Ngambek Prat 2

135 22 1
                                    

  Sanzu membuka mata dan menangkap jarum jam yang menunjukkan pukul dua siang. Badannya hampir mati rasa semua, bahkan niat untuk duduk saja diurungkan dalam-dalam oleh Sanzu.

  "Gud murning tayangku." Baji menyapa saat dilihat kekasihnya siuman sembari membawa semangkuk ramen.

  Bukannya membalas sapaan, Sanzu malah membuang muka menghadap ke arah lain. Merasa firasatnya benar Baji berlari memutari tempat tidur ke sisi yang dihadap Sanzu. Tentu saja Sanzu balik badan lagi, pipinya sedikit mengembung dengan alis yang dikerutkan.

  "Ayang maapin atuh ya, khilaf." Baji merengek dan tak ditanggapi Sanzu.

  "Ayang woy!"

  "Yang."

  "Ayangku cintaku."

  "Woy lo pacar gua kan Zu?"

  "Ampunilah hamba baginda putri, hamba berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Baginda putri makan dulu ya nanti maag loh." Baji pasrah sudah.

  "Gak ada jatah sebulan titik ga pake koma atau tanda tanya." Ultimatum sang putri sudah paten.

  "Maaf baginda, apakah boleh dikurangin dua lapan hari?" Baji.

  "Sebulan atau gausah selamanya?" Sanzu mendudukkan dirinya dan meraih mangkuk ramen itu.

  "Baik baginda putri harap diingatkan apabila kakanda lupa dengan hukuman kakanda, sekarang dinikmati terlebih dahulu ramen yang kakanda buat." Baji sudah pasrah dengan hukuman yang diberikan Sanzu.

  "APA ENTE BILANG? ENTE YANG BUAT? ENTE CUMA ANGETIN RAMENNYA YA SETAN." Sarah berteriak dari ambang pintu membuat Baji buru-buru berlari dan membekap mulutnya.

  "Baginda putri tidak dengar apa-apa, Sarah sedang tidak enak badan jadi suka ngelantur." Baji menarik Sarah keluar kamar dengan masih membekapnya.

  Dengan bodoamat Sanzu melanjutkan makan ramennya itu.

  "Diem anying gua dah dihukum ga dapet jatah sebulan lo bisa diajak kerja sama kek biar ada dispensasi dikit." Baji berkacak pinggang setelah melepaskan bekapan.

   "Hahh hahh sinting ente! Ane yang masak susah-susah buat mas Sanzu malah ente yang ngaku-ngaku." Sarah mengambil nafas dengan rakus.

  "Plis kasihani gua ya, beberapa hari aja lo bilang yang masak gua." Baji menggoyang goyangkan lengan Sarah seperti anak kecil yang minta permen dari kakaknya.

  "Gak! Kalo ente mau bilang itu buatan ente harus masak sendiri betulan, jadi cowok harus ada effort nya dong. Udah ah ane mau masak, goodbye setan." Sarah melenggang begitu saja.

  "Gua sumpah sumpahin lo gapunya pacar seumur hidup." Baji meledek dengan menjulurkan lidah, benar-benar childish.

  "Semoga terwujud sumpah ente." Sarah yang memang trauma berpacaran pun tak ambil pusing dan segera pergi ke dapur untuk beres-beres.

***

  "Jangan bahas pacar lagi di deket Sarah." Ketus Sanzu sembari topang dagu bersandar pada pinggir pintu.

  "Kenapa? Lo suka sama dia?"

  "Kamu bisa ngga buat ngga kekanakan? Sarah trauma sama hal berbau pacar! Tau sendiri kan penyebabnya apa?" Sanzu berjalan dengan pincang kembali masuk ke kamar dan berbaring di atas ranjangnya.

  "Uhuk uhuk, lo gamau gua bahas pacar di depan dia? kenapa kita ga putus aja biar dia ga ngerasa trauma lagi?" Baji terbatuk batuk dan mengeluarkan darah dari sudut bibirnya.

  "Baji bukan gitu-" Belum sempat Sanzu meneruskan ucapannya Baji sudah hilang dari hadapannya.

  Apa Sanzu terlalu kasar? Sanzu pikir tidak ada yang salah dari perkataannya karena jika di posisi Sarah pun akan benar-benar benci hal yang berbau pacaran. Apa Baji tak mau mengerti yang Sanzu maksud?

  Sarah mengetuk pintu dari luar dan masuk ke dalam, lebih tepatnya dia duduk di sudut tepian ranjang Sanzu membuat lamunannya terbuyarkan.

  "Mas." Panggilnya.

  "Hm? mau coklat lagi?"

  "Engga mas, Sarah mau minta maaf gara-gara Sarah mas jadi berantem sama mas Baji." Sarah menunduk lemas.

  Sanzu dengan lembut mengelus rambut Sarah.

  "Dalam sebuah hubungan bertengkar itu wajar tapi jangan sampai berlebihan, kamu udah aku anggap adek sendiri. Kamu nggak salah kok, ya memang watak setiap orang kan ngga selalu sama." Senyum dari bibir Sanzu menenangkan hati Sarah.

  "Mas nggak marah?" Ragu-ragu Sarah bertanya dan dijawab dengan gelengan kepala Sanzu.

  "Kenapa mas percaya aja sama Sarah? Kan bisa aja nih Sarah ungkap kalo mas itu Sanzu Haruchiyo buronan yang dicari-cari polisi, Sarah kan detektif kok Mas ngga curiga?"

  "Hahaha bodoh, kau kira aku selemah apa? kau kira berapa orang yang pernah mengkhianatiku? hanya kabur dari manusia itu bukan hal yang sulit. Bahkan aku bisa membunuhmu sekarang juga kalo aku mau." Sanzu tertawa terbahak-bahak dengan pola pikir Sarah.

  "Mas, Sarah boleh panggil kakak?"

  "Iya bawel." Sanzu menjentikkan jarinya di dahi gadis itu.

  "Suatu saat nanti bakal aku carikan cowok yang tepat buat kamu, orang yang nggak akan pernah menyakiti kamu. Jika dia nyakitin kamu bakal aku bunuh dia." Ucap Sanzu.

  "Dasar asisten izrail." Sarah geleng-geleng kepala dan dilanjutkan dengan canda tawa mereka berdua.

  Sesungguhnya Sanzu sedang rindu sosok Senju dan Takeomi dalam hidupnya, tapi peristiwa pahit membuat Sanzu tak tahan dan memilih pergi.

  Rasa sakit saat Takeomi lebih membela Senju karena kesalahan Senju masih terasa sekali, Sanzu di pukul hingga parah tak diobatinya malah dengan mata kepala Sanzu  melihat Senju dibelikan 2 porsi pizza. Bukan sekali dua kali ini terjadi tapi berkali-kali.

  Sudah tak marah sudah tak benci tapi masih teringat jelas.
  -Sanzu Haruchiyo.















































TBC

Mengmaap lamban

🅴lvagos || Baji X Sanzu (bxb) EndingWhere stories live. Discover now