Chapter 9

60 5 0
                                    

Setelah kepergian Zin hati hyungseok menjadi tak tenang. Dia bingung, dia ingin bergegas mengejarnya,tapi bagaimana dengan haneul yang Masih terus menangis. Membuat beberapa orang menatapnya dengan aneh.

"Kau pergilah. Haneul biar bersamaku" ucap mijin tak tega melihat hyungseok kebingungan.

Hyungseok langsung tersenyum, "mijin tolong Jaga haneul ya, aku pergi dulu"

Haneul masih enggan melepaskan hyungseok.

"Hyungseok! Kau tega meninggalkanku? Aku sedih"

Hyungseok menghela nafas, dia menepuk kepala haneul sambil berkata " haneul tolong, Zin.. dia sahabatku berharga, aku tak ingin dia salah paham. Maaf, lain kali Aku Akan mengantarkanmu pulang"

Hyungseok melepaskan pelukan haneul. Dia berlari meninggalkan haneul yang berulang kali memanggil namanya.

Kali ini, hyungseok tak memperdulikan Dan terus berlari sambil mencari sosok sahabatnya.

Dia berlari kesana kemari, namun masih tak dia jumpai sosoknya itu.

Berulang kali hyungseok menelponnya, tapi tak Ada jawaban.

Hyungseok panik. Dia tak bisa berfikir dengan jelas, dia takut Zin benar-benar marah dan meninggalkannya. Meskipun keduanya telah bersahabat sejak lama, tapi ini pertama kakinya Zin bersikap seperti itu.

Beberapa jam hyungseok berlarian mencari Zin, tapi hasilnya nihil. Hanya satu tempat yang terfikirkan.

"Asrama!.. benar. Aku yakin dia sudah pulang, kumohon, Kali ini pasti disana"

Dengan nafas tersengal-sengal, hyungseok membuka pintu kamarnya, jantungnya terus berdegup semakin kencang.

*Ceklek...

Ruangan gelap nan hampa menyeruak, disana tampak sepi Dan dingin.

"..zin?"

"Kau disana?"

Hyungseok menjelajahi setiap inchi kamarnya. Namun, Masih tak ia lihat sosok yang dia cari.

"Seharusnya tadi Aku lebih cepat, kemana kau pergi Zin?"

Hyungseok terduduk dilantai dengan terus mencoba menelepon sahabatnya itu.

Hyungseok duduk terdiam, hatinya hancur dan kegelapan menyelimuti dirinya. Dalam kehampaan kamarnya, ia merenungkan semua momen indah yang telah mereka lewati bersama. Setiap detik terasa berharga, dan kepergian Zin membuatnya merasa hampa.

Dengan perasaan yang campur aduk, ia memutuskan untuk menunggu dan berharap Zin akan kembali. Meskipun hatinya penuh kegelisahan, ia yakin bahwa persahabatan mereka akan mengatasi semua rintangan.

Hyungseok merasakan kegelapan dan kesendirian di kamarnya. Setiap nada panggilannya menjadi seperti seruan putus asa dalam hampa.

"Zin, aku minta maaf. Kita bisa bicara dan menyelesaikan masalah ini bersama. Tolong, beri aku kesempatan."

Dalam keheningan, hyungseok terus berharap agar Zin menjawab panggilannya, mencari cara untuk merestui pertemuan mereka.

"Sial! Zin!! Kau sebenarnya ada dimana, aku menghawatirkaanmu... ku mohon kembalilah"

Namun hingga fajar tiba Zin tidak kunjung kembali ke asrama. Hyungseok  tetap terjaga semalam, wajahnya terlihat lelah dan pucat. Dia terus mengecek ponselnya, berharap Zin  setidaknya memberinya kabar.

Sudah satu minggu sejak kejadian itu. Dan Zin masih tidak menghubungi hyungseok,  dia juga absen dan tidak menghubungi siapapun. Hyungseok  sangat khawatir,  begitulah teman-teman yang lain.

Hyungseok akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah Zin,  meski haneul melarangnya. Dalam perjalanan ke rumah Zin, kegelisahan dan kekhawatiran semakin menghantui pikirannya. Dia berharap dapat menemukan jawaban di sana.

Sesampainya di rumah Zin, Hyungseok mengetuk pintu dengan cemas. Namun, tidak ada jawaban. Dia mencoba menelpon Zin sekali lagi, tetapi ponselnya tetap tidak aktif.

"Sial! apa yang sebenarnya terjadi dengan Zin?" gumam Hyungseok, rasa khawatirnya semakin mendalam.

Dia memutuskan untuk mencari informasi dari tetangga atau siapa pun yang mungkin tahu tentang keberadaan Zin. Mungkin ada petunjuk yang bisa membantunya menemukan sahabatnya yang menghilang itu.

Hyungseok mengunjungi tetangga-tetangga Zin untuk mencari tahu informasi terbaru. Beberapa di antaranya mengatakan bahwa mereka tidak melihat Zin dalam beberapa hari terakhir, sementara yang lain tidak tahu apa-apa.

Saat sedang memeriksa sekitar rumah Zin, Hyungseok melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Selembar kertas tergeletak di ambang pintu. Dengan hati-hati, dia mengambilnya dan membacanya.

"Teman-teman, aku butuh waktu untuk merenungkan banyak hal. Aku akan pergi sejenak, jangan mencariku. Aku akan kembali ketika sudah siap. Terima kasih atas pengertian dan dukungannya. - Zin"

Hyungseok merasa lega mengetahui bahwa Zin sementara waktu memilih untuk pergi sendirian untuk merenungkan masalahnya. Meskipun masih khawatir, setidaknya sekarang dia tahu bahwa Zin tidak dalam bahaya.

Dengan harapan bahwa Zin akan kembali dengan baik-baik saja, Hyungseok memutuskan untuk memberi Zin waktu dan ruang yang dia butuhkan. Sambil membawa pulang surat itu, dia kembali ke asrama dengan pikiran yang agak lebih tenang.


_______
Hola mina🫡
Princeapple  disini...
Udah lama banget gak lanjut nulis  🙂
Pas lanjut, agak aneh aja ya hasilnya, bikin geli kalo baca karya sendiri xD 🤣
Tapi prince  pengen namatin nih cerita..
Zin nya lagi minggat, soalnya ayang di rebut😒
Pas Zin  liat seok sama haneul:
Yang bener aja.. rugi dong!

Jan lupa follow and vote ya...
Tinggalkan jejak kalian disini🤨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friend with Benefits?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang