BAB 05

268 55 34
                                    

"Narenda."

"Siapa?" tanya Garry.

"Bukan siapa-siapa."

Para orang-orang itu sudah ada didepan mata Zalaxie dan Garry. Dalam jumlah banyak rasanya tidak mungkin kalau Zelaxie dan Garry mampu melawan mereka, walaupun mereka kuat, waspada lebih baik bukan?

"Lo taro minuman gue di tempat yang aman. Dan lo telpon Kak Taenzxie suruh kesini, ajak Bang Ardo." Zelaxie berbisik pada Garry, Garry yang paham pun langsung pergi untuk menelfon Taenzxie dan Bang Ardo—Abang kandung Zelaxie.

"Sebaiknya Anda tidak perlu ikut campur urusan kami!"

"Terus ngapain lo ikut campur urusan mereka?" tanya Zelaxie sambil menekankan kata 'mereka.'

"Mental patungan gak usah sok buat orang sendirian."

"Sudah saya bilang, jangan ikut campur urusan kami, kalau Anda masih sayang nyawa."

"Gak salah?" tanya Zelaxie. Zelaxie sebenarnya sudah geram dengan mereka yang dilihat seperti orang bayaran. Tapi dia juga harus bisa memperlambat pertarungan agar Taenzxie dan Ardo kemari.

"Nanti nyawa salah satu dari kalian gue cabut, nanges."

"Dasar bocah gak tau diri!" pimpinan mereka yang sudah tidak tahan dengan ucapan Zelaxie pun, langsung menampar Zelaxie.

Tapi sayangnya gagal, Zelaxie dengan sigap langsung menahan tangannya dan langsung memelintirkan tangan pimpinannya itu.

"Kalau gak bisa nampar gue, gak usah sok-sok-an nampar."

Tidak berlangsung lama, Zelaxie juga merobek tangan pimpinan itu dengan kukunya yang tajam. Darah segar mulai mengalir deras saat itu juga.

"Kita harus hati-hati, sepertinya dia bukan gadis sembarangan," bisik salah satu anggota kepada anggota lain.

"Baik!" jawab salah satu anak buahnya.

"Lepaskan pimpinan kami! Anda jangan kurang ajar!" ucap salah satu dari mereka lalu menendang Zelaxie, tapi sayangnya salah sasaran. Zelaxie melempar tubuh pimpinan agar tendangannya mengenai sang pimpinan.

"Ops, senjata makan tuan." Zelaxie terkekeh meremehkan mereka.

"Kurang ajar!"

Lima orang dari mereka langsung menyerang Zelaxie. Zelaxie langsung melawan mereka saat menyerang, ini terlalu mudah untuk Zelaxie kalahkan.

Sementara yang lainnya hanya melihat perkelahian mereka. Begitu takjub dan bisa mereka nilai bahwa Zelaxie bukan seperti manusia pada umum nya yang sedang berkelahi. Melainkan seperti seekor harimau yang sedang menemukan mangsanya, dan dalam keadaan kelaparan.

Dalam waktu singkat, Zelaxie bisa mengalahkan kelima orang itu. Gadis itu menyapu tangannya seraya ada debu di telapak tangannya.

"Segitu doang nih?" tanya Zelaxie menantang.

"Bos, tidak apa-apa?" bisik salah satu dari mereka. Pimpinan nya hanya menggeleng pelan lalu berkata, "tidak. Perempuan itu sangat bahaya. Kita semua harus waspada!"

Tak lama setelahnya, Garry, Ardo, dan Taenzxie pun datang menghampiri Zelaxie. Saat mereka datang tentu sedikit kaget karena melihat puluhan orang berbadan besar menghadang adiknya.

"Zela, lo gakpapa?" tanya Ardo yang baru saja sampai.

"Gak. Tapi dia kenapa-napa," jawab Zelaxie, matanya menunjuk Narenda, ketiga nya mengikuti arahan Zelaxie yang ternyata ada lelaki yang sedang terkapar dan berlumuran darah.

"Siapa?" Taenzxie kini yang bertanya.

Zelaxie hanya mengangkat bahu tidak tau. Sengaja, biar tidak di perpanjang.

Sweet But Psycho [S1]Where stories live. Discover now