Kampung halaman Win

1.1K 128 24
                                    

Ketika Vegas tak menerima Venice ada Macau yang selalu merentangkan tangannya untuk menyambut sang keponakan.
Begitu berarti Macau untuk Venice yang selau ada dari ia kecil hingga dewasa seperti ini.
Vegas memang selalu menjadi pemberi nasehat yang baik, tapi Macau adalah tempat ternyaman Venice untuk berkeluh kesah akan banyak hal.
Bisa dibilang Venice lebih banyak menangis pada Macau daripada Pete ataupun Vegas.

"Venice ikut?" Win sedikit bingung, kenapa terkadang menurutnya Venice terlihat seperti anak dari Macau dan Win diharuskan untuk mendapatkan restunya untuk jadi papa dia.

"Kau keberatan ya?"

Win segera menggeleng atas pertanyaan Macau, tentu saja tidak. Dia hanya sedikit terkejut karena Venice mau ikut Macau untuk pergi keluar kota dengan mereka, dalam rangka memperkenalkan keluarga Win pada Macau.
Win tentu saja senang, jadi Macau tak terlalu merasa tertekan karena ada Venice disana yang akan menemaninya.

"Phi Vegas dan Phi Pete sudah memberinya izin?" Tanya Win, dia juga mengajak mereka sebenarnya tapi Vegas terlalu sibuk dengan pekerjaan.

Macau menganggukkan kepalanya, Pete dan Vegas sudah memberi izin Venice untuk ikut, hanya 4 hari jadi tidak masalah untuknya mengambil cuti kuliah.
Macau sebenarnya juga heran kenapa Venice mau ikut, biasanya ia menolak pergi untuk liburan jauh tapi tak diperbolehkan menggunakan motor. Macau bahkan sudah memberitahunya jika rumah Win berada cukup jauh dari perkotaan, perjalanan panjang pun akan membuatnya lelah tapi Venice tetap ingin pergi jadi Macau ya hanya bisa mengajaknya dan meminta pengertian Win jikalau Venice nanti banyak mengeluh.

"Aku sudah terbiasa dengan karakternya," ucap Win, dua hari terakhir yang dihabiskan Win untuk menghadapi manjanya Venice dulu membuat dia rindu juga, Venice itu lucu sebenarnya, tak ada seram-seramnya pantas Ayyan suka sekali menguji kesabaran calon keponakannya itu.
.
.
.
Pete membantu Venice membereskan tasnya, sedangkan si pemilik terlihat sedang sarapan di atas kasur sembari memperhatikan papanya.
Venice tak begitu pandai untuk melakukan hal semacam ini, jadi dia meminta Pete yang melakukannya, apapun yang dikerjakan Pete selalu terasa sempurna untuk Venice.

"Kau butuh ini," Pete memasukkan beberapa jenis obat nyamuk ke dalam tas, entah itu produk yang digunakan untuk kulit atau pun yang dibakar.

"Tidak mungkin rumah Phi Win memiliki banyak nyamuk," ucap Venice.

Pete hanya tersenyum mengetahui Venice tak mengetahui apapun, setelah selesai membereskan tas Venice Pete pun pergi untuk mengecek Macau, dia sama bodohnya seperti Venice dalam membereskan barang bawaan untuk traveling.
Tapi setidaknya Macau terlihat mencoba, tidak seperti Venice yang langsung memanggilnya untuk minta bantuan.

"Baju,pakaian dalam, makanan ringan, obat nyamuk dan... Kondom?"

Macau hanya tertawa kecil lalu membawa kondom yang ia simpan di atas kasur ke saku celananya, ia menjelaskan jika itu pemberian Vegas rasanya tidak enak jika menolak.
Pete hanya menghela napas lalu menyuruh Macau untuk tidak melakukannya secara sembarangan, apalagi mereka akan pergi memasuki kawasan hutan.

"Berikan tasmu, semua ini harus muat dalam satu tas biar tidak terlalu ribet membawa banyak tas."

"Phi, apa aku butuh senter juga?" Tanya Macau, kata Win disana sangat gelap mungkin cahaya mobil atau ponsel tidak akan cukup untuk perjalanan.

"Senter untuk apa? Mencari lubang kenikmatan Win?"

"Phi, kau kotor sekali!"

Sosok yang dibicarakan pun terlihat memasuki rumah Vegas setelah Venice mempersilahkannya untuk masuk, Win langsung pergi ke kamar Macau untuk melihat kekasihnya yang sedang packing bersama Pete.
Untung saja Macau sudah memasukan kondomnya tadi ke dalam saku, ia tidak tahu jika Win akan datang sepagi ini padahal rencananya mereka akan bertemu agak siangan.

Venice (Vegaspete) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ