7.

330 48 4
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡










Sudah dua hari terlewati tapi sesaknya masih terasa utuh untuk Mashiho, apalagi hari ini dia akan mulai mencoba hidup di rumah yang sudah Jeongwoo siapkan.

Mashiho bingung dengan keputusan dua keluarga mereka, kenapa masih harus memaksakan semuanya berjalan normal disaat pemeran utamanya sudah tidak lagi berperan?

Lelaki mungil itu sudah beberapa kali protes untuk tidak melanjutkan semuanya, tapi ayah dan mama nya membujuk dia untuk mencoba terlebih dahulu, setidaknya sampai Mashiho tahu dimana titik dia harus nyerah.

"Turunlah !!"

Mashiho menatap pintu mobil yang sudah dibuka, ternyata perjalanan sudah selesai.

Rumah ini dibeli dengan tujuan agar Mashiho dan Jeongwoo bisa tinggal ditengah-tengah arah rumah kedua orangtua mereka, soalnya mereka memang sengaja nyari tempat yang tepat dijalur tengah.

Mashiho turun, rasanya terlalu berat untuk melihat rumah yang sudah berdiri kokoh dan sangat bagus.

Dulu dia dan Jeongwoo membeli tanah kosong disini, mereka juga yang menyusun dan merancang konsep untuk rumah ini.

Walaupun belum pernah mereka tempati tapi rumah ini memiliki banyak kenangan bagi Jeongwoo dan Mashiho, tentang makan siang romantisnya mereka, tentang hujan pertama setelah genteng rumah itu terpasang atau tentang rengekan Jeongwoo yang terpeleset saat pertama kali mencoba kamar mandi dirumah yang baru setengah jadi saat dulu.

"Apa masih susah untuk masuk?"

"Ah, maaf." Cicit Mashiho.

"Tidak masalah, kau bisa menghabiskan waktu semau mu."

Mashiho berkedip, tapi dengan itu menetes juga air matanya. Padahal nada bicara yang dia dengar semuanya santai, namun entah kenapa perasaannya sangat sakit.

Lagi-lagi langkah mereka tidak beriringan, Mashiho masih tertinggal dibelakang dan hanya bisa diam mengekori.

Pintu rumah dibuka, seketika aroma baru dan dingin ikut menyeruak.

Rumah ini sudah seratus persen siap pakai, makanya Mashiho hanya tinggal memindahkan pakaiannya saja.

Semua isi rumah ini juga pilihan dia dan Jeongwoo, pokoknya tidak ada barang tanpa campur tangan mereka tapi sayang, karena sekarang yang memakainya tidaklah sesuai imajinasi mereka.

"Pakaian kamu sudah tertata di kamar utama, kalo ada apa-apa panggil saja !! Saya dikamar sebelah."

Setelah berbicara, Dino pergi ninggalin Mashiho yang menatap nanar pintu kamar utamanya.

Mashiho membuka pintu kamar itu, lagi-lagi air matanya tak terbendung.

Pasalnya kamar ini adalah benar-benar tempat yang mereka full rancang berdua, tak jarang juga mereka akan cekcok hanya perihal pemilihan cat tembok, bentuk lemari ataupun hal-hal kecil lainnya.

Mashiho duduk diatas kasur yang dia beli hasil dari menang suit dengan Jeongwoo, sekecil itu kenangannya tapi sangat sulit untuk dilupakan.

Lelaki itu juga sangat ingat cerita dibalik sprei yang sekarang membalut kasurnya, sudut bibir Mashiho sedikit terangkat.

Naik Ranjang Where stories live. Discover now