BAB 08 - Kecelakaan

645 52 0
                                    

"Mungkin tidak terucap, tapi perlakuannya menunjukkan bahwa dia lebih dari kata mencintaimu."

****

"TUMBEN kalian diam gini? Lagi pada sariawan apa gimana? Biasanya aja ribut terus kayak Tom and Jerry."

Sudah berhari-hari Adriano menjauhi Livia, benar-benar kentara, Mas Leon saja saat perbaikan atau pemasangan Wi-Fi bersama Adriano dan Livia pasti bertanya.

Reva juga sadar akan perubahan Adriano, mulai dari saat meminta tolong yang biasanya pada Livia sekarang malah lebih sering ke Ersya atau dirinya. Biasanya selalu menjaili Livia, kini saat baru berangkat sampai pulang Adriano lebih memilih duduk ataupun tidur yang agak jauh dari gadis itu.

Livia sendiri bingung harus bagaimana, menjelaskan pun tidak mungkin. Adriano saja belum jelas marah kenapa, lagipula memangnya sudah jelas Adriano cemburu? Yang ada Livia terlihat konyol jika tiba-tiba menjelaskan, apalagi orang menyebalkan seperti Adriano yang ada Livia dikira kepedean.

"Eh, besok katanya yang dari SMK Kencana masuk magang lagi, ya?" tanya Reva mencairkan suasana.

"Edgar sama Vino?" tanya Ersya. Yang Ersya tahu di SMK Kencana memang magangnya enam bulan, dulu mereka berdua sempat magang di sini saat kelas 11 selama tiga bulan, kemudian sekarang kelas 12 lanjut magang lagi tiga bulan.

Edgar dan Vino sempat magang bersama Livia dan yang lainnya selama dua minggu sebelum mereka keluar, jadi setidaknya mereka sudah saling mengenal.

****

Livia menatap langit-langit kamarnya, pikirannya berkelana, sejahat itukah dirinya sampai Adriano benar-benar menghindar?

Terhitung sudah dua Minggu lebih Livia didiamkan olehnya, ia pikir Adriano hanya akan marah satu atau dua hari saja, ternyata dugaannya salah. Mereka selesai magang kurang dari satu bulan lagi, oh, ayolah masalah ini harus usai sebelum magang selesai.

"Arghh!" Livia mengacak rambutnya frustrasi.

"Lo itu kenapa sih Ano?! Pengin banget gue jambak rambutnya biar lo banyak omong kayak biasanya!"

"Gara-gara si Defan sih ini, mana gue mau-mau aja lagi. Emang si Defan tuh beban! Perusak hubungan orang aja, dasar PHO! Gue kirimin donat exp baru tahu rasa lo," kesal Livia ngawur.

Tatapan matanya turun pada gelang hitam yang melingkar di pergelangan tangannya, gadis itu refleks menggeleng keras.

"Ngapain gue mikirin dia sih? Lagian dia ngejauh juga gue nggak ada ruginya," kata Livia berbanding terbalik dengan hatinya.

Nyatanya Livia menginginkan penjelasan akan semuanya, Livia berharap kedekatannya dengan Adriano kembali dan ... ia juga berharap Adriano menyukainya.

Tembok besar yang ia bangun agar dirinya tak berharap lagi pada manusia kini hancur hanya karena seorang Adriano Baskara, laki-laki pemilik sleepy eyes, berhidung mancung dan menyebalkan itu berhasil memporak-porandakan isi hatinya.

****

"Jadi, lo sama Reva satu minggu lagi pencabutan, Lang?" tanya Vino pada Gilang. Iya, SMK Bina Mandiri memang masuk magang lebih awal, selisih satu minggu dengan SMK Merdeka dan SMK Gemilang.

"Yoi, kata Om David mau ngadain acara sih buat pencabutan."

"Wah menarik, apaan tuh?" tanya Edgar.

"Kita sih penginnya muncak, cuman kata Om David mending ke Bali aja," jawab Reva, Adriano sedari tadi hanya duduk diam menyibukkan diri bermain ponsel karena tidak tertarik dengan pembicaraan mereka.

Pelangi Tanpa Warna (SMK Story) ENDWhere stories live. Discover now