Haitani

136 19 1
                                    

  "Chiyo Chan, kamu tidur disini aja ibu pengen ditemenin." Ucap Ibu Baji.

  "Iya deh Bu, bentar ya Chiyo kabarin Sarah dulu." Ucap Sanzu.

  Sudah dua minggu berlalu tapi Baji tak kunjung kembali, setiap sore Sanzu rutin ke rumah sakit untuk menemani Ibu Baji seperti janjinya. Meskipun sudah diberikan rumah sakit tetapi Sanzu dengan senang hati akan memberikan makanan kesukaan Ibu Baji.

  Sanzu sudah menceritakan segalanya kepada Ibu Baji, mulai dari pertengkaran mereka, siapa sarah dan hilangnya Baji. Ibu Baji awalnya shock serta khawatir putranya menjadi demikian.

  Tapi semakin lama Ibu Baji mulai terbiasa dan selalu menasehati Sanzu untuk mulai ikhlas, mau bagaimanapun mereka beda alam tentunya tak akan ada yang tau kapan akan dipisahkan. Tetapi dihati Sanzu selalu yakin Baji akan kembali ke pelukannya.

  Hari-harinya hampa tanpa Baji, Sarah sudah berusaha menghiburnya mati-matian tapi tak satupun yang dapat mengalihkan rasa hampa darinya. Sanzu hanya membalas semua hiburan Sarah dengan senyum hambar.

  "Halo kakak." Ucap yang diseberang sana.

  "Sarah, kakak nginep di rumah sakit hari ini tetap inget kunci apartemen." Titah serta pamit Sanzu.

  "Iya kakak, kalo pulang Sarah nitip coklat lagi boleh?"

  "Iya besok kalo pulang, yaudah kakak matiin dulu." Sanzu menutup teleponnya.

  Sanzu duduk di kursi single tepat di samping Ibu Baji, tangannya memijat kaki orang yang sudah dia anggap Ibu sendiri. Meskipun seringkali Sanzu tertawa dan bercanda, siapapun sudah bisa menebak tatapan nanar Sanzu yang merindukan kekasihnya.

  "Chiyo Chan."

  "Iya Ibu?" Sanzu menoleh dengan senyum yang penuh.

  "Kemarikan lenganmu." Titahnya, Sanzu pun mengulurkan tangan kanannya.

  Ibu Baji memberikan sebuah gelang manik-manik yang berbentuk kubus terbuat dari kayu mahoni dan berbau minyak kayu putih.

  "Ini jimat dari keluarga Baji, dia akan melindungi kamu dari roh jahat manapun." Ucapnya.

  "Terimakasih banyak Ibu, Chiyo sayang Ibu kayak Ibu kandung Chiyo sendiri."

  "Ibu juga sayang Chiyo Chan kayak putri Ibu sendiri." Ibu Baji menahan tawa.

  "Ih Ibu Chiyo kan cowok."

  "Hahaha iya iya putra Ibu yang paling manis." Ibu Baji mengelus rambut panjang nan putih itu.

  Mereka bercanda tawa hingga tiba-tiba seorang pria bertubuh tinggi berkepang dua mengetuk pintu, pria itu masuk dengan wajah yang lesu.

  "Permisi nyonya, saya ijin berbicara dengan Sanzu sebentar ya." Ucapnya dan diangguki Ibu Baji.

  Ran menggandeng tangan Sanzu ke taman tengah-tengah rumah sakit, disana ada beberapa bangku yang kebetulan tengah kosong.

  Di taman itu terdapat air mancur dan beberapa tanaman hias yang cantik, beberapa hewan sering mampir seperti burung gereja dan capung. Ran dan Sanzu duduk di bangku yang sama, Ran mulai membuka pembicaraan tanpa basabasi.

  "Baji di rumah gua. Gua lihat dia sewaktu di makam, dia batuk darah dan ga sadarkan diri." Ucapnya.

  "Baji sakit? tapi kok bisa? dia kan hantu." Sanzu mengerutkan dahinya.

  "Seorang hantu dilarang membuat janji dengan manusia, sepertinya Baji gatau aturan itu dan akibatnya janji itu tetap terpenuhi tapi salah satu pembuat janji akan menderita." Ran menatap langit biru yang hampir mendung.

  "Terus... sekarang gimana ini? aku bisa bantu apa?"

  "Batalkan perjanjiannya, ucapkan kau membatalkannya di hadapan dia. Dan kalau penasaran, janji yang Baji buat dia janji bakal nemenin ibunya sampai ga sakit lagi." Ucap Ran.

  "Apa yang terjadi kalo aku batalin perjanjiannya?"

  "Entahlah, ini nomorku kau bisa hubungi kapanpun jika ingin tau keadaan pacarmu." Ran beranjak meninggalkan Sanzu dengan secarik kertas.

  Belum sempat Sanzu melihat nomor itu seorang perawat  berlari kebawah dengan berteriak histeris.

  "PASIEN ROSELLA NOMOR 213 URGENT!" Teriaknya.

  'Nomor 213 bukannya tempat Ibu ya?' Batin Sanzu.

  Dengan perasaan yang tak enak Sanzu mengikuti beberapa suster dan dokter yang berjalan tergesa-gesa dengan nakas dan tas besar. Dan benar saja yang dituju mereka adalah ruangan Ibu Baji berada.

  Suster suster itu tak mengijinkan Sanzu masuk, tapi bukan Sanzu jika menurut. Ia menodongkan katana kearah mereka dan membuatnya bisa masuk ke ruangan.

  Sanzu terus menggenggam lengan Ibu Baji yang mengejang kuat, dokter mengatakan hati yang dipasangkan di tubuh Ibu tidaklah cocok menyebabkan komplikasi hebat.

  Mereka memasangkan banyak alat ke tubuh Ibu Baji, dua suntikan bius tidak bisa menenangkan tubuhnya. Kabel menempel di banyak area tubuhnya, selang oksigen terpasang, tabung televisi yang menampilkan detak jantung pun dipasang nya.

  Dokter itu masih berusaha menyuntikkan penenang pada tubuh Ibu Baji tapi sayangnya masih tak berhasil hingga secara tiba-tiba lengannya yang menggenggam telapak tangan Sanzu menegang dan melemas secara cepat.

  Genggamannya lemas, perlahan melepas, denyutnya sangat kecil bahkan nyaris hilang. Seluruh isi ruangan panik, dengan sigap dokter mengeluarkan alat kejut jantung. Dokter memompa jantung Ibu Baji dengan harapan akan berdenyut normal kembali.

  Namun sayangnya alat tersebut malah berbunyi pekik dengan hanya garis di layar televisi itu. Sanzu tau artinya, dia menangis dengan kencang. Orang yang dia sayang lagi-lagi direnggut sang kuasa.

  'Tuhan apa kau terlalu kesepian sampai mengambil orang-orang yang aku sayang?' Batin Sanzu benar-benar hancur, Sanzu meninggalkan ruangan membiarkan Dokter mengurus sisanya.

  Sanzu berjalan ke belakang rumah sakit, dia bersandar di dinding rumah sakit dan memerosotkan tubuhnya. Meringkuk dan menangis, baginya Ibu sudah seperti dewi yang diciptakan hanya untuk dirinya.

  Langit sore yang mulai gelap menyisakan suara jangkrik dan isakan tangis Sanzu yang masih juga belum usai. Sebuah tangan halus mengelus rambut panjang nya, Sanzu menaikkan pandangannya dan melihat Sarah tengah tersenyum untuknya.

  "Sarah kenapa kamu keluar engga bilang-bilang? kalau kenapa kenapa dijalan bagaimana? kalau seseorang mencelakaimu bagaimana?" Sanzu mengusap kasar air matanya.

  Sarah tak banyak bicara, dia hanya membantu Sanzu berdiri dan mengajaknya kembali ke rumah sakit. Sesampainya disana ternyata Ibu Baji sudah di peti dengan rapih, ya pemakaman akan dilaksanakan sesegera mungkin karena kapasitas rumah sakit mulai penuh.

 











































TBC

Gw keknya mau buru-buru lesaikan ni cerita, ya karena gw mau pensi hahahah

🅴lvagos || Baji X Sanzu (bxb) EndingWhere stories live. Discover now