chapter 6

212 36 5
                                    

"oi oi oi... Tembak lagi cepat"

"Sebelah Kanan, dia bersembunyi Di gudang. Cepat kepung mereka"

"Aishh siall... "

"Hahaha... Mantap... Menang lagi"

Suara anak-anak burn knuckle yang sedang memainkan game terdengar sangat bersemangat.

Saat mereka tengah berkumpul, memang hal seperti ini sudah menjadi hal biasa.

Bermain game, bersenda gurau, mengotak atik mesin. Dan banyak lagi hal yang mereka lakukan untuk bersenaang-senang.

Meskipun terlihat menyeramkan, anak-anak otomotif, khususnya anggota burn knuckle yang diketuai oleh Vasco justru sangat baik dan suka membantu orang-orang.

"Zin!! Kau datang..."

Zin mengangguk dan menyapa Vasco dengan salam tinjunya.

"Hyungseok Gak ikutan? Udah lama dia gak main kesini"

"Betul. Kau gak ngajak dia?" Ucap bumjae sambil menatap layar ponselnya.

"... Atau, kalian lagi bertengkar? Biasanya kau selalu ngekor dia"

Bumjae dan Vasco tertawa bersama melihat zin yang nampak bingung.

"Kenapa? Benar?"

"Bukan apa-apa. Aku cuma lagi pengen main bareng kalian. Kenapa? Gak boleh? Yaudah Aku pergi.."

"Yaudah Sana pergi" bumjae mengangkat kedua bahunya Dan tersenyum mengejek zin.

"Ck... Dasar, paling tidak cegah aku dong!"

Vasco tertawa melihat zin Dan bumjae, mereka berdua memang sering bertengkar saat bercanda.

"Zin, lain Kali ajak hyungseok, jay juga. Makin ramai makin menyenangkan kan"

Zin hanya mengangguk dan terus bermain game dengan Vasco Dan teman-teman lain.


***

Kedua netra hyungseok sibuk mencari sosok sahabatnya Yang beberapa Hari ini selalu menghindar dari pandangannya.

Dia mencari disetiap sudut perpustakaan. Hingga akhirnya dia menjumpai sosok remaja laki-laki yang tengah duduk dengan tumpukan buku dan berkutik dengan laptop didepannya.

Hyungseok tersenyum saat duduk didepannya. Dia sama sekali tak menyadari kehadiran hyungseok dan terus membolak balikkan halaman Dan sibuk mengetik.

Helaan nafas keluar Dari mulutnya lagi, dia meletakkan kepalanya dimeja Dan melihat setumpukan buku Yang Belum selesai dia ulas.

"Apakah itu sulit?"

"Ada Yang bisa Aku bantu zin?"

Hyungseok tersenyum saat zin melirik ke arahnya.

Zin hanya diam. Dia bahkan tak tau apa Yang ingin dia katakan.

"Kurasa Pak Seo terlalu berlebihan Dalam memberi hukuman. Kenapa kau harus menulis review Dari Banyak buku, padahal kau hanya bolos sekali"

"Zin... Kau sudah makan? Aku bawa roti Dan susu pisang kesukaanmu. Makan dulu nih, mumpung sepi gak bakalan Ada Yang tau kau makan disini"

Zin Masih berkelut dengan tumpukan buku dan terus terdiam tak peduli seberapa Banyak laki-laki didepannya itu mengoceh.

Zin juga masih tidak mengerti kenapa dia bersikap kekanakan seperti ini.

Bukan ini yang ingin dia lakukan. Dia tidak mau mengabaikan hyungseok. Tapi entah kenapa saat dia melihat hyungseok, Ada perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Dan malah berujung menghindarinya.

Dia senang tapi juga kesal secara bersamaan.

Zin mengangkat Dan menegakkan bandannya lagi, dia kembali menulis ulasan Dari berbagai buku sosiologi. Dengan ditemani oleh hyungseok Yang terus mengoceh menceritakan berbagai hal.

Tanpa sadar zin tertawa. Mendengar lelucon hyungseok. Dia seolah kembali menjadi dirinya seperti semula.

"Kau sudah Gak marah kan zin?"

Wajah zin tampak sedikit memerah, dia mengalihkan pandangannya.

"Maaf kalau Aku Salah zin. Aku benar-benar Gak mau bertengkar denganmu. Kau tau kan? Aku menyukaimu.."

Zin terkejut mendengar ucapan hyungseok.

'menyukaimu'

Ucapan itu terus berulang Kali menggema Dalam pikiran zin.

"Aku Gak mau kehilangan sahabat sepertimu zin. Aku harap kau merasakan hal yang sama"

'ah... Sudah kuduga'

Zin tersenyum kecut pada hyungseok. Dia masih tak mengerti dengan perasaannya.

"Hmm, tentu Saja sobat. Aku juga merasakan Yang sama. Jangan khawatir, semuanya baik-baik Saja"

Hyungseok mengangguk dan merekapun tertawa bersama.

Perasaan gundah hyungseok berubah menjadi lega, seperti yang dia duga. Zin hanya sedang sibuk dengan tugas, hingga dia tak ada waktu untuk bermain.

"..seok..?"

Hyungseok dan zin menoleh kearah datangnya suara itu.

Terlihat haneul tengah berdiri mencari hyungseok. Dan saat mata mereka bertemu,haneul langsung berlari Dan memeluk hyungseok Yang tengah duduk dari belakang.

"Aku mencarimu daritadi"

Hyungseok tersenyum dan mengelus kepala haneul.

"Ada apa? Aku lagi nemenin zin ngerjain tugas"

Haneul menatap zin Dan tersenyum padanya.

Gadis dengan Surai hitam sebahu itu tampak menawan. Dia baik Dan ramah.

Tapi entah kenapa, saat zin menatapnya..

Saat ini zin merasa kesal padanya. Padahal sebelumnya dia juga suka berteman dengannya Dan juga mijin.

Tapi sekarang, saat dia melihat gadis itu tengah tertawa dengan sahabatnya, zin merasa sangat kesal.

'aneh perasaan apa ini?' batin zin sambil mendecak Tampa dia sadari.

Jantungnya berdebar keras.

Wajah Yang tengah tersenyum itu terasa begitu memuakkan. Hatinya terasa sakit seperti teriris ribuan Kali oleh pisau tajam. Berdarah dan pedih.

'kenapa Aku seperti ini?'

'aneh. Aku kesal. Aku harap dia pergi'

'sial... Aku benci ekspresi itu. Aku benci saat dia tersenyum pada haneul'

'hah? Apa sih Yang Aku pikirin? Hyungseok kan emang suka haneul. Mungkin mereka sudah..'

*Krakk...

Hyungseok dan haneul menoleh ke arah zin.

Hyungseok bergegas berdiri Dan memegang tangan zin.

Bolpoin Yang sedari tadi dia pegang patah Dan hancur Dalam gengamannya.

"Perlihatkan tanganmu"

Hyungseok panik melihat telapak tangan zin tergores bolpoin Dan sedikit berdarah.

"Haneul, maaf ya. Aku ke uks dulu nganter zin, kau ke kelas dulu saja"

"...ah.. hyungseok Aku juga ikut.."

Suara haneul tak terdengar oleh hyungseok. dia terlihat kecewa.

Namun anehnya, melihat hal itu membuat perasaan zin membaik. Dia merasa senang hingga rasanya ingin melompat kegirangan.

'aneh, kenapa Aku merasa sesenang ini... Aku senang melihat hyungseok lebih memilihku daripada haneul'

Wajah zin terus memerah saat hyungseok memegang tangannya Dan mengoleskan salep padanya.

Laki-laki yang Ada didepannya ini. Semakin dia merasakan kehadirannya, semakin dia membuat Zin bingung dengan perasaannya.

'...mungkinkah Aku??..'

'.. gila! Tentu saja gak mungkin!!'

Friend with Benefits?!Where stories live. Discover now