Bab 6

197 18 0
                                    

Hari berganti. Setelah insiden terakhir, Changkyun dan rekan-rekannya sejenak menghindari keributan sehingga Changkyun bisa fokus pada kondisi Taehyung. Jadwal operasi telah ditetapkan. Dan pagi itu Changkyun menuruni anak tangga dengan mengenakan seragam sekolah lengkap.

"Changkyun," tegur Kim Namgil yang pada saat itu menghentikan langkahnya di bawah anak tangga.

Changkyun pun menghentikan langkahnya dan memandang sang ayah dengan tatapan bertanya.

Kim Namgil lantas bertanya, "kau tahu hari apa ini?"

"Hari jum'at," sahut Changkyun.

"Tanggal berapa sekarang?"

"Tujuh belas." Changkyun mulai terlihat bingung dengan pertanyaan sang ayah. "Kenapa? Kenapa Ayah menanyakan hari dan tanggal?"

"Kau sudah melihat kalender?"

Changkyun menggeleng dan melanjutkan langkahnya. "Memangnya kenapa?"

"Kau melakukannya lagi," gumam Kim Namgil ketika sang putra telah berdiri di depannya.

"Apa yang sedang Ayah bicarakan?"

"Ini bukan hari jum'at. Hari ini adalah hari sabtu tanggal delapan belas. Kau ingin pergi ke sekolah di hari libur?"

Changkyun tertegun. "Sungguh?"

Pemuda itu bergegas mengeluarkan ponselnya dan tercengang setelah melihat tanggal yang tertera di layar ponselnya. Namun setelahnya ia justru menyalahkan sang ayah.

"Kenapa Ayah tidak mengatakan sejak awal?"

"Kau begitu lama di dalam kamarmu, bagaimana ayah tahu jika kau lupa hari apa ini? Kau adalah orang yang genius, bagaimana bisa sampai melupakan hari?"

"Jika aku tahu alasannya, aku tidak akan memakai seragam di hari libur," gerutu Changkyun bernada kesal. Dia yang sebenarnya tidak ingin pergi ke sekolah justru hendak pergi ke sekolah di hari libur.

Kim Namgil yang melihat reaksi putranya lantas tertawa ringan. "Ya sudah, ganti bajumu dan kita menyusul kakak serta ibumu."

Dengan langkah yang sedikit malas, Changkyun kembali ke kamarnya dan mengganti pakaiannya. Setelah selesai, ia bergegas keluar menghampiri ayahnya yang sudah menunggu di dalam mobil.

"Tidak ada yang tertinggal?" tegur Kim Namgil begitu putra bungsunya duduk di sampingnya.

"Tidak ada."

"Kalau begitu kita berangkat sekarang."

Kim Namgil mulai mengemudikan mobilnya meninggalkan komplek perumahan mereka. Dan pembicaraan antara keduanya dimulai oleh Changkyun ketika pemuda itu sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Ayah."

"Ada apa?"

"Kapan operasi kakak dilakukan?"

"Kau melupakannya?"

Changkyun menggeleng. "Hanya ingin memastikan."

"Dua hari lagi."

"Itu berarti hari senin tanggal dua puluh."

Kim Namgil sempat melirik apa yang tengah dilakukan oleh putranya. Dia sempat melihat Changkyun menandai kalender di ponsel pemuda itu.

"Apa yang sedang kau lakukan, Changkyun?"

"Membuat pengingat jika sewaktu-waktu aku melupakannya."

"Kau harus segera memperbaiki sifat pelupamu itu. Jangan sampai itu berpengaruh pada pelajaranmu di sekolah."

HEARTBEAT : Pemberian Tuhan Yang Berharga (New Vers)Where stories live. Discover now