Permen coklat ichiban dan memori masa kecil (Bagian pertama).

211 29 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sebelum turun dari kendaraan, aku mengucapkan terima kasih banyak-banyak kepada Mbak Fani dan Aluna, jujur saja tanpa bantuan serta kehadiran mereka beberapa waktu terakhir entah bagaimana jadinya aku. Mbak Fani menyuruhku tidur nyenyak malam ini sedangkan Aluna memintaku jangan terus menerus menangis karena bisa membuatku bertambah kurus. Banyolannya cukup membuatku menyeringai.

Lalu aku dan Kehzan berpisah di lobi depan setelah mengucapkan terima kasih juga pastinya. Kehzan seperti seorang ayah yang tampak ingin memberikan banyak petuah, namun dia berusaha menahan diri dan cuma mengambil satu tarikan nafas panjang sambil berkata. "Kalau masih belum bisa tidur, minum susu coklat dan biskuit seperti yang ku ajarkan dulu".

"Tenang saja, aku bakal tidur sangat pulas malam ini sampai-sampai kalau ayam jago malas berkokok" aku bergurau. Mencoba menguraikan situasi tegang.

Kehzan seketika tertawa. Dia kemudian menemani ku sampai di depan lift dan menunggu hingga alat angkut tersebut menutup dan aku berada di dalamnya.

Sepanjang perjalanan menuju ke unit, aku berusaha meyakinkan diri kalau semuanya bakal membaik. Setidaknya separuh beban di hatiku juga telah terangkat. Langkahku langsung terhenti setibanya di depan kamar, pandanganku tertuju pada bungkusan plastik warna putih yang digantung di atas gagang pintu. Hatiku mencelos begitu melihat isinya. Sekotak brownies coklat panggang dari toko kesukaanku, disertai kartu bertuliskan.

'Aku tahu ini nggak akan cukup sebagai permintaan maaf, tapi setidaknya kamu harus makan karena setiap kali kamu sedang banyak pikiran jadi lupa mengisi perut. Coklat bagus buat menstimulasi serta menambah asupan gula dalam tubuh.
Dari : Yang selalu dan akan menyayangimu'. 

-G-

Isi perutku bagai ditekan dari dalam, desiran kesedihan ini kembali menghampiri. Sambil memeluk brownies pemberian Gaza aku melangkah masuk ke dalam apartemen dengan sebuah pertanyaan kembali bergaung di kepala.

Apa langkahku memang sudah tepat?.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[ COMPLETED] AFTER WORKWhere stories live. Discover now