07. Adiknya kembali?

1.1K 169 24
                                    

Sarapan dengan suasana hening kembali terjadi, tapi tenang saja, tidak ada permusuhan kok. Memang begini kebiasaan keluarga Nandra, makan dengan tenang (kadang).

"Nandra, hari ini abang berangkat sekolah bareng kamu, ya," ucap Ayah setelah menghabiskan sarapannya.

Nandra yang masih khidmat menguyah nasi goreng langsung mengalihkan atensi kepada Ayah. "No! Abang kan punya sopir," tolak Nandra.

"Sopir Abang gak masuk hari ini," jelas Ayah.

"Abang naik bus aja kalau gitu." Masih kekeuh pada pendiriannya, Nandra tak mau berangkat sekolah bersama Abang, pokoknya tidak mau!

"Boleh, tapi kamu juga harus naik bus karena motor kamu Ayah sita," balas Ayah. Menjinakkan si bungsu memang harus dengan ancaman.

Nandra melotot tak suka. "Aku gak suka Ayah!" kesalnya. Nandra mendengus sebal, bibirnya mencebik, mendumal tanpa suara.

Harsa yang melihat sang adik tampak tak nyaman, mencoba bernegoisasi dengan Ayah. Ia tak ingin si bungsu semakin tak menyukainya karena sudah merepotkan. Si sulung mengetuk meja untuk mengambil atensi ketiganya, lantas ia mulai berbicara pada Ayah.

"Ayah, Harsa ingin pergi naik bus saja, boleh?" tawarnya.

Ayah yang memperhatikan gerak tangan si sulung pun mendengus. "Boleh, tapi kapan-kapan, tidak sekarang," ucap Ayah, ia lalu bangkit sebelum anak pertamanya itu kembali berbicara.

Mengecup singkat kening Bunda, tak lupa juga kembali mengingatkan Nandra untuk berangkat bersama Abang, yang mana hal itu dibalas dengusan kesal oleh si bungsu.

Saat suara mobil Ayah  menghilang, Nandra bangkit setelah menyelesaikan sarapannya lebih dulu. "Abang cepat, kalau gak aku tinggal!" ucapnya.

Harsa buru-buru menyusul Nandra yang sudah berjalan lebih dulu, keduanya bahkan lupa mencium tangan Bunda, membuat Bunda mengomel dengan tangan kanan yang menggantung di udara.

°°°°°

Harsa berdiri kaku di samping Nandra yang sibuk memakai helm. Ini kali pertamanya mereka berangkat bersama setelah bertahun-tahun. Senang? Tentu saja, ini adalah salah satu keinginan kecil Harsa sejak merenggangnya hubungan mereka. Namun tak bisa dipungkiri, Harsa merasa takut, takut kalau sang adik tak nyaman, takut jika Nandra semakin membencinya karena ini.

"Abang kenapa bengong? Sengaja mau bikin telat?" ketusnya.

Harsa tersadar, buru-buru ia naik ke motor Nandra sebelum adiknya itu bertambah kesal. Dengan canggung Harsa berpegangan pada ujung jaket si bungsu.

Setelah memastikan Abang sudah naik, Nandra menancap gas meninggalkan rumah. Hatinya mendumal tanpa henti, bagaimana jika ada yang melihat Nandra membonceng Harsa? Mereka pasti berpikir jika dirinya dekat dengan Harsa, dan akan lebih buruk lagi jika tebakkan mereka benar, Harsa dan Nandra adalah adik-kakak.

Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Nandra tak ingin masa-masa kelam hidupnya terulang, ia tak ingin kembali diejek karena memiliki saudara yang bisu, ia tak ingin dibully lagi. Tidak, Nandra belum siap untuk mengulang masa itu.

Sampai pada putusan akhir, si bungsu menghentikan kendaraannya di jalan yang agak jauh dari sekolah.

"Turun."

Abang hanya diam, bingung.

"Turun, Abang," ucap Nandra gemas.

Setelah memastikan kalau adiknya berbicara padanya, Harsa baru mengikuti instruksi Nandra untuk turun dari motor. Ia sebenarnya tak tahu kenapa harus turun, mungkin saja ada yang salah dengan motor Nandra. Berpikir postif itu harus, kan?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Abang, Maaf [Jaemin ft Haechan]Where stories live. Discover now