Bab 1 : Sebuah foto kemelut

37 2 0
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Hentakan suara-suara sepatu diiringi dengan suara nyanyian sorak-sorakan dengan lantang memenuhi area sekitar. Nyanyikan semangat yang dielu-elu kan yang tak lain dan tak bukan adalah pasukan bersenjata yang sering disegani oleh tiap orang. Merupakan pagar yang menjaga keutuhan dan keamanan negara.

Tentara Nasional Indonesia.

"Sanggamara!!!" Teriakan dari salah satu personel yang menghentak dan juga tegas membuat beberapa orang yang sedang menonton terkesima dengan barisan rapi, gerakan yang teratur serta nyanyian dan yel-yel khas tentara memenuhi kemarakkan lingkup tinggal sore ini.

Semuanya terkesima, termasuk aku tentu nya.

"Adek! Keren kan om-om tentaranya?" Suara dari arah samping menyadarkan ku. Sosok tinggi tegap yang sedang mengeluskan tangannya di atas kepalaku. Senyum manis tercetak jelas di wajahnya yang tampan. Yah, dia adalah laki-laki pertama yang aku bilang tampan, laki-laki pertama yang mengenaliku rasa kasih sayang. Dia adalah papa.

Aku tekekeh pelan. Memang benar kata Papa, tentara yang barusan lewat dari depan rumah kami memang sangat keren. Tubuh tegap dan atletis serta suara yang tegas. Siapapun melihatnya pasti akan terkesima.

"Keren, Pa! Tapi lebih keren lagi Papa-nya Naya," Ujarku sambil memeluk badannya.

Papa terkekeh pelan, tangannya masih mengelus kepala ku dengan lembut. Sorot matanya melembut saat ia mensejajarkan tubuhnya padaku yang masih remaja awal.

"Kalau besar nanti kamu mau jadi ibu persit? Kayak Mama kamu?" Tanya Papa padaku. Keningku berkerut samar. Ibu persit yang dibilang oleh Papa ya memang seperti Mama. Papa memang profesinya sebagai tentara angkatan darat yang sudah berpangkat Sersan Satu yang merangkap sebagai pelatih setiap ada tentara junior saat mengemban pendidikan. Dan yang di maksud persit adalah panggilan khusus bagi pendamping tentara.

"Mmm Naya gak tahu. Tapi jadi persit itu keren sih, Pa! Naya lihat dulu deh nanti." Kataku lagi tanpa ambil pusing dengan jawabanku.

"Sebelum itu, Papa mau kamu jadi anak yang sukses terlebih dahulu." Lanjutnya lagi.

"Pasti Pa, Naya bakalan bahagiakan Papa." Balas ku dengan pasti.

Yah, aku akan bahagiakan keluargaku bagaimanapun caranya.

*

*

*

4 Tahun Kemudian

Hari itu, tepat pada hari Kamis, acara 17 Agustus yang diisi dengan berbagai perlombaan bagi anak-anak dan orang dewasa di gelar. Semua warga asrama tampak semangat dalam penyambutan acara tersebut dikarenakan momen ini hanya berlaku satu tahun sekali dan itulah yang membuat para panita 17-an melakukan yang terbaik agar semuanya berjalan seperti yang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari.

Dua Hati untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang