Ada Apa Tuhan?

879 6 0
                                    

Saat sedang berbincang di ruang keluarga, aku, Abay dan Ibu Abay mendengar suara kendaraan yang berhenti tepat di depan rumah, Ibu Abay pun langsung berkata "Pasti itu ayah mu Sintya, soalnya ayah mu kan bilang mau ke sini" Ucap Ibu Abay.

"Iya kayaknya mah, mungkin dia dateng ke sini sama si Salma, mamah baru aku" Jawabku.

"Ya udah, coba sana. Kamu samperin ke depan, kamu sambut mereka dengan baik ya" Ucap Ibu Abay.

"Iya mah" Jawabku.

Aku pun menghampiri seseorang yang singgah di depan rumah, aku dan ibu Abay sudah memastikan kalau itu ayahku dan Salma. Aku berjalan ke depan dan benar saja, ada yang mengetuk rumah Abay.

Tok....... Tok...... Tok.........

"Selamat pagi" Ucap seseorang di balik pintu.

Aku pun membuka pintu tersebut dan betapa terkejutnya aku, ketika melihat 2 orang polisi yang mengetuk pintu itu, aku pun berteriak "Mamah, Abay" Teriak ku. Mendengar aku yang berteriak, Ibu Abay dan Abay pun menghampiriku.

"Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu" Ucap Abay kepada kedua polisi tersebut.

"Pagi mas, mohon maaf jika kedatangan kami berdua, menimbulkan kegaduhan di antara kalian karena saya datang terlalu pagi, saya hanya ingin bertanya, apakah benar di antara kalian bertiga ada yang kenal atau masih berkeluarga dengan ibu Salma?" Jawab polisi tersebut.

"Saya anak tiri dari ibu Salma pak" Sautku.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, kedatangan saya ke sini, saya hanya ingin memberitahu kepada Kakak, Mas sama Ibu, bahwa tadi pagi telah terjadi kecelakaan pesawat, pesawat mengalami trouble sehingga sang pilot tidak bisa mengendalikan pesawat tersebut, sehingga pesawat tersebut jatuh. Saya hanya ingin memberitahu, jika suami dari ibu Salma dan ibu Salma sendiri belum di temukan sampai sekarang, hanya ada satu anak bayi yang selamat, setelah di konfrimasi hanya ibu Salma yang membawa bayi. Jika mas, kakak dan Ibu berkenan, ibu bisa datang ke posko penyelamatan pesawat tersebut" Jelas polisi tersebut.

Tiba-tiba aku menangis setelah mendengar kabar dari dua orang polisi yang memberitahu bahwa ayahku dan ibu tiri ku, telah mengalami kecelakaan pesawat. Aku menangis dengan mengeluarkan suara yang begitu keras, aku benar-benar tidak menyangka dengan semua ini, ujian apa lagi yang menimpaku, sehingga alur hidupku benar-benar pedih.

"Innalillahi, Ya Allah. Terus untuk poskonya di mana pak, saya mau ke sana" Jawab Ibu Abay.

"Ibu bisa ikut dengan kami, namun mohon maaf jika semuanya ikut, mobil kami tidak muat. Ibu bisa mengikuti kami dari belakang" Ucap Pak polisi.

"Baik pak, kami akan mengikuti bapak" Saut Abay.

Ibu Abay dan Abay pun bergegas mengambil barang-barang penting yang akan mereka bawa, tak lupa Abay mengambilkan tas milikku untuk di bawa, sedangkan aku masih menangis di depan pintu, meratapi apa yang terjadi pada keluargaku, baru saja aku ingin meminta restu kepada mereka perihal keinginanku untuk menikah dengan Abay, tapi tiba-tiba aku mendengar kabar duka atau luka yang terlalu dalam. Abay dan Ibu Abay pun mengambil barang yang akan dia bawa, tidak lupa ibu Abay membawa kunci mobil, lalu ia berikan kepada Abay, nampaknya Abay belum terlalu pulih, namun ia memaksakan keadaan ini. Ibu Abay pun merangkul ku dan membantu ku untuk masuk ke dalam mobil.

"Mari pak, kita jalan" Ucap Abay kepada polisi tersebut.

Polisi tersebut masuk ke dalam mobilnya lalu di ikuti oleh aku, Abay dan ibunya. Kemudian Abay mengikuti mobil polisi tersebut dari belakang, di perjalanan menuju ke sana, ibu Abay berkata "Sabar ya Sintya, maaf ibu cuma bisa bilang sabar, karena ibu benar-benar gak tau harus bagaimana lagi, ibu hanya bisa berdoa dan berkata sabar, sejak dari dulu kamu pasti bosan dengan kata sabar, semoga Ibu dan Ayah kamu bisa selamat ya" Ucap Ibu Abay kepadaku.

"Tenang ya Sin. Jangan khawatir, semoga ayah sama ibu selamat" Saut Abay sambil membawa mobil.

Aku hanya menghiraukan ucapan yang mereka ucapkan, hati ku masih benar-benar hancur mendengar kabar pahit ini, aku masih saja menangis. Air mata yang tak kunjung usai mengalir dari kelopak mataku, aku berdoa kepada Allah "Ya Allah, tolong selamatkan kedua orang tua saya. Hamba mohon pertolonganmu Ya Allah, hamba ingin berkumpul bersama mereka dan merayakan hari pernikahan hamba" Aku berdoa kepada Allah.

Cukup lama perjalanan mengarah ke posko tersebut, sampai akhirnya aku tiba di tempat pencarian korban kecelakaan pesawat tersebut. Aku melihat banyak sekali orang-orang yang berbondong-bondong ke tempat ini, untuk mencari keluarga mereka masing-masing, terlihat cukup banyak korban yang meninggal di tempat, namun ada beberapa yang masih selamat. Setelah Abay memarkirkan kendaraannya, kami pun turun dari mobil dan terlihat dari kejauhan ada seseorang perempuan yang membawa bayi mungil di gendongannya, perempuan tersebut menghampiri kami dan berkata kepada Ibu Abay.

"Selamat pagi ibu, anak yang saya bawa adalah anak dari Ibu Salma, alhamdulillah anak ini selamat, mungkin Allah masih ingin melindungi bayi yang tak berdosa ini" Ucap perempuan tersebut dan memberikan bayi itu ke Ibu Abay.

"Ya Allah nak, kamu ganteng banget. Sini sama mamah" Jawab Ibu Abay menerima bayi tersebut.

"Baik ibu, saya kembali melanjutkan tugas saya terlebih dahulu" Ucap perempuan tersebut.

"Makasih ya kak, silakan di lanjut perkerjaanya" Saut Abay.

Bayi kecil tak berdosa ini, harus di tinggal oleh seorang ibu dan ayahnya, bayi ini sudah harus menerima kekejaman dunia yang begitu pahit tanpa kedua orang tua, aku sebagai kakak harus menerima dia dan mendidik dia dengan sepenuh hati, walaupun bayi ini adalah anak dari sahabatku namun dia tetap adikku. Aku harus meyayangi dengan sepenuh hatiku. Bayi yang terus menangis itu, di coba untuk di tenangkan oleh Ibu Abay. Seketika aku mencoba kuat menerima semua ini dan aku pun berhenti menangis.

"Ya Allah, kamu lucu banget. Kamu yang sabar ya, kakak bakal menjadi orang tua yang baik buat kamu" Ucapku kepada bayi tersebut.

"Kakak juga janji bakal ngerawat kamu, kamu jangan khawatir ya adik kecil" Saut Abay.

"Udah, udah, mamah juga bakal bantu ngerawat adiknya Sintya. Ibu tau kok perasaan bayi ini, semoga Ayah dan Ibumu bisa selamat ya Sintya, kita berserah diri aja" Jawab ibu Abay.

Bayi yang terus di gendong oleh Ibu Abay pun perlahan mulai tenang dan tertidur. Entah naluri seorang ibu yang sangat kuat, membuat bayi tersebut nyaman berada di pelukan ibu Abay, Abay pun mengajakku untuk mencari ayah dan ibuku.

"Mah, aku sama Sintya coba cari ayah sama ibu dulu ya, mamah di sini aja sambil ngejagain dede bayi ini" Ucap Abay kepada Ibunya.

"Iya, kamu bantu cari ayah sama ibu Sintya ya Bay, mereka nanti juga bakal jadi orang tua kamu" Jawab Ibu Abay.

"Iya mah" Ucap Abay.

Aku dan Abay pun pergi meninggalkan ibu Abay, aku dan Abay mencari kedua orang tuaku, aku mencarinya dengan melihat korban-korban yang berhasil di evakuasi oleh tim SAR, setiap ada korban yang berhasil di evakuasi, aku melihatnya dan ternyata mereka bukan ayah atau ibu ku, aku dan Abay terus mencari mereka.

"Sintya, kita liat daftar korban dulu yuk, siapa tau ada titik cerah" Ucap Abay.

"Ayuk Bay" Jawab ku.

Aku menghampiri daftar korban pesawat tersebut untuk melihat data-data korban, aku berharap bahwa ada titik terang atau keajaiban tuhan yang di berikan kepada keluargaku.

HyperSexWhere stories live. Discover now