Odette menghela napasnya berat. Akhirnya ia sudah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Diego dibantu dengan Vivaldo. Jika tidak ada Vivaldo, mungkin ia belum menyelesaikan tugasnya sampai sekarang.
"Istirahatlah, Odette. Aku sudah tidak bisa melihat penampilanmu sekarang." Cetus Vivaldo. Odette terlihat sangat acak-acakkan. Wajar karena harus mencari empat puluh enam identitas wanita yang datang ke club dalam waktu singkat.
"Aku seperti ini juga karena teman sialanmu itu." Balas Odette malas. Ia membaringkan dirinya ke kasur dan menatap langit-langit kamar.
"Temanmu juga kalau kau lupa." Koreksi Vivaldo.
"Terserah." Odette menutup matanya. Matanya sudah terasa berat. Energi untuk berdebatnya sudah terkuras habis.
"Beristirahatlah, Odette." Ucap Vivaldo, ia berjalan menuju pintu setelah membereskan sisa pekerjaan mereka.
"Jangan lupa matikan lampu saat kau keluar." Gumam Odette disisa kesadarannya.
Vivaldo hanya menjawab dengan dehemannya.
Klik
Vivaldo mematikan lampu, lalu menutup pintu kamar Odette dan berjalan menuju kamarnya.
Belum sempat membuka pintu kamarnya, suara di belakangnya menginterupsi Vivaldo.
"Apa sudah selesai?" Tanya Diego yang tiba-tiba muncul dari arah belakangnya dengan bersedekap dada.
Vivaldo berbalik. "Sudah."
"Mana?"
"Di kamar Odette, kau ambil saja sendiri. Tapi jangan sekarang, ia sedang beristirahat karena kelelahan." Jawab Vivaldo.
"Aku membutuhkannya sekarang. Aku perlu menyelidikinya." Tanpa mau mendengarkan ucapan Vivaldo, Diego dengan seenaknya berjalan masuk ke kamar Odette yang berada di samping kamar Vivaldo dan mengambil barang yang dibutuhkannya.
Vivaldo yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Tanpa mau berkata-kata lagi, ia masuk ke kamarnya sendiri untuk mengistirahatkan badan dan otaknya yang sudah bekerja dengan sangat keras.
***
"Selama mereka tidak tahu itu bagus. Kau hanya perlu bungkam mulutmu itu."
"Tapi suatu saat rahasiamu pasti terbongkar. Kau pasti tahu konsekuensinya bukan?"
"Aku tidak peduli. Selama ketiga orang itu tidak tahu apapun tentang kematian orang tua mereka, semua akan baik-baik saja."
"Kau terlalu percaya diri."
"Memang."
Kedua orang itu terdiam sebentar, sebelum salah satu dari mereka melontarkan pertanyaan yang membuat pria tua di sampingnya menoleh.
"Tapi aku penasaran, bagaimana reaksi mereka jika mengetahui orang yang selama ini mereka percaya ternyata penyebab kematian orang tua mereka?"
"Tidak usah memulainya lagi. Aku yakin mereka tidak tahu. Sasaran mereka hanya pemerintah."
"Itu karena kau mencuci otak mereka!"
"Diam. Aku paling tidak suka jika kau membahas masalah ini. Jika mereka tahu, itu urusanku! Dan aku pasti bisa mengatasinya. Kau tidak perlu ikut campur."
"Bukan ikut campur, hanya ingin kau lebih berwaspada saja."
"Cih," Pria tua itu hanya mendecih. Malas mendengar omong kosong orang di sebelahnya.
"Kau tahu bukan bahwa mereka tidak bisa diremehkan? Kekuatan dan kepintaran mereka bisa menghancurkanmu kapan saja. Pekerjaanmu sekarang bisa berjalan dengan lancar karena ketiga saudara itu. Tanpa mereka kau bukanlah apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission: No Time To Die
ActionSpine adalah sebuah organisasi rahasia yang didirikan oleh pemerintah untuk memberantas kejahatan yang terjadi di Italia. Mereka terdiri dari 7 anggota, 5 laki-laki dan 2 perempuan. Mereka selalu berhasil dalam menyelesaikan semua misi yang diberik...