BAB 30

2.7K 289 11
                                    

Aneh rasanya mendapati diri mengenakan setelan terbaik, sepatu terbaik, dan dandanan terbaik untuk hari ini. Hari pernikahannya. Hari yang dikira Yonki tak akan pernah terjadi karena komitmennya sendiri untuk tak mengajak siapapun masuk ke dunianya yang sesak tekanan. Malahan, orang yang akan berjalan di altar pernikahan beberapa saat lagi dengannya adalah satu-satunya orang yang membuatnya jatuh cinta. Yonki sedikit mengernyit menatap dirinya di cermin dan berusaha mengusir tekanan itu dari pikirannya. Dia mengingatkan diri bahwa dia akan bisa mengendalikan suasana pernikahan dan lingkungannya, sesuatu yang sudah selama ini dia pelajari.

Selama dua bulan ini, semua hal berjalan sesuai keinginannya. James Hans seolah sengaja melonggarkan tali kekang di leher Yonki selama persiapan pernikahannya dan membiarkan Yonki bertingkah seenaknya sendiri bersama Diana. Sementara itu, Tante Mustika berperan sebagai ibu yang sangat baik dan pengertian. Dia memahami keinginan Yonki untuknya tidak terlalu mencampuri persiapan pernikahan yang dikhawatirkan membuat Diana pusing. Begitupula Diana. Calon istrinya itu menjadi sosok yang anehnya paling dirindukannya setiap hari. Meskipun selama dua bulan ini pertemuan mereka tidak pernah tidak mengenai pembahasan pernikahan, Yonki menikmati suasana itu. Seperti biasa, dia selalu merasa seperti pemalas yang menyesap pelan-pelan kebahagiaan yang dibawa Diana kepadanya.

"Jangan mengernyit di hari pernikahanmu," ujar seseorang yang membuat Yonki bangun dari lamunannya.

Dia mendapati Risyad sudah berdiri sedikit di belakangnya dari pantulan cermin. Laki-laki itu menggunakan setelan berwarna merah marun, warna yang juga digunakan para sahabatnya yang lain.

"Sedikit gugup," ujar Yonki.

Risyad menepuk pundak Yonki, "Mau kuambilkan minum? Setidaknya sebagai groomsman aku bisa melakukannya."

Yonki memaksa diri tertawa, "Mas Risyad nggak perlu melakukannya."

Keduanya kemudian saling berhadapan.

"Aku tadi sudah menemui Diana. Dia sangat cantik hari ini," ujar Risyad sambil menatap Yonki lekat.

Yonki ingin membayangkan kecantikan Diana, tapi dia tahu bahwa kata-kata Risyad tidak berhenti mengenai informasi penampilan Diana sore ini.

"Dia sangat cantik dan dia masih adikku. Meskipun beberapa menit lagi dia akan menjadi istrimu, Diana akan selalu menjadi adikku. Jadi, kalau suatu saat dia nggak bisa lagi menolerirmu dan memutuskan pergi, aku sudah menyuruhnya untuk datang padaku. Saat itu, akan kupastikan aku akan memintamu ganti rugi dan tanggung jawab untuk semua kekecewaan itu. Kamu tahu kan maksudku?"

Yonki sudah sering diancam, tapi belum pernah seperti yang satu ini. Apa yang dikatakan Risyad terdengar bukan sebagai ancaman biasa, ini terdengar seperti ancaman untuk mencabut nyawanya sekaligus tanpa penyiksaan bertele-tele. Dan ancaman itu membuat Yonki terpaku.

"Kuharap, aku nggak akan pernah melakukannya. Bagaimanapun, aku berharap pernikahan kalian akan berhasil," ujar Risyad diikuti tepukan di bahu Yonki.

"Aku," Yonki berdeham, "Aku akan memastikan akan bertanggung jawab pada Diana sampai akhir hidup kami. Bukan karena permintaan siapapun, tapi karena aku menginginkan Diana bahagia."

Risyad mengangguk kecil, "Bagus. Aku memegang kata-kata itu."

Setelah itu, Emir dan Dewa masuk ke ruangan dan mengatakan sudah tiba waktunya Yonki bersiap berjalan ke altar.

***

Ada kalimat yang begitu akrab di telinga Diana sepanjang hari ini, sesuatu yang begitu sering dikatakan oleh orang-orang di sekitarnya. Terutama, para sahabat calon suaminya, termasuk kakak kandungnya.

LOVERHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin