CHAPTER 25

3.2K 436 65
                                    

Time skip~



Hari-hari kehamilan sang permaisuri berhasil dilalui dengan aman. Doyoung sudah jarang merasakan mual, tapi perubahan suasana hatinya makin tidak terkontrol. Sudah tiga jalan empat bulan. kehamilan ini terasa baru karena Doyoung masih tidak menyangka dirinya membawa satu nyawa pada perutnya.

Dan lagi, karena perut Doyoung kian ketara, Haruto sedang mempersiapkan pengumuman besar-besaran kepada seluruh kerajaan tentang calon penerus. Sekalian melaksanakan tradisi turun temurun ketika kandungan mencapai usia empat bulan. Hal ini Haruto lakukan atas banyak pertimbangan. Lagipula sejauh ini keamanan istana benar-benar super ketat.

Kembali lagi pada Doyoung dan rangkuman singkat kehamilannya. Sang permaisuri memang tak lagi merasakan mual. Justru nafsu makan Doyoung kian meningkat.

Dan lagi, Doyoung mulai merasakan keinginan berlebih pada sesuatu atau di masa depan disebut mengidam. Walaupun itu sudah terjadi sejak Doyoung dinyatakan hamil, tapi rasanya semakin kesini semakin menjadi.

Seperti contoh beberapa hari lalu saat Doyoung tengah menikmati santai di bawah pohon dengan alas karpet mahal, entah dapat darimana. Tapi karpet ini tak seharusnya berada di atas tanah, tapi karena yang menduduki Permaisuri dan Raja tidak ada yang berani mempermasalahkannya.

Di hari yang cerah, Doyoung tiba-tiba kepikiran dengan rasa puding ikan. Haruto jelas melarangnya memakan makanan yang aneh-aneh. Tapi Doyoung membantah ucapan sang Raja dengan berkata.

"Aku kan hanya penasaran rasanya bagaimana, bukan ingin memakannya. Jadi Haruto, kau yang coba ya? Lalu beritahu aku rasanya."

Senyuman tanpa dosa itu membuat Haruto berfikir. Di awal kehamilan Doyoung sempat mengusir Haruto, lalu sekarang sang putra ingin Ayah nya memakan puding ikan. Rasanya yang campur-campur malah membuat Haruto mual bahkan saat belum mencobanya. Tidak membayangkan puding yang biasanya manis akan dicampur dengan ikan yang amis.

Walaupun begitu ia tetap melakukannya. Meskipun prosesnya bukan menggunakan ikan sungguhan. Itu hanya puding buah yang dibuat sedemikian rupa, pelayan mengatakan ia menggunakan ikan salmon hingga warnanya merah. Padahal itu puding strawberry.

Tak hanya sampai disitu, Doyoung bahkan sempat bangun tengah malam karena tiba-tiba ingin melihat wajah Panglima Kanemoto. Tentu hal ini membuat Haruto khawatir jika putranya lebih mirip Yoshinori nanti bagaimana?

Walaupun tak rela, Haruto tetap mengantar Doyoung pada Yoshi. Ternyata tak hanya melihat, Doyoung tiba-tiba bilang ingin tidur bersama panglima dan diusap perutnya oleh Yoshi. Ah, keadaan ini tak baik bagi sang panglima. Meskipun sang Raja menyuruhnya untuk melakukan hal demikian, bagaimana Yoshi bisa tenang kalau mata Haruto tak lepas darinya.

Itu adalah hari terakhir Yoshi terlihat di istana. Karena setelahnya Yoshi dipindahtugaskan oleh Haruto ke perbatasan untuk sementara. Sebenarnya Haruto mengusir Yoshi secara tidak langsung.

Jahat sekali!

Ini hanya antisipasi, Haruto tak mau anaknya mirip dengan panglima Kanemoto walaupun wajah sang panglima tampan.

Hanya itu yang menurut Haruto agak aneh. Selebihnya normal, Doyoung ingin makan ini, Doyoung ingin makan itu semuanya Haruto lewati dengan sukarela. Bagi nya menuruti Doyoung mengandung kebahagiaan tersendiri yang tak bisa ia dapat dari mana pun. Senyuman bahagia Doyoung membuatnya puas. Apalagi perut lelaki itu yang kian membuncit, Haruto jadi gemas. Tapi tak ada yang tahu Haruto akhir-akhir ini tak tidur dengan nyenyak karena harus memastikan dirinya tak memeluk Doyoung terlalu erat. Takut sang permaisuri sesak atau takut anaknya terhimpit.

"Bisa kau petikkan apel? Suruh pengawal mu juga."

Haruto yang baru selesai dengan pekerjaannya itu menoleh pada permaisuri yang duduk di depannya. Mereka terhalang meja kerja kecil.

"Kau ingin apel? Bukankah kau alergi? Kita tanya Yedam dulu, takutnya nanti terjadi sesuatu kepada mu."

Doyoung menggeleng keras.

"Aku tidak mau apel."

Haruto mengernyit bingung.

"Lalu?"

"Hehe... Putra mu ingin membagikan apel kepada seluruh penghuni istana tanpa terkecuali. Jadi bisa kau petik kan? Suruh pengawal mu juga. Sebelum matahari terbenam ya Haruto. Ku tunggu di kebun apel."

Benar saja! Walaupun sudah menjelang sore, matahari sebentar lagi akan kembali ke peraduannya. Haruto mengumpulkan sejumlah prajurit untuk memetik semua apel di kebun. Doyoung nampak senang, ia membawa sekeranjang untuk ia bagikan kepada siapapun yang ia temui. Dibantu Mashiho dan pelayan-pelayan lain. Haruto memastikan semua penghuni istana mendapat apel.

Keinginan calon penerus Raja ternyata sedikit beda.

Selama kehamilan permaisuri, Doyoung sedikit mudah terpengaruh dengan sesuatu. Seperti yang baru-baru ini terjadi. Mashiho yang baru pulang dari pasar langsung ditodong cerita oleh Doyoung. Jadilah Mashiho menceritakan bahwa dirinya baru saja makan di kedai mie yang terkenal di ibu kota. Antrian nya lumayan lama dan panjang, Mashiho sampai pegal.

Tapi berkat cerita itu, Doyoung mendatangi Haruto sembari menangis keras sampai membuat perutnya kram. Butuh waktu sampai sang Raja dapat menenangkan Permaisuri nya.

"Ada apa? Ada yang menyakiti mu?" Tanya Haruto setelah mengusap-usap lembut perut sang permaisuri. Doyoung menghela napas, perutnya sudah agak baikan berkat Haruto.

"Aku ingin Mie yang terkenal di ibu kota. Tapi kata Kak Mashi, antri nya sangat lama. Padahal aku juga ingin melihat cara pembuatannya. Haruto aku harus bagaimana?" Haruto sempat tak percaya ketika Doyoung se frustasi ini hanya karena Mie. Ia mengusap lembut surai Doyoung untuk menenangkannya.

"Akan ku panggil pembuat mie itu besok ke istana, agar kau bisa makan dan melihat cara pembuatannya tanpa antri. Sekarang tersenyum lah."

"Benarkah?" Binar cerah Doyoung perlihatkan.

"Kau tidak lupa kan jika suami mu ini Raja?"

"Oh——benar juga." Lalu kemudian sang permaisuri tertawa. "Terimakasih." Ucap Doyoung sebelum merentangkan tangannya, akhir-akhir ini tidur dalam pelukan Haruto menjadi yang terfavorit semenjak kehamilannya.

Walaupun pada akhirnya Doyoung selalu menemukan dirinya terbangun pada posisi membelakangi Haruto dan dipeluk dari belakang oleh sang Raja. Padahal Doyoung lebih suka saat dirinya bisa mendusal manja pada dada sang suami.

Tidak tahu saja Doyoung bahwa Haruto yang sengaja mengubah posisi Doyoung. Dia masih takut terlalu menekan anaknya.

REWRITE THE HISTORY | HARUBBY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang