Part 5

19.3K 1.7K 213
                                    

"Ayah aku mau jalan aja." Kata Athaya saat dia dan ayahnya sudah berdiri di depan pagar rumah tetangga.

"Tadi minta digendong, sekarang minta turun." Celutuk Nanda sambil menurunkan anaknya kemudian mereka kembali melanjutkan langkah memasuki pekarangan rumah itu.

"Ucap salam!" Ujar Nanda.

"Assalamualaikum!" Teriak Athaya sambil mengetuk pintu.

"Yang keras." Bisik Nanda.

"Assalamualaikum!" Teriak Athaya lebih keras. Setelah itu Athaya terbatuk-batuk sambil menatap sengit ke arah Nanda. Nanda hanya terkekeh.

Mereka sedikit menjauh saat pintu terbuka. Sosok Suwardi langsung muncul di balik pintu.

"Eh ada cucu kakek." Pria itu langsung mengangkat cucunya tinggi-tinggi lalu segera menurunkannya saat merasa tak sanggup lagi. Usia memang tidak bisa berbohong. "Ayo masuk." Ucapnya .

"Kak Binarnya ada?" Tanya Athaya saat mereka sudah duduk di sofa ruang tamu. Suwardi sedikit mengernyit saat mendengar panggilan Athaya untuk putrinya.

"Binar gak mau ada yang tahu tentang Athaya. Jadi ya dipanggil kakak aja biar aman." Nanda menjelaskan perihal panggilan anaknya untuk Binar.

"Iya kalau orang lain tahu kak Binar itu bunda Athaya, ayah bilang kak Binar akan diambil sama teman-teman Athaya karena kak Binar cantik." Oceh Athaya menambahkan penjelasan ayahnya. Nanda dan Suwardi terkekeh geli mendengarnya.

"Jadi Binar ada, Yah? Kami berdua mau minta maaf." Nanda mengutarakan maksud kedatangannya ke rumah sang mertua.

Ini sudah 3 hari sejak terakhir kali Binar datang ke rumah mereka dan membuat Athaya dilarikan ke rumah sakit. Setelah itu Binar sama sekali tidak pernah muncul lagi di depan mereka. Tapi Nanda kerap menangkap basah perempuan itu selalu ada di balkon saat Athaya pergi dan pulang sekolah. Nanda tahu Binar ingin menemui Athaya namun perempuan itu terlihat enggan. Bahkan Binar akan langsung menyembunyikan diri saat dia melihat Nanda.

Perihal sikap Binar yang aneh, Nanda menduga pasti ada sesuatu yang tak beres dengan hari terakhir di mana mereka berinteraksi. Kemungkinan besar ada sikapnya dan Athaya yang menyinggung perenpuan itu. Jadi malam ini kedua laki-laki berbeda usia itu memutuskan untuk meminta maaf pada Binar. Dua batang coklat berukuran besar sudah dipersiapkan. Untuk menyogok Binar.

"Dia di kamar. Tunggu di sini biar ayah panggilkan." Ucap Suwardi dan langsung pergi ke lantai atas setelah Nanda mengangguk.

Sementara itu setelah Suwardi pergi Nanda sibuk dengan ponselnya sedangkan Athaya berjalan mendekati dinding untuk melihat beberapa foto yang dipajang di sana. "Ayah, Itu foto kapan?" Tanya Athaya sambil menunjukkan salah satu foto di mana keluarga Suwardi sedang melakukan potret bersama.

"Udah lama itu." Jawab Nanda. Pria itu juga sama sekali tidak tahu kapan foto itu diambil tapi dilihat dari Mirna yang masih bertubuh kecil maka Nanda mengira bahwa foto itu pasti diambil saat Binar masih SMP.

"Yang di samping Kak Binar itu siapa?" Tanya Athaya sambil menunjuk Mirna yang pada foto itu berdiri di samping Binar.

"Itu tante Mirna."

"Kok beda?" Tanya Athaya lagi. Pasalnya Mirna yang dilihat oleh Athaya sangat berbeda dengan Mirna yang ada di foto dalam bingkai itu.

"Itu kan udah lama sayang. Sekarang kan Tante Mirna udah gede, kalau itu dia masih kecil." Nanda mencoba menjelaskan.

"Tapi Kak Binar kok masih sama aja?"

Kali ini Nanda tidak menjawab. Dia sendiri juga bingung. Binar hampir tak mengalami perubahan sama sekali. Baik wajah maupun tubuhnya Nanda sama sekali tidak bisa membedakan. Tampilan perempuan itu seperti tak pernah dimakan waktu. Kalau memang begitu Nanda jadi cemas sendiri. Takut jika istrinya itu tidak pernah menua. Kan tidak lucu jika orang-orang menganggapnya sebagai ayah Binar saat perempuan itu bersanding dengannya di masa depan. Nanda meringis. Entah apa yang diharapkannya, mana mau Binar bersanding dengannya seumur hidup.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang