Chapter 25 : Black Bracelet

50 8 3
                                    

Sudah lama sekali, Aldean butuh healing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lama sekali, Aldean butuh healing. Kini, seperti biasa, ketiga pemuda yang sering disebut Geng Oncom itu nongkrong di depan minimarket.

Jika Aldean dan Alam sibuk beradu asap rokok, maka Abil sibuk memakan comring—combro kering. Mungkin bisa dihitung kalau Abil sudah habis 20 ribu membeli camilan tersebut. Ya, memang rasanya pedas-pedas manis, jadi Abil ketagihan.

"Tumben lo, Al, diem doang dari tadi," ujar Abil dengan mulut penuh makanan. "Jangan bilang lagi kalo lo udah gak enak badan mau mendekati ajal."

"Si Babi!" Aldean menjitak kepala Abil karena kesal. "Lo makan mah makan aja, gak usah ngomentarin hidup orang!"

"Gue nanya, bangsad!" Abil mendelik malas sambil menciptakan jarak di antara tempat duduknya dengan Aldean. "Lam, lo gimana? Kok masih jomblo?"

"Lo butuh kaca gak, Bil? Kayaknya hidup lo kurang ngaca." Alam mendelik malas.

"Gak perlu, Brodi, gue nanya karena gue punya," balas Abil dengan dada yang membusung.

"Affa iyya, deck?" sahut Aldean dengan nada alay. "Bukankah kau korban virtual?"

Abil menggeleng pelan. "No, no, penggunaan kata ganti lo salah, Al. Bukan korban, tapi pro virtual."

Alam membuang napas jengah. "Semerdeka lo aja dah, Bil, gue mah mending haluan waifu aja."

"Tapi waifu lo semuanya pada mati, Lam," cetus Abil, menatap Alam mengejek.

"Gak usah diperjelas, anjim!" Alam hampir saja menonjok wajah manis Abil.

Aldean terkekeh menyaksikan keributan kedua sahabatnya. Entahlah, malam ini terasa berbeda. Di tengah kehebohan ini, hati Aldean terasa sepi, sakit tanpa sebab seolah telah kehilangan seseorang.

Bayangan akan sosok wanita berbaju biru muda kembali terlintas di ingatan Aldean. Wanita itu melambaikan tangan dan tersenyum seraya mengucapkan salam perpisahan sebelum akhirnya hilang dari pandangan.

Dada Aldean mendadak terasa sakit, napasnya bahkan mulai tak beraturan.

"Rachel," gumam Aldean khawatir, kemudian melenggang begitu saja tanpa berpamitan kepada Alam dan Abil.

***

"Diliat-liat kok gue cantik, ya?"

Rachel tersenyum memandang dirinya di balik cermin. Gadis itu sudah mencuci wajah dan memakai skincare, maka dari itu dia melihat aura bidadari yang terpancar di wajahnya.

"Ah, enggak juga, sih. Tapi emang cakep, buktinya Aldean suka, tapi gimana kalo Aldean mulai ilfeel sama gue, ya?"

"Ehh, gak mungkin. Intinya gue harus tetep jadi cewek judes, jangan jadi cewek bucin, biar Aldean gak ilfeel sama gue!"

Beralih untuk tidak melanjutkan overthinking, Rachel mengambil benda gepeng kesayangannya di atas kasur. Namun, keningnya langsung mengerut saat dapati sekitar 15 panggilan tak terjawab dari kontak Aldean.

✔. ₊ The Piyak AddictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang