"Masih belum bisa?" tanya Lee Yowon pada sang suami yang masih berusaha untuk menghubungi putra bungsu mereka.

Sebelumnya Kim Namgil menghubungi Changkyun menggunakan ponsel Taehyung karena berpikir bahwa si bungsu tidak akan mengabaikan panggilan dari sang kakak. Namun setelah beberapa kali mencoba menggunakan ponselnya juga, Changkyun tak kunjung menerima panggilan itu.

Kim Namgil menurunkan ponsel dari samping telinga sembari menyahuti sang istri. "Dia tidak menjawabnya. Sebenarnya pergi ke mana anak ini?"

Kim Namgil menjatuhkan perhatiannya pada Taehyung yang tetap berbaring di ranjang seperti sebelumnya. "Adikmu benar-benar tidak mengatakan jika dia ingin pergi ke suatu tempat."

"Dia hanya mengatakan akan menyusul Ayah dan Ibu."

Mendengar hal itu, semakin besar perasaan khawatir Kim Namgil dan Lee Yowon. Akan tetapi keduanya tak ingin berpikiran buruk tentang putranya.

"Mungkinkah dia pulang lebih dulu?" Lee Yowon mengutarakan satu dari sekian kemungkinan.

Taehyung menyahut, "anak itu sangat ceroboh, mungkin dia meninggalkan ponselnya di suatu tempat."

"Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dan memastikan keadaan Changkyun. Jika dia kembali, segera hubungi aku."

Lee Yowon mengangguk. Dan setelah membuat kontak mata dengan Taehyung, Kim Namgil meninggalkan ruangan itu. Bergegas meninggalkan rumah sakit, kala mobil ayah dua anak itu meninggalkan area parkir, sebuah ambulan terdengar mendekat. Mobil Kim Namgil dan ambulan tersebut bersisipan di pintu masuk rumah sakit.

Beberapa petugas medis berbondong-bondong keluar untuk menyambut kedatangan ambulan. Dan begitu ambulan berhenti, mereka bergegas mendekat.

"Buka pintunya!" ujar seorang dokter.

Petugas ambulan bergegas turun dan membuka pintu bagian belakang sembari berkata, "seorang siswa SMA terluka di bagian kepala, dia mengalami pendarahan yang cukup serius."

Brankar diturunkan, dan pemuda yang terbaring di sana adalah Kim Changkyun. Tak ada siapapun yang menemani pemuda itu, hanya para petugas medis yang menemaninya sejak meninggalkan sungai Han. Para petugas medis bergegas membawa Changkyun memasuki bangunan rumah sakit dan segera memberikan pertolongan kepada pemuda itu.

☆☆☆☆

Malam itu Kim Namgil sampai di rumahnya. Namun mendapati lampu di dalam rumahnya yang masih padam, pria itu meragukan jika putra bungsunya ada di rumah. Kim Namgil bergegas masuk ke rumah dan menyalakan lampu di ruang tamu.

"Changkyun ... kau ada di rumah?"

Kim Namgil memandang rak sepatu dan tak menemukan sepatu milik Changkyun. Sebenarnya hal itu sudah cukup dijadikan sebagai bukti bahwa pemuda itu memang belum pulang, tapu Kim Namgil memilih untuk memeriksa seluruh penjuru rumah sebelum meyakini bukti kecil itu.

"Kim Changkyun." Kim Namgil membuka pintu kamar Changkyun dan mendapati ruangan kosong yang masih rapi.

"Dia tidak pulang? Lalu ke mana perginya anak ini?" gumam Kim Namgil.

Sejenak bergeming dan mempertimbangkan apa yang akan ia lakukan setelah ini, Kim Namgil kemudian kembali ke bawah. Dalam perjalanan ia mengeluarkan ponselnya, berniat menghubungi istrinya. Akan tetapi saat itu sebuah panggilan dari wali kelas Changkyun berhasil membuatnya terheran karena sang guru menghubunginya di luar jam sekolah.

"Park Ssaem?" tegur Kim Namgil begitu telepon tersambung.

"Oh? Pak Kim, maaf aku menghubungi Pak Kim pada malam hari seperti ini." Suara Park Ssaem terdengar sedikit panik.

HEARTBEAT : Pemberian Tuhan Yang Berharga (New Vers)Where stories live. Discover now