BAB 33

2.6K 301 8
                                    

Diana tidak berbohong ketika mengatakan kalau dia ingin mempelajari rumah barunya. Untungnya, rumah pengantinnya punya cukup ART dan sudah cukup lama bekerja mengurus rumah Yonki, sehingga mereka bisa menjelaskan dengan jelas kepada Diana. Peralatan makan, peralatan dapur, kebutuhan sehari-hari, bahkan semua aksesoris rumah. Berdasarkan semua penjelasan itu Diana tahu bahwa Yonki tidak terlalu ambil pusing untuk keperluan rumah, hanya saja dia menyukai semua hal jadi rapi dan bersih.

Setelah berkeliling selama beberapa jam, Diana duduk di ruang makan dan mencatat beberapa hal yang ingin diriasnya di rumah ini. Saat sedang sibuk, seorang ART memberitahu bahwa Mustika datang berkunjung.

"Din," sapa Mustika tepat ketika Diana berdiri, bersiap menjemput di depan.

"Hai, Ma. Kenapa nggak ngabariN Diana? Diana jadi nggak bisa siap-siap," ujar Diana sambil melihat dirinya yang kucel karena keringat. Dengan malu-malu dia mendekat dan mencium mama mertuanya itu.

Mama Mustika tersenyum dan menggeleng, "Sengaja. Kalaupun kamu nggak di rumah, mama akan tetap kesini untuk antar ini."

Di belakang Mustika seorang laki-laki mendekat dan memberikan bingkisan besar.

"Seorang teman lama mengirimkan wine ini. Mama pengen kamu dan Yonki menyicipi. Eh, tapi kalian jangan banyak-banyak minumnya, supaya bisa jadi bayi secepatnya."

Diana tertawa kaku, sayang sekali dirinya sedang haid sekarang. Tapi, bukanlah sebuah hal yang bijak membiarkan mamanya tahu. Setelah menyuruh ART mengurus hadiah itu, Diana mengajak Mustika ke ruang keluarga. Keduanya duduk bersebelahan sambil menyesap teh dingin.

"Kapan kamu berniat kembali ngantor?" tanya Mustika setelah mendengar penjelasan Diana bahwa Yonki sudah masuk kerja per hari ini.

"Mungkin awal minggu depan, Ma. Diana pengen mempelajari rumah dulu dan sedikit lebih banyak mengenal seluk beluk rumah tangga," jawabnya.

Mustika mengedarkan pandangan mata ke sekeliling ruangan dan mengangguk setuju.

"Baguslah, Nak. Rumah akan terasa hangat kalau ada sentuhan wanita di dalamnya. Mama yakin insting kamu sebagai pecinta fashion akan membantu rumah ini berubah dari rumah bujangan yang minimalis menjadi rumah pasangan rumah tangga yang lebih hangat."

Diana ikut menatap sekeliling ruangan, "Ya, Ma. Yonki mengijinkan Diana sedikit memperindah rumah. Meskipun harus meminimalkan penggunaan renda."

Mustika tertawa mendengarnya, "Mama baru tahu Yonki nggak menyukai renda."

Keduanya tertawa lagi.

"Kalau kamu kembali bekerja minggu depan, apa besok kamu bisa meluangkan waktu dengan mama untuk mengunjungi satu tempat?"

Diana menaikkan alisnya, "Kemana, Ma?"

"Ke tempat peristirahatan Anggraeni. Adikku sekaligus mama kandung Yonki."

Diana terdiam dan mengangguk kecil.

"Baguslah. Kalau begitu besok mama akan menjemput kamu ya?"

Diana menyanggupi ajakan itu dan tak lama kemudian Mustika meninggalkan rumah mereka. Diana senang sekaligus tersentuh dengan ajakan itu karena Yonki sendiri tak pernah mengajaknya. Bahkan seingat Diana, Yonki nyaris tak pernah menyinggung soal ibu kandungnya. Meskipun sudah bertahun-tahun saling mengenal, Diana hanya sedikit saja tahu mengetahui mengenai ibu kandung Yonki.

LOVERDonde viven las historias. Descúbrelo ahora