Part 10 - Pulang dari rumah sakit ~ Journey of Terror

72 42 155
                                    

Bukan tidak bisa mengendalikan rasa malu, tapi ketidaksengajaan dengan kapasitas diri yang terkadang membuatnya jadi penghambat munculnya kemampuan diri oleh perasaan malu

~Zukhruffa Dayrana Qudwa~


"lalu, bagaimana sekarang?".

Laki-laki itu menggeleng pasrah, "Gue harus keluar dari sini". Kata laki-laki itu sembari mencoba melepaskan selang infus yang tertancap di tangannya,

"Tapi, kondisi Lo masih belum cukup stabil_". Ucapan pria muda itu berhenti, matanya membola saat melihat punggung tangan laki-laki itu berdarah akibat cabutan kasar dari laki-laki itu sendiri karena jarum infus yang sempat menempel.

"Tuh kan, apa gue bilang, bisa gak jangan memaksakan diri!?". Ujarnya lagi hampir tersulut rasa geram, pria muda itu bisa melihat bahwa laki-laki itu kini merintih menahan rasa sakit itu. "Susterrrr!". Panggilnya reflex dengan suara yang sedikit dilantangkan.

"Gue gak apa-apa". Laki-laki itu menyahut untuk memberi keyakinan pada pria muda itu, bahwa masalah kecil seperti ini tidak perlu di permasalahkan.

"Gak apa-apa gimana?". Pria muda itu jelas masih cemas meski ia mungkin baru mengenalinya, tapi rasanya saat bersamanya sekarang entah mengapa perasaanya sudah begitu terasa dekat,

"Tolong, bawa gue keluar dulu, gue gak suka ditempat ini". Ujar laki-laki itu yang kemudian disambut oleh anggukan pria muda tersebut, baiklah.. tiruti saja apa yang diinginkannya,

Bersamaan dengan datangnya seorang perawat yang memasuki ruangan mereka kemudian.

"Ada yang bisa dibantu mas? Saya cemas panggilan keras dari luar tadi, makanya saya langsung kesini"

"Ohh, itu sudah tidak jadi sust, terimakasih, setelah ini saya mau langsung membayar tagihannya"

"Oh begitu, baik mas silahkan langsung ke pelayanan resepsionis di lobi depan, mari mas saya antarkan?"

"Baik, tidak usah terimakasih, saya kesana sendiri"

"Baik kalau begitu, saya permisi". Perawat itu sempat memberikan senyum keramahannya, sebelum akhirnya berlalu pergi.

Mereka kemudian keluar ruangan, Sam menuntun laki-laki itu untuk berjalan.

"Loh, mau kemana Sam?". Dr. Anrey menyapa mereka saat tak sengaja berpapasan bertemu di tengah jalan yang akan membawa mereka ke lobi.

"Ah ini om, dia minta balik katanya". Jawab Sam

"Memangnya kamu sudah tidak apa-apa? Ini baru saja saya mau ke ruang kamu". Dr. Anrey beralih pada laki-laki itu yang rupanya ia sendiri sebagai dokter yang akan bertanggung jawab atas perawatannya.

Tapi laki-laki itu hanya menggeleng menjawabnya, dan berkata, "Saya tidak apa-apa dok".

Tak lama dari itu, Pria muda yang bernama Sam itu segera menarik lengan dr. Anrey yang di akui sebagai om-nya tersebut, menggesernya lebih jauh dari keberadaan laki-laki itu.

"Apaan sih Sam? Om ini lagi banyak kerjaan". Dr. Anrey mengumpat seraya melepaskan paksa genggaman Sam yang tadi sempat menarik lengannya.

"Aku mau ngomong om, ini masalah penting". Ujar Sam kemudian

"Yaudah ngomong aja, kenapa mesti jauh-jauh gini sih". Timpal dr. Anrey yang sedikit geram atas tingkah keponakannya ini, pandangannya sesekali ia sorotkan ke arah laki-laki tersebut dengan perasaan was-was, berharap laki-laki itu tidak berpikir yang mengandung rasa kecurigaan.

Journey of Terror -||√ #NUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang