CHAPTER 4

3.4K 475 23
                                    

Doyoung duduk termenung di kamar Raja ini. Yang ia pikir mimpi terasa begitu nyata dan lama. Doyoung perlahan bangkit, menyentuh apapun yang menurutnya menarik, termasuk dinding kayu yang dipahat di beberapa bagian.

Bagi dirinya semua ini adalah harta Karun, jika biasanya hanya melihat dengan pembatas, kali ini ia bisa menyentuh semua disini. Sekali lagi Doyoung yakin ini nyata.

"Auwhh." Doyoung merasakan panas dan perih akibat tamparannya sendiri di pipi. Entah sudah ke berapa kalinya pipi Doyoung menjadi pelampiasan tidak percaya dari logika lelaki itu. Terasa mimpi tapi buktinya pipinya begitu merah saat dilihat di kaca.

Doyoung mengamati penampilannya dari atas sampai bawah. Dirinya terlihat manis dibalut dengan pakaian tradisional berwarna ungu. Apa benar dirinya di kehidupan sebelumnya adalah seorang permaisuri? Lalu kenapa dirinya terlempar ke masa lalu lagi?

"Sedang apa?" Suara berat menguar membuat Doyoung lekas berbalik. Ia terdiam mendapati sang Raja tengah berdiri menatapnya dengan pandangan lelah. Kantung mata tebal serta tatapan mengantuk, sang Raja nampak sangat lelah dilihat dari sini.

"K-kau Raja?" Pertanyaan itu meluncur dengan cepat tanpa Doyoung sadari. Sedangkan hening menyelimuti sepersekian detik. Keduanya sama-sama diam saling memandang. Sampai kemudian helaan napas berat terdengar dari orang di depan Doyoung.

"Kau benar-benar hilang ingatan ya?" Tanyanya.

Doyoung mengangguk walaupun ragu. Lebih baik begitu, berpura-pura lupa ingatan sebab ia tak mendapat apapun ingatan dari pemilik tubuh ini sebelumnya.

"Benar, Aku Raja. Tapi sekarang Aku adalah suami mu. Temani Aku tidur, Aku lelah." Watanabe Haruto tersenyum tipis. Merentangkan tangan berniat memeluk sosok yang sangat ia rindukan.

Sedangkan Kim Doyoung tetap pada tempatnya. "Kita tidur berdua?" Tanya Doyoung. Hey, mungkin pemilik sebelumnya tidak akan keberatan dengan hal itu. Tapi dirinya kan Doyoung dari masa depan, berpacaran saja cuma sekali dan kandas di tengah jalan, sekarang tau-tau sudah punya suami. Terlebih suaminya adalah seorang raja.

Haruto menghela napas kasar. Ia tiba-tiba berbalik lalu merebahkan dirinya yang lelah di atas ranjang. "Yang hilang ternyata hanya ingatan mu."

Pertanyaan itu jelas membuat Doyoung bingung. "Maksudnya?" Tanya nya.

Bukan jawaban yang ia dapat, melainkan sebuah dengkuran pelan dan napas teratur menandakan Haruto telah tertidur. Doyoung berkesimpulan jika lelaki itu benar-benar lelah.

Tapi apa yang dimaksud Haruto barusan?

















Kali ini Doyoung mengintip dari celah jendela kamarnya. Suasana yang teduh dengan matahari yang perlahan turun membuat Doyoung yakin jika ini sudah sore. Ia sempat mengganti pakaiannya tanpa mandi, memakai acak walaupun agak kesusahan. Model pakaian jaman dulu ternyata lumayan merepotkan.

"Aku ingin keluar." Gumam nya.

Sedikitnya butuh beberapa menit sampai Doyoung yakin akan keputusannya untuk keluar dari kamar ini. Setidaknya beberapa langkah cukup untuk sekedar melihat-lihat sekeliling. Sejujurnya ia mulai bosan berada di kamar ini seharian. Makanan diantar rutin, dan Haruto yang sejak tadi pagi pergi entah kemana.

Doyoung masih sedikit penasaran dengan Raja yang satu itu. Termasuk kalimatnya kemarin malam.

Sedikit informasi, Doyoung akhirnya memilih tertidur seranjang bersama Haruto. Tidak ada pilihan lain, ia juga tidak mau tidur di lantai walaupun lantainya terasa nyaman saat dipijak. Saat bangun ia sudah dihadapkan dengan pelayan yang mengantarkan sarapan pagi bersama Mashiho.

Doyoung melirik kesana-kemari dengan kepala menyembul dari balik pintu. Merasa sudah aman, ia memberanikan diri keluar ruangan sekedar menghirup udara segar.

"Ahhh, tenang sekali. Tidak berisik seperti kota." Doyoung kagum dengan bangunan-bangunan yang nampak megah masih kokoh.

"PERMAISURI!" Doyoung lantas menoleh mendapati Mashiho dan satu orang yang dikenalnya. Lelaki itu lebih tinggi dari Mashiho, mengenakan pakaian yang dominan berwarna hitam dan merah.

"Hai Kak Mashi!" Doyoung tersenyum sembari melambaikan tangannya tinggi-tinggi.

"Panglima balik badan cepat!" Mashiho berkata khawatir. Seseorang di samping Mashiho langsung berbalik badan sesuai perintah pria mungil itu.

"Kak Mashi, ada apa—hey!" Mashiho tiba-tiba saja menarik Doyoung kembali masuk ke dalam ruang kamar itu.

"Kenapa menarik ku masuk?" Doyoung tanpa sengaja meninggikan nada bicaranya membuat Mashiho bersimpuh. "Maaf telah lancang permaisuri, tapi Anda tidak bisa keluar dengan pakaian anda yang terbuka di beberapa bagian. Bahaya jika Raja tau, Raja tidak suka bila ada yang melihat tubuh anda Permaisuri. apakah anda juga lupa caranya memakai baju yang benar? Kenapa tidak memberitahu ku? Pasti ku bantu " Mashiho berkata panjang lebar tanpa melirik ke arah permaisuri.

Doyoung terdiam. Ia rasa ia memang salah memakai baju, pantas rasanya tidak nyaman. Ia terkekeh.

"Cih, Haruto ternyata posesif?" Doyoung rasanya ingin tertawa.

"Yang mulia Raja, Permaisuri! Tidak sopan memanggil secara langsung nama Raja." Balas Mashiho.

Doyoung menaikkan sebelah alisnya. "Dia kan suami ku?" Doyoung rasanya geli sendiri mengatakan itu.

Sedangkan Mashiho terdiam.

"Benar juga." Sahutnya.

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora