BAB 25

79 18 0
                                    

Lusa. Yah, hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak murid di sekolah. Zelaxie sudah berada disekolah tepatnya di bus yang akan di naikinya nanti.

Semuanya sudah duduk di kursinya masing-masing, Zelaxie memilih kursi paling belakang karena memang hanya kursi belakang itu saja yang kosong.

Tak lama kemudian Narenda dkk datang. Vanilly berdiri saat Narenda hendak melewatinya. "Minggir," ucap Narenda dingin.

"Kursi gue kosong, dan kursi ini gue persiapin buat elo," ujar Vanilly lembut.

Bukannya menjawab atau menerima tawaran dari Vanilly justru Narenda malah melangkahkan kakinya menuju kursi Zelaxie.

Tanpa ada kata permisi, lelaki itu asal duduk di sebelah Zelaxie. Merasa ada yang berani menduduki kursinya gadis itu menoleh dan membuka kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.

"Kenapa?" tanya Narenda tanpa dosa.

"Ngapain?"

"Duduk, menurut lo?"

"Gue rasa, kursi kosong bukan cuman disini." Narenda mengangkat alisnya keatas sembari menangkup pipi kirinya.

"Pindah sono, gak usah ganggu gue."

"Gue gak ngerasa ganggu lo, dan gue mau duduk disini, dekat lo."

Zelaxie tidak menanggapi ucapan Narenda karena itu hanya membuang-buang energinya saja. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke kaca jendela.

Sementara Vanilly yang sedari tadi berdiri hanya melihat interaksi keduanya dengan perasaan kesal. Gadis itu duduk dengan perasaan kesalnya.

Dipertengahan jalan anak-anak bernyanyi riang gembira, sejujurnya Zelaxie tidak suka dengan suara bising seperti ini tapi mau bagaimanapun dia juga harus mewajari hal itu.

Namun kebisingan itu terhenti karna seketika mobil bus berhenti begitu saja. Hal itu membuat para murid bertanya-tanya pada teman sebelahnya.

"Lho kenapa kita berhenti, Pak? Perjalanannya 'kan masih cukup jauh," ujar Widodo pada pak sopir.

"Iyah Pak, saya minta maaf, saya juga tidak tau kenapa mobilnya berhenti."

Widodo menatap wakil sekolah---Ibu Ani. "Sepertinya, mobilnya mogok, Pak," sambung Pak Sopir.

"Lho gimana toh, Pak? Memangnya sebelumnya belum Bapak cek terlebih dahulu?" tanya Bu Ani dengan logat Jawanya.

"Sudah Bu, sebelumnya sudah saya cek terlebih dahulu, dan semuanya aman. Tapi, kok bisa yah mogok seperti ini?"

Bukan hanya Pak Sopir, kedua pemimpin sekolah itupun juga ikut bingung kenapa jadi seperti ini.

"Pak kok kita berenti sih?" tanya Vanilly sewot.

"Iyah sabar yah Nak. Anak-anak sepertinya mobil yang kita naikin sedang ada masalah, mari kita turun semuanya ayok."

"Ck!"

Semuanya turun seperti yang di perintahkan oleh Widodo. Setelah semuanya turun termasuk Pak Sopir, Vanilly mengomel.

"Gimana sih Pak? Kalau tau kaya gini, dari awal gue naik mobil!" ketus Vanilly.

"Emang bener kata orang jaman sekarang ya? Dewasa gak bisa dilihat dari umur," ujar Zelaxie.

"Diem deh lo, gak usah banyak bacot!"

"Dih gak ngaca, padahal yang dari tadi ngebacot dia."

"Sudah-sudah, jangan bertengkar, yang saat ini kita lakukan hanya berfikir, bagaimana caranya mobil kita bisa hidup kembali," ucap Widodo.

Sweet But Psycho [S1]Where stories live. Discover now