Bab 3

82 10 2
                                    

Changkyun turun dari mobil ibunya dan bergegas menuju gerbang sekolah yang cukup jauh dari jalan utama dengan jalan yang sedikit menanjak. Dari kejauhan bisa Changkyun lihat aktivitas yang terjadi di gerbang sekolah. Ada seorang guru yang menyambut kedatangan mereka setiap pagi. Dan pagi itu Changkyun merasa sedikit gelisah karena ia tidak bisa menutupi luka di wajahnya. Sudah pasti ia akan tertangkap basah.

Demi menjaga nama baik keluarganya, Changkyun mencari jalan lain. Berbelok ke kiri, Changkyun memutuskan untuk memanjat tembok setinggi dua meter agar bisa langsung memasuki area sekolah tanpa harus melewati gerbang. Bukanlah hal yang sulit bagi murid seperti Changkyun. Hanya dengan satu pijakan, ia melompat dengan tubuh yang tampak sangat ringan seakan-akan ia tengah terbang. Kedua tangannya langsung menjangkau bagian atas tembok. Dan dengan sedikit usaha dia berhasil menapakkan kakinya di atas tembok. Baru dia ingin turun ke dalam area sekolah, beberapa temannya datang dari dalam area sekolah.

"Ya! Ya! Cepat lompat! Cepat!" panik salah seorang.

Setidaknya ada lima orang yang kemudian melompat keluar, menyisakan kebingungan di wajah Changkyun yang masih berjongkok di atas tembok.

"Changkyun, kau sedang apa?" tegur salah satu teman Changkyun.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tegur Changkyun. Dia memanjat tembok untuk masuk, tapi teman-temannya memanjat tembok untuk keluar.

"Kau tidak tahu?" Teman Changkyun tampak terkejut. "Ya! Cepat turun dari sana, cepat!"

Changkyun yang tak mengerti situasi lantas melompat keluar dan berhadapan dengan teman-temannya yang terlihat panik.

"Ada apa dengan wajah kalian?" tegur Changkyun dengan santai.

"Celaka, habislah kita semua." Pemuda itu langsung menarik kedua lengan Changkyun. "Kau ... ini karena ulahmu tadi malam."

Sebelah alis Changkyun terangkat. "Aku? Kenapa?"

Pemuda di hadapan Changkyun berbicara dengan frustasi, "gara-gara kau memukul opsir itu, polisi datang ke sekolah kita! Aku harus bagaimana? Jika ayahku sampai tahu, habislah aku."

Changkyun menepis pelan tangan rekannya, perlahan ia mulai mengerti situasi yang tengah mereka hadapi. Opsir yang ia pukuli tadi malam mencari mereka di sekolah. Tapi ada hal yang masih menjadi tanda tanya bagi pemuda itu.

"Dari mana mereka tahu jika kita bersekolah di sini? Adakah yang membocorkan identitas kita?"

"Ya! Sadarlah, Kim Changkyun ... hanya dengan melihat seragam yang kita pakai, mereka bisa langsung mengenali dari mana kita berasal."

"Lalu sekarang bagaimana?"

"Kita tidak bisa diam di sini?"

"Benar, mereka bisa langsung mengenali kita hanya dengan melihat luka di wajah kita."

"Aish! Seharusnya kalian menjalani prosedur operasi plastik terlebih dulu sebelum datang ke sekolah!" kesal pemuda yang selalu mengeluhkan tentang ayahnya. Di antara yang lainnya, dia adalah orang yang terlihat paling khawatir.

"Tapi bukankah ibu Changkyun adalah pengacara?" celetuk salah seorang. "Dia akan membela kita jika terjadi sesuatu pada kita."

Tiba-tiba semua orang menaruh harapan yang besar pada Changkyun yang justru berwajah datar. Alasan ia melarikan diri setelah membuat kekacauan adalah Agara keluarganya tidak mendapatkan dampak yang buruk atas perilakunya. Tapi sekarang teman-temannya justru ingin memanfaatkan profesi ibunya untuk menyelamatkan diri.

"Changkyun—"

"Lupakan," celetuk Changkyun, menolak mendengar rayuan maut dari teman-teman seperjuangannya. "Jangan pernah melibatkan ibuku atau aku akan membuat perhitungan dengan kalian."

HEARTBEAT : Pemberian Tuhan Yang Berharga (New Vers)Where stories live. Discover now