17

46 41 78
                                    

Merasa ada yang aneh dengan sikap teman-temannya, Aletta memberanikan diri bertanya langsung. Saat mereka berkumpul untuk jeda istirahat makan adalah waktu yang pas untuk bertanya. Aletta berdehem sebelum berbicara sehingga semua pasang mata menatapnya. "Kalian kenapa? Aku rasa hari ini sikap kalian aneh sama aku? Aku ada salah ya?"

Semua anggota Tim Bamis yang ada di meja makan saling tatap. Ethan selaku ketua diminta menjelaskan masalah yg sudah menyebar diantara anggota Tim Bamis dan Tim Griya. "Jadi gini, apa iya lo dikeluarin dari Tim nasional gara-gara ngebully junior lo?"

"Apa?!" Aletta kaget sendiri mendengar penuturan Ethan. Masalahnya, siapa yang menyebarkan rumor tak berdasar itu? "Siapa yang bilang?"

"Jawab aja dulu. Eh mending lo ceritain aja faktanya gimana," Fazhia memberi saran.

"Iya bener banget," seru yang lain.

Aletta merasa sekarang bukan saatnya menceritakan masa lalu kelamnya. Ia masih sedikit trauma dengan perlakuan teman-teman di Tim nasional. Tapi apa daya jika sekarang Aletta tidak menceritakan kisah faktanya, teman-teman baru Aletta akan memperlakukannya seperti teman yang dulu.

"Ceritain aja. Gak papa kalo misalkan bener juga. Kita gak akan ngapa-ngapain lo karena itu kan masa lalu. Tapi kalo gak bener, lo harus meluruskan fitnah ini biar gak berlarut-larut," Sam yang berada di depan Aletta menyemangatinya.

Aletta menghela nafas panjang sebelum memulai cerita. "Aku emang mantan anggota Tim nasional. Tapi aku gak ngebully siapapun. Ini terserah kalian ya, mau percaya atau enggak itu keputusan kalian. Aku cuma mau ceritain fakta yang aku alami,"

Teman-temannya di Tim Bamis mengangguk bersiap mendengarkan cerita Aletta lebih lanjut. Sepertinya mereka sangat antusias dengan cerita masa lalu Aletta.

"Aku pernah ikut turnamen Thomas Cup dan sialnya aku menang. Karena kejadian itu, ada satu orang yang gak suka liat pencapaian aku. Dia menyebar rumor bahwa aku melakukan penyogokan kepada wasit di turnamen Thomas Cup. Rumor itu sampai ke pelatih dan tanpa mendengar penjelasanku, pelatih langsung mengeluarkan aku secara tidak hormat. Teman-teman di Tim nasional memandangku pecundang yang menjijikkan. Aku sudah meminta maaf berkali-kali karena aku sudah mencemarkan nama baik Tim nasional, tapi maafku tidak diterima siapapun,"

"Pasti satu orang itu si Raveena ya?" Tanpa ba bi bu Syila menyebutkan nama Raveena.

"Iya. Karena kejadian itu, Raveena dimasukkan ke Tim nasional menggantikan posisiku. Sampai kemarin turnamen terakhirnya di Swiss,"

Semua anggota Tim Bamis terdiam mendengar penjelasan Aletta. Mereka lebih mempercayai Aletta dibanding Raveena. Tidak mungkin orang sebaik Aletta melakukan pembullyan.

Kali ini Sam angkat bicara, "Kenapa sekarang Raveena enggak di Tim nasional lagi? Malah pindah ke Tim kecil,"

"Aku juga enggak tau. Raveena gak bilang dan aku gak berani mau nanya nya,"

Ethan melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah waktunya latihan kembali, "Guys waktu makan udah habis. Ayok ke lapang lagi,"

Yang lain mengangguk dan segera membereskan bekas makan masing-masing. Bu Ayumi tidak suka melihat tempat latihan berantakan. Kalau dia melihat ruangan yang kotor dan berantakan pasti dia akan marah dan menyuruh semua anggota beres-beres ketimbang latihan.

"Lo tenang aja. Kawan-kawan disini baik semua. Gak akan ada yang memandang jijik ke lo," Sam sengaja berjalan di samping Aletta untuk menenangkannya.

"Makasih banyak Sam,"

●●●

Drrttt....drrttt.... ponsel Baghiz bergetar pelan. Pertanda ada pesan masuk.

My Letta (ON GOING)Where stories live. Discover now