3 :: SETELAH RENCANA AWAL

30 8 0
                                    

S E T E L A H

R E N C A N A

A W A L

Satu hari lagi telah berlalu, layaknya hari-hari sebelumnya, Addri selalu dipaksa kembali kepada realita. Jalan yang ia pilih untuk menjadi seorang reserse, membuatnya belajar banyak hal tentang bermacam-macam sifat manusia, juga motif soal mengapa orang melakukan suatu hal yang dilarang. Namun, pagi ini ia memikirkan satu hal. Apa motif Nada sampai seburuk semalam. Dalam langkahnya menuju ke pintu masuk kantor polisi, pria itu secara tak sengaja mendapati seseorang sedang berdiri di sebelah pohon di halaman depan kantor besar tersebut. Mengetahui siapa wanita dengan kemeja hitam itu, Addri pun menghampiri meski sebetulnya tidak heran mendapati adanya Anna di sini. Apa lagi kalau tidak menunggu Gema.

"Apa kerjaan intel itu terlalu fleksibel ya, sampai-sampai pagi-pagi begini kamu sudah kemari?"

Anna membalas sapaan menyebalkan Addri dengan tersenyum sesaat. "Mari kita sama-sama lihat hasil dari rencana awal kita kemarin," jawabnya.

Kembali pikiran Addri menangkap sesuatu yang mengganggunya di sepanjang perjalanan tadi. Ia terbayang tentang bagaimana keadaan Nada semalam, bahkan sampai beberapa saat lalu pria itu meninggalkan toko setelah pekerja pertama Nada tiba, wanita judes itu masih terlelap barangkali saking banyaknya alkohol yang diminumnya. Addri berdehem membersihkan tenggorokannya, sebab ia menyadari Anna sedang memindainya dengan tak biasa. Tentu wanita di depannya itu menyadari sesuatu.

"Kamu masih pakai baju yang sama sejak kemarin, apa aku salah?" tanya Anna, lantas mengernyit. "Dari mana saja kamu?"

"Dari toko Nada. Semalam aku pergi ke sana untuk mengambil jam tanganku yang tertinggal."

"Cih, dia lagi. Ad, biar kuberi saran ya, selagi belum terlambat lebih baik pikirkan matang-matang kalau kamu mau dekat dengan dia. Pertimbangkan dulu."

Bukan ke salah paham, tapi lebih ke mungkin alasan Anna berkata begitu karena telah membuat kesimpulan sendiri mengenai Addri yang baru meninggalkan toko Nada pagi ini, padahal dari penjelasannya, ia pergi ke toko Nada malam tadi. Tapi yang membuat Addri sedikit tak nyaman adalah cara penyampaian Anna yang sangat jelas bahwa wanita itu tak menyukai Nada. "Kemarin Gema sempat bilang bahwa ternyata Nada itu teman SMA mu. Jadi apa yang terjadi? Apa dulu kalian pernah rebutan cowok, makanya sekarang saling membenci begini?"

Mata Anna pun memelotot tak terima. "Enak aja! Aku dengan dia cuma rival dalam pelajaran dan pencapaian! Lagipula untuk catatan, dia bukan temanku, ya!" kata Anna mencerca. "Wanita itu juga, dasar! Dia tahu apa memangnya tentangku? Bisa-bisanya dia bilang aku menyedihkan dan kesepian-"

"Lalu kamu?" sambar Addri. "Kamu tahu apa tentang dia? Kata-katanya barangkali memang membuatmu marah, tapi aku yakin balasanmu lebih jahat ke dia, An."

Kali ini Anna termenung menatap Addri. Sedikit mengernyit. "Apa maksudmu?"

"Dia mabuk. Keadaannya sangat buruk tadi malam. Dia mengigaukan kamu. Katanya kalau kamu nggak tahu apa-apa, seharusnya jangan bicara begitu. Memang apa yang kamu katakan sih?"

"Lalu bilang apa lagi dia?"

Sejenak Addri terdiam, kembali mengingat perkataan Nada sebelum wanita itu tak sadarkan diri dalam dekapannya. Harusnya nggak ada yang bisa menyentuhku seperti ini. Harusnya nggak ada. Pasti aku nggak akan berakhir menyedihkan seperti sekarang. Sedetik kemudian, Addri kembali tersadar. "Nggak ada."

Apapun itu, meski terdapat senjata di tangannya, meski dapat kehormatan atas pencapaiannya, Addri merasa bahwa ia bukan orang yang seberani itu untuk menginggalkan semua yang ia punya dan pergi jauh menjadi orang yang terasing seperti Nada. Ia mengakui bahwa ia tak punya keberanian itu. Selama ini hidupnya terlalu mudah. Ia punya keluarga lengkap yang bahagia, dukungan dan support, serta tempat pulang yang ia sebut rumah. Entah wanita bernama Nada itu memiliki semua itu atau tidak, namun keberadaannya di sini pasti bukan hal yang mudah untuk dijalani. Sendirian, kesepian, menyedihkan. Untuk dapat mengatai Anna demikian, tentu merupakan hal yang berat juga sebab itulah yang dijalani oleh Nada yang sekarang.

PAST, PRESENT, & 338 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang