5 :: TOKO KUE MENCURIGAKAN

32 7 1
                                    

T O K O

K U E

M E N C U R I G A K A N

"Gimana toko dua hari kemarin?"

Setelah dua hari tidak mendengar suara khas Bos mereka, para pekerja di toko kue milik Nada sedikit terperanjat ketika wanita itu mendadak datang.

"Sudah kalian suruh pergi waktu dia ke sini?" Nada bertanya lagi. Tentu semua pekerjanya tahu siapa yang ia maksud.

"Dua hari ini, dia nggak datang ke sini, Bos."

Nada mengernyit. "Sama sekali?"

Pada sore hari di hari yang sama dengan datangnya Addri ke toko hanya untuk ia tampar, pikiran Nada mulai tenang dan kembali jernih. Saat itu, baru terpikir olehnya untuk mengecek langsung ke CCTV tokonya, untuk melihat yang terjadi. Sungguh, saat itu Nada merasa aneh saat melihat sepasang mata Addri yang nanar menatapnya sebelum kemudian pergi tanpa permisi. Ia mulai menanyai dirinya sendiri soal mengapa juga harus memikirkan hal sepele seperti itu di saat belum tentu semua yang ia tuduhkan pada Addri adalah salah.

Dalam CCTV, Nada dapat menyaksikan langsung Addri yang membopongnya masuk dengan begitu mudah, seakan tubuhnya seringan kapas. Reserse itu membaringkannya di salah satu sofa dan menyalakan bagian lampu yang diperlukan sebagai penerang di titik tempatnya dibaringkan. Sesaat kemudian, Addri menarik kursi dan menaruhnya tepat di sebelah Nada yang tertidur pulas. Semula, pikiran buruk Nada sudah mengira pria itu akan berbuat macam-macam padanya namun bahkan Addri tidak menyentuhnya sama sekali selain hanya memperhatikannya. Ya, memperhatikannya yang sedang tidur. Sampai sekitar satu setengah jam kemudian, di saat Addri sudah menyibukkan dirinya dengan bermain game di ponsel, Nada mengigau dan menangis dalam tidurnya. Addri yang melihat itu buru-buru meletakkan ponsel dan berubah fokus ke Nada. Tangannya mengusap puncak kepala wanita itu untuk menenangkannya.

Bukan hanya itu, tak lama kemudian Addri bahkan beranjak menuju ke lemari-lemari di belakang etalase, mencari dari satu laci ke laci lain dan berhenti ketika menemukan taplak meja yang masih bersih. Untuk selanjutnya, digunakannya untuk menyelimuti Nada di malam yang dingin dan menyedihkan itu.

"Bos nggak datang ke toko dua hari, apa karena sakit, Bos?" tanya salah seorang pekerjanya.

"Kalau kamu memang cemas, harusnya bertanya dari kemarin, bukan sekarang setelah saya sudah datang lagi," jawab Nada judes. Tidak mungkin kan dia bilang bahwa ia tak datang ke toko karena malu bertemu Addri. Tapi ternyata pria itu tidak datang sema sekali. Apa aku benar-benar sudah sangat keterlaluan?

"Oh, itu orangnya datang, Bos."

Pekerja Nada yang lainnya tiba-tiba menunjuk arah pintu masuk, di mana benar bahwa Addri datang dan tersenyum hangat padanya. Tentu pemandangan itu membuat Nada bertanya-tanya, sebetulnya Addri habis salah makan apa sampai seperti itu. Belum selesai ketidakmengertian Nada, ia makin bingung saat melihat tangan Addri telentang menuju padanya. Lantas, memeluknya sebagai sapaan. "Nada, apa kabar?"

Mulut Nada sampai ternganga saking tidak percayanya. Dan karena sungkan sendiri, ia melirik pada para pekerja yang beberapa saat lalu sedang ia kumpulkan. Satu tangannya bergerak dengan kode mengusir. Beberapa menahan senyuman mereka, sementara sisanya saling menyenggol bahu dengan yang lain. Awas saja mereka, batin Nada. Sementara itu, Addri telah melepas pelukannya dengan masih tersenyum. Pria itu pasti menyadari kebingungan dari raut wajahnya sehingga langsung mengatakan 'ayo kita duduk' hanya dengan gerakan bibir tanpa suara. Sebab, seseorang baru saja melewatinya.

"Ha? Apa?" balas Nada juga ikutan tanpa suara, dan Addri mengatakan kalimat yang sama sekali lagi dengan lebih jelas. "Duduk?" tanya Nada lagi, kemudian menurutinya. Digandengnya tangan Addri menunggu tempat yang biasa digunakan pria itu. Nada sudah siap hendak mengutarakan permintaan maafnya mumpung Addri datang.

PAST, PRESENT, & 338 [On Going]Where stories live. Discover now