Bab 2 : Kembalinya lagi

6 1 0
                                    

Hai guyss... Sejauh ini bagaimana ceritanya? Masih awal banget lah ya, tapi ini aku gak mau banyak bertele-tele. Cerita kali ini aku langsung menuju intisari dan juga konflik yang ingin aku sampaikan pada kalian, namanya juga cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. Namun, aku tidak sepenuhnya menuliskan semua kisah nyatanya. Ada beberapa tambahan yang aku buat agar cerita ini lebih menarik dan juga tidak membosankan juga. Aku harap kalian suka ya😊

Sebelum membaca jangan lupa vote, komen dan juga follow lorcin ya! Dari kalian vote, komen+follow author itu beri support yang luar biasa dan aku sebagai penulis merasa senang dan dihargai oleh kalian semua!

Tanpa berlama-lama langsung cusss ke ceritanya ya🤗

Happy reading teman-teman!!! 🖤

Happy reading teman-teman!!! 🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

Waktu terus berjalan tanpa henti. Setiap kenangan dari senang maupun sedih telah terlewati. Ada yang bilang menjadi dewasa itu tidak enak. Menjadi dewasa itu harus dituntut untuk selalu bersikap baik-baik saja, menjadi dewasa itu harus menjadi panutan bagi anak-anak, dan menjadi dewasa itu bisa memilih yang mana benar atau salah.

Dewasa.

Satu kata yang memiliki arti dalam kehidupan.

Dulu waktu aku kecil, aku selalu kagum dengan pola pikir dan juga aktivitas orang dewasa sampai tidak sabar untuk bisa beranjak seperti orang-orang yang menghasilkan uang jajan dari keringatnya sendiri. Namun, setelah perlahan waktu aku lewati justru menjadi dewasalah membuatku banyak melewati berbagai macam tantangan.

Sampai sekarang, bertahun-tahun terlewati dan saat ini aku sudah di tahap kuliah semester akhir jurusan keperawatan, salah satu jurusan yang dulu paling aku hindari, menjadi nomor terakhir dari sekian banyaknya jurusan yang aku pilih. Hingga lagi-lagi garis takdir membawaku kemari, hal yang paling tidak aku inginkan justru menjadi pilihan hidupku saat ini.

Semua ini bermula pada permintaan Papa yang ingin melihatku menjadi seorang tenaga medis. Pada awalnya Papa memintaku untuk mendaftarkan diri di jurusan kedokteran yang langsung aku tolak mentah-mentah. Bagaimana bisa aku mendaftarkan diri menjadi dokter kalau otakku saja pas-pasan dalam menghafal setiap anatomi fisiologi. Minatku pada awalnya bukanlah yang berhubungan pada ilmu sains melainkan ilmu sosial, aku bercita-cita ingin menjadi seorang jaksa sehingga pada waktu musim pendaftaran kuliah aku rela untuk belajar dari nol tentang soshum untuk masuk PTN, akan tetapi Papa menolak dengan tegas usahaku yang sudah aku lakukan sekeras mungkin untuk masuk kedalam bidang yang aku suka.

"Papa pingin kamu masuk bagian kesehatan, Naya! Terserah mau masuk apa dokter, perawat atau bidan. Yang penting Papa mau salah satu anak Papa jadi orang kesehatan!" Tegas Papa waktu itu saat kami semua kumpul diruang keluarga untuk membicarakan kemana aku harus belajar.

Aku mulai terisak, tidak terima dengan keputusan Papa yang hanya memikirkan keinginan Papa saja. Aku juga ingin belajar di bidang yang aku mau dan aku mampu kuasai dengan mudah, apalagi aku paling suka berhubungan dengan hukum negara dan juga politik.

Dua Hati untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang