BAB 23

2.4K 316 11
                                    

Rasanya mengharukan mengetahui Yonki cemburu untuk Diana. Meskipun rasa itu diikuti rasa penasaran yang lebih lagi untuk memaksa Yonki mengatakan dirinya mencintai Diana. Tapi, Diana memilih tak memaksakan dulu. Dia berusaha menerima alasan Yonki melaporkan Roland ke polisi. Yonki tidak akan melepaskan Roland bagaimanapun Diana memaksa, tapi Diana berhasil membuat Yonki berjanji akan melepaskan laki-laki itu apabila membahayakan karir Roland.

"Dia pendatang baru. Kumohon, sedikit berbaikhatilah, Yon," pinta Diana.

Selama beberapa detik Yonki diam kemudian dia mengangguk setuju.

"Baiklah, cukup itu. Sekarang kita cari oleh-oleh untuk Tante Mustika?"

Yonki setuju dan turun dengan Diana. Mereka naik ke lantai satu sebagai pusat oleh-oleh dan memilih berbagai makanan untuk dibawa Yonki ke Jakarta. Aneka sambal menjadi pilihan mereka.

"Kamu nggak perlu menunggu Mas Dewa, kan? Sebaiknya kamu buruan pulang," ujar Diana sambil mengecek sebotol sambal di hadapannya.

"Kamu nggak suka aku terlalu lama di sini?"

Diana tersenyum dan mengangguk.

"Jadi kamu terintimidasi dengan kehadiranku?" tanya Yonki.

Kali ini Diana menoleh dan menemukan tatapan penasaran Yonki.

"Ah, benar. Kenanga bahkan sangat mengkhawatirkanku. Dia bilang kamu seperti harimau yang seolah ingin menerkamku selama di sini," ujar Diana yang membuat Yonki mendengus.

"Itu karena kamu menghindariku. Kalau aku benar-benar harimau, mungkin aku akan benar-benar menerkammu kalau kamu terus menghindariku."

Diana tertawa dan itu membuat Yonki berbunga-bunga. Sangat jarang dan sudah terlalu lama dia tidak melihat Diana tertawa karena dirinya.

"Mengenai Jakarta, aku beneran mengusulkan kamu segera kembali. Benar kata Mas Risyad, Om James pasti komplain kan kalau kamu lama-lama disini? Aku benar-benar cuma mengkhawatirkan itu, Yon," ujar Diana setelah tawanya reda.

Yonki berpikir sebentar dan menerima sebotol sambal dari Diana lalu diletakkan di keranjang tangannya. Diana memang benar, begitupula Risyad. Hanya saja pergi sekarang tanpa ada kepastian dari Diana, terlalu merugikan.

"Ini sudah cukup, Din. Kamu sebaiknya memilih untukmu juga," ujar Yonki ketika menatap aneka sambal kemasan di keranjang yang dibawanya. Mereka jelas tidak terlalu memperhatikan jumlah yang mereka masukkan karena melakukannya sambil mengobrol.

"Aku nggak akan beli. Percuma. Nggak ada teman makan untuk menghabiskannya," sanggah Diana.

"Kalau begitu, akan kubantu habiskan. Eh, bagaimana kalau kencan ketiga kita diadakan di rumah kamu? Bagaimana kalau makan malam denganku di rumahmu?"

Diana meneleng mendengar usul itu. Melihat tanggapan itu Yonki menyipitkan mata.

"Kamu nggak berniat menghindari aku lagi kan, Din?"

Dugaan itu membuat Diana nyaris kelepasan tawa.

"Aku ... Entahlah. Bukankah itu tergantung kamu? Memang aku akan menghindarimu tanpa alasan jelas?"

"Kamu punya alasan, tapi seringkali kamu nggak mau mengatakannya," sanggah Yonki cepat.

Yonki tahu dia terlalu cepat menyambar, ekspresi Diana kembali kesal.

LOVERWhere stories live. Discover now