04. Ayah Marah

929 107 2
                                    

Saat ini mereka (re; Nandra, Novan dan Rendi) tengah duduk di tangga ujung koridor sekolah, tangga yang jarang dilalui dan digunakan murid karena rumornya angker. Mereka bertiga sedang bersembunyi, tenang saja, mereka tidak membolos kok, lagipula sekarang sudah jam istirahat.

Alasan mereka bersembunyi di sini adalah Novan. Si playboy ini ketahuan selingkuh oleh kekasih pertamanya, tunggu... atau kedua? eum... tapi bisa juga yang ketiga, ah entahlah! Nandra pun tak tahu.

Walaupun alasan utama mereka bukanlah itu, sebenarnya Novan sudah sering ketahuan mendua, dan seperti lelaki brengsek lainnya, pastinya Novan meninggalkan keduanya begitu saja. Namun situasi yang sekarang berbeda, karena geng dari pacarnya sedang mengincar Novan untuk dipukuli, mereka tak terima sang sahabat dibuat menangis. Bahkan tadi saja Novan sudah mendapat 2 tamparan.

"Ck, gue mau ke kantin!" gerutu Rendi. Ia sungguh lapar, tapi si sialan Novan ini malah menarik mereka untuk bersembunyi dengan alasan setia kawan.

"Lagian lo cemen banget, Van. Tinggal nunjukin muka apa susahnya? Dipukulin dikit sama mereka juga gak bakal sakit-sakit amat," oceh Nandra, ia juga lapar sama seperti Rendi.

"Gak sakit pala lo! Liat nih pipi gue merah semua, nyeri coy!" sungut Novan.

Memang benar sih, pipi kanan dan kiri Novan terdapat cap jari berwarna merah. Nandra jadi bergidik ngeri, kekuatan wanita memang menyeramkan!

"Terus mau sampai kapan kita di sini, sialan? gue-"

Bruk

Ucapan Rendi terpotong oleh suara berdebum keras yang diiringi suara tawa menggema anak laki-laki. Ketiga sekawan itu sontak langsung tatap-tatapan, apakah rumor itu benar? Sial, jika mereka sungguh diganggu oleh hantu penunggu tangga, Nandra dan Rendi pasti akan menghajar Novan nanti.

"Makanya kalau gue bilang nurut itu nurut! Jangan betingkah!"

Suara berat seorang lelaki terdengar, ketiganya langsung merapatkan tubuh pada pegangan tangga yang memang dibentuk tembok pendek, mereka bertiga mengintip. Tak jauh dari tangga terlihat 6 orang yang sedang mengelilingi satu orang, tentu mereka kenal itu siapa, 6 orang yang tak lain adalah kakak kelas sekaligus pembully di sekolah. Namun sayangnya, baik Rendi, Novan ataupun Nandra tak dapat melihat siapa satu orang di tengah, selain karena tempat mengintip yang tak strategis, tubuh bongsor 6 orang itu menutupi.

"Seharusnya lo gak bikin gue marah, kalau gak mau babak belur!" bentak salah satu dari mereka berenam, yang diketahui sebagai 'bos'nya.

Seolah tak cukup dengan gertakan, si bos yang diketahui bernama Juan itu melayangkan tinjunya, yang tentunya tak cukup sekali tapi berkali-kali, setelah itu dengan teganya ia melempar sang korban hingga membentur tembok.

Nandra, Novan maupun Rendi tak bisa untuk tak terkejut melihat siapa si korban, itu Harsa!

"Nan, Abang lo!" ucap Rendi, sedikit memekik sebagai reaksi terkejutnya.

"Bantuin lah, ayo!" Novan hendak berdiri, tapi Rendi lebih dulu menahannya.

"Tahan dulu, mereka ramean, Van."

Novan tampak berpikir, memang dari jumlah mereka kalah, apalagi 3 dari 6 orang itu adalah seniornya di taekwondo, bisa habis mereka. Nandra mungkin masih bisa diandalkan, tapi Rendi? Ah sudahlah. Novan meringis melihat Harsa yang diinjak dan ditendang oleh mereka, hei, Harsa bisa sekarat kalau hanya ditonton seperti ini!

"Nan-"

Ucapan Novan terpotong oleh Nandra yang tiba-tiba saja berdiri. Ia mengeluarkan ponselnya dan berjalan santai ke arah 6 orang itu. Novan dan Rendi hanya bisa bertatapan, bertanya satu sama lain apa yang akan Nandra lakukan.

Abang, Maaf [Jaemin ft Haechan]Where stories live. Discover now