Adopsi

7.7K 425 28
                                    

Seminggu berlalu Pete berada di rumah Vegas, bersama Macau yang akhirnya memiliki keinginan belajar di sekolah setelah dinasehati (diancam) oleh Pete.
Katanya jika Macau tidak belajar dengan benar, ia akan tumbuh seperti Vegas.
Walaupun Vegas tidak terima begitu pula dengan Macau, keduanya hanya mengangguk dan membiarkan Pete menjalankan tugasnya sebagai nyonya rumah.

"Kenapa kita butuh hal seperti itu?"

"Karena aku suka." Pete merias dirinya didepan cermin kamar mereka, begitu pemilih soal pakaian padahal tempat yang akan dituju tak jauh dari sekolah Macau.

"Tapi aku hanya butuh kau." Vegas mengeluh lagi lalu melangkah mendekati Pete dan memeluk pinggang ramping sang kekasih.

"Siapa yang bilang aku hanya butuh kau?" Tanya Pete lalu melepaskan pelukan Vegas
.
.
.
Ada begitu banyak jenis bayi disini, sedang menangis ada, sedang tertawa ada, yang sedang tidur ada juga dan oh, lihat itu.
Ada bayi yang menatap kedatangan Vegas Pete tanpa berkedip, sudah bisa duduk sendiri rupanya.

"Aku ingin bayi laki-laki." Pete dengan sumringah mengikuti kepala Panti berkeliling memperkenalkan bayi-bayi yang dirawatnya selama ini, sembari menceritakan latar belakang mereka, sangat beragam ceritanya.

"Vegas, kau mau merawat  bayi yang seperti apa?"

"Tidak merepotkanku dan dirimu tentunya."

Pete memutar bola matanya jengah lalu kembali menghadap sang kepala panti, wanita itu terlihat terkejut dengan ucapan Vegas dan Pete hanya menyuruhnya untuk santai karena Vegas memang seperti itu.

"Kalian akan merawatnya, kan?"

"Tentu saja, kita mengadopsi untuk merawatnya." Pete tertawa dengan pertanyaan konyol si kepala panti, untuk apa ia mengadopsi anak jika tidak di rawat.

"Aku? Aku sedang membeli sesuatu, kenapa?"

Pete dan si kepala panti menoleh pada Vegas, dia sedang ditelepon seseorang.

"Pete memaksaku untuk membelinya, jadi aku harus membelikannya walaupun aku tidak suka," sambung Vegas lalu melangkah keluar dari ruangan karena suara Kinn tak bisa ia dengar, suara suara bayi itu benar-benar mengganggu Vegas.

"Percaya padaku, dia suka anak-anak." Pete mendadak menyakinkan si kepala panti, ia pasti mulai ragu membiarkan Pete membawa satu bayi dari tempat panti asuhannya.

"Tidak terlihat seperti itu, hahaha." Si kepala panti tertawa canggung kemudian mengangguk tanda ia percaya pada Pete. "Aku tak seharusnya menilai dari sampul buku saja, kan?"

----

Anak ini memang tidak banyak menangis seperti keinginan Vegas, bahkan saat berada di rumah megah ini si anak sudah beradaptasi dengan baik.
Tapi, dia hyper aktif sekali.
Vegas pusing melihat bayi itu merangkak kesana-kemari lalu akan ditarik Pete jika anak itu mendekati guci-guci milik Vegas, terlalu bahaya.

"Aku sudah menyiapkan nama untuknya, mau tahu?"

Vegas hanya mengangguk seolah tertarik, Pete terlalu bersemangat tentang anak bayi itu rasanya kasihan sekali jika Vegas rusak suasana hatinya. Ya walaupun sebenernya ia tidak peduli siapa nama anak itu.

"Venice, lucu kan? Dia seperti aku."

"Benar, aku bisa memborgolnya kalau begitu."

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal porno seperti itu didepan bayi." Pete mendelik tajam.

"Porno apanya? Otakmu yang porno, bodoh."

Pete baru saja kembali ingin menegur Vegas untuk menjaga ucapannya, tapi Macau sudah kembali dan menyambut Venice seperti yang diharapkan Pete, hanya Macau  yang mengerti kebahagiaannya.

"Namanya Venice, paman."

"Ew, paman." Macau merenggut, tidak mau dipanggil paman di usianya yang bahkan belum legal.

"Lalu apa? Tante?" Tanya Vegas kesal, tak menyangka jika Macau segila Pete.
Orang gila yang menyukai bayi, hanya Vegas yang normal disini.

"Aku memang Bottom, tapi aku sedang memikirkan untuk menjadi top juga, Phi." Macau menjadi galau dalam sekejap, orientasi seksual masih memusingkannya.

"Damn, kau bottom?"

"Venice sepertinya buang air besar." Pete menghentikan obrolan kakak-beradik itu dan Macau langsung menjauh setelah menyadari bau aneh di sekitar Pete dan Venice.

"Sial, ayo tukarkan dia lagi." Vegas juga ikut menjauh dari Pete, tapi dia ditarik lagi karena Pete tak mungkin melakukannya sendiri.

"Kenapa kau menyusahkan dirimu sendiri!"

----

"Lalu apa? Menyikatnya?"

Pete menampar lengan Vegas yang hendak mengambil sikat WC.

"Dia tak akan tiba-tiba berjalan dan membersihkan tubuhnya sendiri Pete!"

Astaga Vegas, walaupun Pete posisinya pihak bawah ia tetaplah pria yang jarang sekali merawat bayi.
Jelas Pete kebingungan, apalagi melihat kotoran bayi itu sangat banyak hingga mengotori perut bulatnya.
Venice bahkan mulai tidak nyaman karena kedua orangtua bodohnya terlalu lama menangani masalah yang dibuatnya, ia mulai menangis kemudian semakin keras membuat keduanya panik.

"Venice sayang, sabar sebentar ya?"

"Shut the fuck up, please."

Pete akhirnya menemukan tissue basah miliknya di atas lemari hias, tissue basah yang biasanya ia gunakan untuk membersihkan wajah cantiknya itu kini difungsikan untuk bokong Venice.

"Oke, sekarang ambilkan aku pempers dan celana bayinya."

"Aku?" Vegas menunjuk dirinya sendiri.

"Kau ingin dia berjalan dan mengambil pakaiannya sendiri?"

Vegas akhirnya pergi keluar dari kamar mandi pribadi mereka, dan mengambil pakaian Venice di atas kasur.
Setelah diberikan pada Pete, dia kembali memberi Vegas perintah untuk membuat susu.

"Aku tidak tau takarannya, sayang."

"2 sendok, air panas diangka satu dan tambahkan air dingin hingga diangka tiga." Pete mulai lihai dalam sekejap, ia memakaikan Venice yang masih menangis sembari mengajari Vegas untuk menjadi orangtua yang berguna.

Dunia bahkan bisa Vegas kuasai, tapi hanya Pete yang bisa menguasainya. Siapa yang berani memerintah Vegas semacam ini walaupun ia dari keluarga minor, hanya Pete yang beruntung disekap secara paksa lalu menyekap Vegas yang bahkan tanpa borgol mengikutinya kemanapun.

----

Oh Vegas rupanya tidak bodoh, ia mengecek suhu susu anaknya yang berada di dalam dot ke punggung tangannya kemudian berlari menghampiri Pete lagi.
Venice sudah kembali tenang dipangkuan Pete, sibuk mengemut jempol gemuknya dibahu sempit Pete.
Sepertinya anak itu sebentar lagi akan terlelap untuk tidur siang. Baguslah, kalau bisa besok saja bangunnya, Vegas memiliki banyak urusan bersama Pete.

"Di sofa mana dia akan tidur?" Tanya Vegas.

"Kau gila? Kenapa Venice tidur di sofa?"  Tanya Pete balik.

"Oh, di kamar pengawal dibelakang rumah?"

Pete hanya menghela napas jengah lalu merebut paksa susu dot ditangan Vegas, Venice tentu saja tidur dikasurnya dan Vegas, gila kalo bayi sekecil ini tidur dikamar megah sendirian.
Ini rumah Vegas, bisa-bisa seseorang menembaknya.

"Astaga Pete, dia baru saja buang air besar!"

"Kau tak menyentuh kasurmu setelah melakukannya juga?"

"Pete, aku tak membiarkan apapun selain dirimu dikasurku." Vegas terlihat kesal melihat Venice dengan nyaman didekat dada Pete sembari menghisap dot susunya.

"Vegas, aku dan Venice sekarang satu paket. Jika kau ingin aku, kau juga harus ingin dia."

"Aku tidak mengerti kenapa kau membeli sesuatu  yang aneh seperti ini," gumam Vegas lalu pergi ke sisi kasur yang ada Pete, kemudian memeluknya sampai ia juga tidur siang bersama Venice.

TBC

Venice (Vegaspete) Where stories live. Discover now