Bab 4: Menunggu Kabar Darinya

5 1 0
                                    

Hallo teman-teman!! Balik lagi nih cerita si Naya, menurut kalian gimana? Sampai kesini udah ada gambaran bagi kalian si Naya sama abang tentaranya nanti bakalan gimana? Huhuhu🙈kok aku yang tulis cerita ini jadi makin greget ya? Aku yang tulis cerita si "seseorang" ini aja udah geregetan gimana gitu yah soalnya masih gak nyangka gitu sama kisahnya dia bisa se-unik itu😭

Vote dan komennya jangan lupa ya🙈tolong dukung cerita ini ya guys supaya bisa cepat berkembang walaupun masih new banget ceritanya, insya Allah cerita ini bisa bikin kalian puas ya bacanya🤗

Happy Reading para bestie aku💗

****

Dua minggu berlalu sejak kejadian dijodohin secara dadakan sama emak-emak rempong sekaligus aku yang selalu senyam-senyum tanpa henti merasa bahagia dengan kejadian konyol namun membawa efek luar biasa dalam hidupku, rasa semangat selalu menemani walau sampai saat ini aku tidak mendengar kabar apapun dari Mamanya Abimana tentang soal itu. Mama memperingatkan padaku sebelumnya setelah teman karibnya itu pulang ke rumah bahwasannya aku jangan terlalu menaruh harapan dari rencana tersebut, manusia bisa berencana tetapi semua kembali pada Tuhan yang mengatur seperti apa kelanjutannya.

Pada awalnya aku setuju saja dengan apa yang Mama katakan untuk tidak menaruh harapan, namun beberapa hari ini nama Andika Keanu Winanta selalu menghantui tiap detiknya bahkan pada saat aku sedang bernafas. Ini bukan berlebihan, lebay, alay, atau sebutan apapun itu yang mengarah ke hal tersebut tetapi memang ini yang aku rasakan, semuanya terasa berbeda ketika otak ini tanpa terkontrol selalu mengingatkan nama yang membuat perutku menjadi geli.

Terlebih saat kami sudah saling berteman di media sosial menjadi akses terbesar bagiku untuk melihat aktifitas yang ia lakukan walaupun Bang Andika sendiri jarang memposting aktivitasnya namun saat beberapa menit yang lalu ia memposting cerita memakai baju seragam membuat jantungku berdetak dengan kencang, bahkan perasaan ku menjadi aneh saat melihat wajahnya dari dunia virtual.

"Masya Allah, ganteng banget calon suami gue!" Cicit ku pelan sambil mengelus dada ketika bibir mengucapkan kata calon suami.

Ah, calon suami.

Kenapa aku bahagia sekali?

"Duh, Naya! Kok lo jadi blushing gini sih?! Calm dowm! Baru dunia virtual aja lo udah gini gimana waktu ketemu nanti? Aaaaaaa gak bisa, gak bisa!!!" Monolog ku didalam kamar dengan tubuh sudah guling kanan-kiri khas orang yang sedang kasmaran. Aku sendiri sampai malu dengan sikapku yang seperti anak baru pubertas. Agh!

Namun, Tiba-tiba saja terlintas di dalam benakku apakah Bang Andika suka denganku? Apakah Mama Abimana sudah bicara soal ini dengan Bang Andika? Semuanya masih abu-abu seperti yang aku katakan kalau aku saat ini sudah menaruh harapan besar pada hubungan perjodohan yang sudah direncanakan oleh Mama Abimana.

Mengapa hati ini terlalu cepat menyukai seseorang yang bahkan aku belum pernah bertegur sapa dengannya?

*

*

*

Dua minggu berselang, keadaan masih tetap sama. Rasa semangat perlahan pudar digantikan dengan perasaan resah. Bagaimana tidak? Orang yang ditunggu apakah hubungan ini berlanjut atau tidak menampakan batang hidungnya selama hampir sebulan, aku sendiri terlalu takut sekedar untuk menanyakan kepada Mama kemana Mamanya Abimana? Aku tidak ingin terlihat berharap dimata Mama. Keluarga ku mempunyai aturan tentang perempuan di mana sikap perempuan tidak boleh melebihi batas alias jangan mengemis dengan namanya kaum laki-laki, perempuan punya harga diri juga harus menjaga nama baik agar tidak tercoreng dimata laki-laki, aturan tersebut terus diturunkan sampai generasi kami saat ini. Setiap waktu Mama memberikan wejengan kalau perempuan itu tidak boleh keluar lebih dari jam sepuluh malam, tidak boleh ketemu lawan jenis tanpa sepengetahuan orang tua, bila ingin keluar harus minta izin kepada orang rumah dan tahu batas norma dan adat.

Dua Hati untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang