Alga terhenyak mendengar nama siswi satu kelompoknya yang disebutkan sang teman. Bukan karena Alga ada rasa atau men-spesial-kan si Anin. Namun, memang anak itu dikenal memiliki sifat istimewa yang sulit untuk Alga dan teman-temannya abaikan. Angelic, mungkin sebutan itu pantas disematkan untuk Anin, karena selain cerdas anak itu memang benar-benar baik, sampai-sampai hampir tak memiliki celah. Beda sekali dengan siswi-siswi di sekolah Alga dulu. Anin itu unreachable, begitu kata teman-teman cowok sekelasnya.

"Tuh anak dari tadi berdiri di ambang pintu nungguin lo---maksudnya makalah. Setdah, bisa ke-GR-an ntar lo!"

Alga kembali menghela napas dalam. "Iya-ya, gue berangkat. Ntar temuin gue di depan gerbang masuk."

"Gece!"

Alga tak membalas, ia langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak. Kemudian mengambil ranselnya dan beranjak pergi menuju sekolah.

|MY BRO|●


"Rain!"

Remaja berhidung mancung itu melirik rekannya dengan kedua alis tebal yang terangkat, seolah-olah sedang bertanya, 'apa?'.

"Tumben, lo nggak ribut sama anak IPA-2 itu?"

Rainer Aryabhata Brameswara, remaja berambut hitam lebat dengan seragam acak-acakkan itu segera meletakkan mangkok mie ayamnya di meja, lantas memandang sang sahabat dengan senyum senang.

"Gue udah kerjain dia."

"Heh! Lagi? Kali ini lo apain?" tanya sang sahabat.

"Biasa, cuma gue kempesin ban motornya. Paling sekarang dia lagi mengeram di kamar."

"Anjir! Dia belum ada seminggu masuk sekolah dan lo udah bikin dia bolos tiga kali. Laknat banget lo!"

Rain tertawa kecil disela-sela menikmati acara makan siangnya di kantin. "Biarin aja. Ini juga baru permulaan. Gue bakal bikin dia nggak betah jadi bagian keluarga Brameswara," ujarnya dengan seringai yang membuat sang sahabat mengelus dada.

"Rain-rain, lo tuh ya seneng banget bikin perkara. Gue cuma mau ngingetin, lo jangan keterlaluan ngerjain dia. Ati-ati, dilihat dari mukanya, si Alga bukan tipe anak yang bisa lo kerjaan sepuasnya tanpa perlawanan."

Rain tersenyum samar. "Gue tahu." jawabnya.

●|MY BRO|●

Choose your fighter Rainer Aryabhata Brameswara or Algara Sean Mahadri?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Choose your fighter Rainer Aryabhata Brameswara or Algara Sean Mahadri?

-----
lagi mutung sama romance story, pelampiasannya ke sini, deh.
fyi, ini story bakal lanjut atau nggaknya itu tergantung mood. Mood-ku sendiri tergantung your reaction guys.

So, do you want to stay and see the next chapter or no?

thanks a lot, dear

24 Agustus 2022
pub.25.08.22
with love
Nonasr
💜

My BRO S1 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang