Dariel berjalan sendirian keluar kelasnya dengan perasaan gelisah. Mata terus mengawasi sekitar seolah mencari sesuatu diantara para siswa yang juga baru saja meninggalkan ruang kelas karena sudah jam pulang.
Dirinya tidak langsung pulang, Dariel memilih menunggu tak jauh dari gerbang di sebuah bangku sendirian. Perlahan suasana semakin sepi hingga hanya tinggal dirinya saja.
"Hei." Seorang perempuan datang menemuinya.
"Ya?"
"Ada yang mau bertemu denganmu."
"Siapa?"
"Ikut aku." Ia berbalik badan dan berjalan ke arah gerbang, Dariel mengikuti berjalan disepanjang trotoar lalu masuk ke dalam gang diantara dua bangunan yang cukup tinggi. Tiga orang laki-laki menunggunya di sana.
"Apa kamu ada ceritakan pada gadis itu?" Tanya salah satu laki-laki. Ketiga orang itu adalah orang yang sama yang Ica lihat di hari pertama mengunjungi Dariel, mereka yang sempat Ica lawan.
"A-Aku tidak ceritakan apapun padanya, aku bersungguh-sungguh! Aku tidak berani cerita padanya."
Salah satu yang terlihat paling mendominasi, tersenyum miring lalu mendekati Dariel, "Apakah ucapanmu dapat kami percaya?"
Dariel semakin gugup berada dekat dengan orang yang paling tidak ingin ia temui saat ini.
"Ka-Kamu bisa percaya padaku. Aku tidak pernah mengadukan kalian pada siapapun termasuk sepupuku."
"Oh ya?"
"B-Bagaimana caranya a-agar kalian percaya?"
"Bergabung dengan kami." Sela yang lain, "Selesai."
"Aku tidak akan mengadukan kalian pada siapapun, jadi kumohon untuk tidak memintaku bergabung dengan kalian."
"Kamu sudah terlalu banyak tahu tentang kami, mana mungkin kami membiarkanmu bebas begitu saja."
"Tapi aku sudah janji--"
"Atau lebih baik kami melenyapkanmu saja?" Usul laki-laki yang terakhir, yang sejak tadi masih diam menyimak.
Dariel terlihat syok akan apa yang didengarnya, "Ja-Jangan--"
"Pilih." Laki-laki yang pertama menatap Dariel dengan tatapan intimidasi, "Bergabung atau lenyap."
Dariel semakin ciut mendapat pilihan seperti itu. Tidak ada satupun dari pilihan tersebut yang dia inginkan, namun dirinya hanya bisa berharap bantuan segera datang.
"CEPAT PILIH!" Hardik laki-laki itu, Dariel sampai tersentak karena terkejut dibentak tiba-tiba begitu.
"A-Aku--"
"Jadi ada di sini?"
Dariel segera menoleh ke belakang begitu mendengar suara yang familiar baginya. Ica berdiri tak jauh dari mereka lalu berjalan mendekati mereka.
"Ah kamu--" Ica menatap laki-laki dihadapan Dariel, "Yang tempo hari kan?" Ica tersenyum tipis, "Dan--" Tatapan Ica beralih sejenak pada dua laki-laki yang lain, "Kalian juga."
"Mau apa kamu ke sini?" Tanya laki-laki di depan Dariel.
"Menjemput sepupuku. Salah? Aku sengaja mengikuti ke sini dan tidak langsung datang, tapi sepertinya kalian sudah membuat sepupuku takut."
"Bukan urusanmu."
"Jelas urusanku!" Nada bicara Ica tiba-tiba naik, "Tidak ada yang boleh menyentuhnya selama ada aku di sini."
"Menarik." Laki-laki itu beralih pada Ica, "Kalau begitu, bagaimana kalau kamu saja yang bergabung menggantikan sepupumu yang pengecut ini?"
"Hah? Memang siapa kalian memintaku bergabung?" Ica berdecak sekilas, "Udah kayak MLM aja." Gumam Ica. "Atau begini saja, kalian lawan aku, kalau kalian kalah, jangan ganggu sepupuku lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Delta Team
ActionSeason 3 My Dearest Enemy [Action • Romance] Kisah baru Tim Delta diantara kehidupan pribadi dan pekerjaan mereka sebagai agen rahasia.